Psikologi Gestalt dan Kognitif
Halo
teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan
sehat yaa…
Oke kali ini
aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke limabelas mata
kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Diny Amenike, M.Psi.,
Psikolog yang biasa dipanggil bu Keke ya teman-teman.
Gestalt
Psychology
Para behavioris memberontak terhadap
struktrualisme dan fungsionalisme AS. Sekelompok psikolog muda Jerman
memberontak terhadap program eksperimental Wundt yang menonjolkan pencarian
unsur-unsur kesadaran, fokus serangan mereka adalah elementisme Wundt. Bagi para
pemberontak Jerman, kesadaran tidak bisa direduksi menjadi elemen tanpa mendistorsi makna
sebenarnya dari pengalaman
sadar. Bagi mereka
penyelidikan pengalaman sadar melalui metode introspektif adalah bagian penting dari
psikologi, tetapi jenis pengalaman
sadar yang diselidiki Wundt dan para strukturalis AS hanyalah artifisial (buatan). Pengalaman yang bermakna, utuh, dan sadar
inilah yang harus menjadi
fokus metode introspektif. Bahasa Jerman untuk kata "konfigurasi", "bentuk", atau
"keseluruhan" adalah Gestalt, jadi jenis psikologi baru ini disebut Psikologi
Gestalt.
Antecedents Of
Gestalt Psychology
Immanuel Kant (1724-1804)
Percaya bahwa pengalaman sadar adalah
hasil dari interaksi antara rangsangan indera dan tindakan indera-indera
pikiran. Dengan kata lain, pikiran menambahkan sesuatu pada pengalaman sadar
kita yang tidak mengandung rangsangan sensorik. Kant dan Gestaltist percaya
bahwa pengalaman sadar Tidak dapat dikurangi menjadi stimulasi sensorik, dan
Bagi keduanya, pengalaman sadar berbeda dengan elemen yang membentuknya. Perbedaan
ini ada karena pikiran atau otak kita mengubah pengalaman sensorik, membuatnya
lebih terstruktur dan terorganisir, dan lebih bermakna daripada yang mungkin
sebaliknya. Dunia yang kita anggap tidak pernah sama dengan dunia yang kita
rasakan
Ernst Mach (1838-1916)
Merupakan seorang fisikawan,
mendalilkan dua persepsi yang tampaknya tidak bergantung pada elemen tertentu
yang menyusunnya: bentuk ruang dan bentuk waktu. Misalnya, seseorang mengalami
bentuk lingkaran apakah lingkaran yang ditampilkan sebenarnya besar, kecil,
merah, biru, cerah, atau kusam.
Oleh karena itu, pengalaman
"keliling" merupakan contoh bentuk ruang. Hal yang sama berlaku untuk
semua bentuk geometris. Melodi dapat dikenali sama, tidak peduli kunci atau
tempo yang dimainkan. Jadi melodi adalah contoh bentuk waktu. Mach membuat poin
penting bahwa berbagai macam elemen sensorik dapat menimbulkan persepsi yang
sama; oleh karena itu setidaknya beberapa persepsi tidak bergantung pada
kelompok elemen sensorik tertentu.
Christian von Ehrenfels (1859–1932)
Pada tahun 1890 menulis makalah
berjudul "Uber Gestaltqualitäten ""(Pada Kualitas Gestalt). Ehrenfels
mengatakan bahwa persepsi kita mengandung Gestaltqualitäten (kualitas bentuk)
yang tidak terkandung dalam sensasi yang terisolasi. Bagi Mach dan Ehrenfels,
bentuk adalah sesuatu yang muncul dari elemen sensasi. Mach dan Ehrenfels
percaya bahwa elemen sensasi sering menggabungkan dan menimbulkan untuk
pengalaman bentuk. Namun, bagi Mach, Ehrenfels, dan Mill, unsur-unsur tersebut
tetap diperlukan dalam menentukan persepsi keseluruhan atau wujud.
William James (1842–1910)
Dapat dipandang sebagai pendahulu
psikologi Gestalt, Karena ketidaksukaannya pada elementisme dalam psikologi. Dia
mengatakan bahwa pencarian Wundt akan elemen-elemen kesadaran bergantung pada
pandangan yang artifisial dan menyimpang dari kehidupan mental. James
mengusulkan aliran kesadaran. Dia percaya bahwa aliran ini harus menjadi objek
penyelidikan psikologis, dan segala upaya memecahnya untuk analisis yang lebih
rinci harus dihindari.
Act of Psychology
Franz Brentano dan Carl Stumpf
menyukai jenis introspeksi yang berfokus pada tindakan dari mengamati,
merasakan, atau pemecahan masalah. Mereka menentang penggunaan
introspeksi untuk mencari elemen mental, dan mereka mengarahkan merek
introspeksi yang lebih liberal ke arah fenomena mental. Jadi, baik psikolog
"tindakan" dan ahli Gestalt adalah fenomenolog. Seharusnya
tidak mengherankan bahwa psikologi tindakan memengaruhi psikologi Gestalt
karena ketiga pendiri psikologi Gestalt (Wertheimer, Koffka, dan
Köhler), pada satu waktu atau lainnya, belajar di bawah bimbingan Carl
Stumpf. Köhler bahkan mendedikasikan salah satu bukunya untuk Stumpf
(1920).
Developments in Physics
Karena sifat medan magnet sulit
dipahami dalam kaitannya dengan pandangan mekanistik-elemen fisika
Galilean-Newtonian, beberapa fisikawan beralih ke studi medan gaya, di mana
semua peristiwa saling terkait (Apa pun yang terjadi di medan gaya dengan cara
tertentu memengaruhi segala sesuatu yang lain di bidang tersebut). Köhler sangat
ahli dalam fisika dan bahkan pernah belajar sebentar dengan Max Planck,
pencipta mekanika kuantum. Faktanya, tepat untuk mengatakan bahwa psikologi
Gestalt mewakili upaya untuk memodelkan psikologi teori lapangan bukan fisika
Newtonian.
The Founding Of
Gestalt Psychology
Sejarah Pendirian Psikologi Gestalt
Pada tahun 1910 Max Wertheimer berada
di kereta, dalam perjalanan dari Wina menuju liburan di Rhineland, ketika dia
memiliki ide untuk meluncurkan psikologi Gestalt. Idenya adalah bahwa persepsi
kita terstruktur dengan cara yang tidak memiliki stimulasi sensorik. Artinya,
persepsi kita berbeda dengan sensasi itu terdiri dari mereka. Untuk
mengeksplorasi gagasan ini lebih jauh, Wertheimer turun dari kereta di
Frankfurt, membeli mainan stroboscope (alat yang memungkinkan gambar diam
dilemparkan sedemikian rupa sehingga membuatnya tampak bergerak), dan mulai
bereksperimen di kamar hotel. Jelas, Wertheimer mengamati gerakan yang sebenarnya
tidak ada. Untuk memeriksa fenomena ini secara lebih rinci, dia pergi ke Universitas
Frankfurt, di mana tachistoscope disediakan untuknya (Sebuah tachistoscope
dapat menyalakan dan mematikan lampu untuk hitungan sepersekian detik).
Mengedipkan dua lampu berturut-turut, Wertheimer menemukan bahwa jika waktu
antara abu panjang (200 milidetik atau lebih), pengamat merasakan dua lampu
menyala dan padam secara berurutan yang sebenarnya terjadi.
Jika interval antara fl abu sangat
pendek (30 milidetik atau kurang), kedua lampu tampak menyala secara bersamaan.
Tetapi jika interval antara abu fl sekitar 60 milidetik, tampaknya itu satu
cahaya berpindah dari satu posisi ke posisi lain. Wertheimermenyebut gerakan
yang tampak ini sebagai fenomena phi, dan artikel tahun 1912 "Studi Eksperimental
tentang Persepsi Gerakan" yang menggambarkan fenomena ini biasanya diambil
sebagai permulaan formal sekolah psikologi Gestalt. Asisten peneliti Wertheimer
di Universitas Frankfurt adalah dua lulusan doktoral Berlin baru-baru ini: Kurt
Koffka dan Wolfgang Köhler, keduanya bertindak sebagai subjek Wertheimer dalam
eksperimen persepsinya. Begitu eratnya Koffka dan Köhler terkait dengan perkembangan
psikologi Gestalt sehingga mereka, bersama Wertheimer, biasanya dianggap
sebagai salah satu pendiri sekolah.
Max Wertheimer (1880-1943)
Weirthmeir menunjuk pada proses
interpretasi dari sensasi objektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak
dan bukan merupakan proses fisik, tetapi proses mental sehingga diperoleh
kesimpulan bahwa ia menentang pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri
teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang
bernama stroboscope, yaitu alat yang berbentuk kotak dan terdapat bagian untuk
dapat melihat ke dalam kotak itu guna menyajikan stimuli visual pada tingkat
tertentu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang
satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari
garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus
menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke
melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis
tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian
Pada tahun 1910 melakukan riset yang
didalamnya melibatkan gerakan kasat mata, pemersepsian. Untuk membuktikan
risetnya ini ia melakukan riset dengan stroboskop mainan. Dan lebih lanjut ia
menggunakan tachistoscope. Sehingga riset ini disebut juga dengan fenomena phi.
Kurt Koffka
Pada tahun 1922 Koffka menulis sebuah
artikel, dalam bahasa Inggris, tentang psikologi Gestalt. Diterbitkan di
Buletin Psikologis, artikel itu berjudul "Persepsi: Pengantar
Gestalt-Theorie". Artikel ini diyakini telah menyebabkan sebagian besar
psikolog AS keliru dengan asumsi bahwa ahli Gestalt hanya tertarik pada
persepsi. Yang benar adalah, selain persepsi, para Gestaltist tertarik pada
banyak masalah filosofis serta dalam pembelajaran dan pemikiran. Alasan
konsentrasi awal mereka pada persepsi adalah karena Wundt telah berkonsentrasi
pada persepsi, dan dialah fokus utama serangan mereka.
Kontribusinya yang paling terkenal adalah
penerapan sistematis prinsip-prinsip Gestalt dalam dua karyanya yang paling terkenal
: Pertumbuhan Pikiran (1921) dan Prinsip Psikologi Gestalt (1935).
Wolfgang Köhler (1887–1967)
Seperti James, Köhler sangat kritis
terhadap Fechner dan menawarkan psikofisika sebagai contoh dari apa yang bisa
terjadi jika pengukuran mendahului pemahaman tentang apa yang sedang diukur.
Köhler percaya bahwa psikolog AS membuat kesalahan yang sama dalam penerimaan
luas mereka terhadap operasionalisme. Dia mencontohkan definisi operasional kecerdasan
dalam hal kinerja pada tes kecerdasan. Di sini katanya pengukurannya tepat,
tetapi tidak jelas apa yang diukur
Psikologi Gestalt menjadi sangat
berpengaruh di Amerika Serikat. Keberhasilan psikologi Gestalt di Amerika
Serikat sangat mengesankan. Serta, behaviorisme adalah tema dominan dalam
psikologi AS ketika para Gestaltis berusaha membuat terobosan. Banyak
penghargaan Köhler termasuk keanggotaan di American Philosophical Society,
National Academy of Sciences, dan American Academy of Arts and Science serta
banyak gelar kehormatan yang ia dapatkan.
Isomorphism And The
Law Of Prägnanz
Pertanyaan dasar yang harus dijawab
oleh Wertheimer adalah bagaimana dua stimulus dapat menyebabkan persepsi dari
sebuah gerakan, hal ini sudah diketahui selama beberapa tahun. Faktanya,
gambaran dari gerakan tersebut sudah ditemukan 25 tahun sebelum penemuan Phi
Phenomenon oleh Wertheimer, perbedaannya ada pada penjelasan Wertheimer terkait
fenomena tersebut.
Mach, Ehrenfels, dan J.S Mill
menyadari bahwa keseluruhan bagian terkadang berbeda dengan jumlah dari
bagian-bagian tersebut, tetapi mereka berasumsi bahwa bagaimanapun keseluruhan
(Gestalt) merupakan gabungan dari beberapa bagian tersebut. Sebagai contoh,
memperhatikan warna-warna primer akan memunculkan sensasi warna putih dan memperhatikan
beberapa not music dapat memunculkan sensasi melodi.
Pandangan ini berdasar pada form of
elementism dan asumsi dari asosiasinya. Sebagai contoh, Penjelasan Wundt terkait
pergerakan yang tampak adalah fiksasi pada mata berubah dengan presentase yang
berurutan dari stimulus visualnya dan ini menyebabkan otot yang mengontrol mata
mengeluarkan sensasi yang identic dengan apa yang dikeluarkan saat mengalami pergerakan
sesungguhnya. Hampir sama, Helmholtz menjelaskan fenomena ini sebagai inferensi
tidak sadar. Melalui demonstrasi yang terlatih, Wertheimer menunjukkan bahwa
penjelasan yang berdasarkan pada pembelajaran bersifat masuk akal. Dengan menggunakan
tachistoscope, ia menunjukkan bahwa phi phenomenon dapat muncul dalam dua arah
secara bersamaan.
Application Of Field
Theory
Apabila pengalaman dari fenomena
fisiologis tidak dapat dijelaskan dengan proses sensorik, inferences, atau
fusions, lalu bagaimana hal tersebut dijelaskan? Para Gestaltis menjawab bahwa
otak mengandung struktur electrochemical yang ada sebelum stimulasi sensorik.
Apa yang kita alami secara sadar merupakan hasil dari interaksi antara data
sensoris dengan struktur yang ada di dalam otak. Situasi ini hampir mirip
dengan situasi disaat sebuah partikel metal diletak berdekatan dengan medan
magnet. Dalam kasus pengalaman kognitif, poin pentingnya adalah medan di dalam
otak mengubah data sensoris dan memberi data tersebut karakteristik.
Perceptual Constancy
Keteguhan perseptual mengacu pada cara
kita menanggapi objek seolah-olah mereka sama, meskipun rangsangan aktualyang
diterima indra kita mungkin sangat bervariasi. Para empiris menjelaskan
keteguhan persepsi sebagai hasil dari pembelajaran. Sensasi yang diberikan oleh
objek yang terlihat pada berbagai sudut, posisi, dan tingkat iluminasi berbeda,
tetapi melalui pengalaman kita belajar untuk mengoreksi perbedaan ini dan
merespons objek dengan cara yang sama.
Woodworth (1931) menggambarkan seperti
apa persepsi kita, menurut para empiris, jika pengaruh pembelajaran dapat
dihilangkan: Jika kita bisa sejenak mengesampingkan semua yang telah kita pelajari
dan melihat bidang pandang seperti yang ditampilkan oleh mata, kita seharusnya
hanya melihat mozaik bintik-bintikberaneka ragam, bebas makna, objek, bentuk
atau pola. Begitulah pandangan asosiasiis tradisional tentang masalah ini.
Perceptual Gestalten
Hubungan Gambar-Darat
Menurut psikolog Denmark Edgar Rubin
(1886–1951), jenis persepsi yang paling dasar adalah pembagian bidang
perseptual menjadi dua bagian: angka, yang jelas dan terpadu dan merupakan
objek perhatian, dan tanah, yang tersebar dan terdiri dari segala sesuatu yang
tidak diperhatikan. Pembagian seperti itu menciptakan apa yang disebut sebuah
Gambar-hubungan dasar. Jadi, apa sosoknya dan apa yang menjadi dasarnya bisa
diubah dengan mengalihkanperhatian seseorang.
Ketika seseorang memusatkan perhatian pada
dua profil, ia tidak dapat melihat vasnya, dan sebaliknya. Demikian pula ketika
seseorang memusatkan perhatian pada salib hitam, ia tidak dapat melihat salib
putih, dan sebaliknya. Para ahli Gestalt membuat hubungan gambar-tanah sebagai komponen
utama dari sistem teoretis mereka.
Prinsip Gestalt dari Organisasi
Perseptual
Selain mendeskripsikan persepsi
gambar-tanah, ahli Gestalt menjelaskan prinsip-prinsip yang dengannya elemen-elemen
persepsi diorganisasikan ke dalam konfigurasi. Misalnya, rangsangan yang
memiliki kesinambungan satu sama lain akandialami sebagai unit perseptual.
Untuk menjelaskan prinsip ini, Wertheimer menggunakan istilah tersebut
kebersamaanintrinsik, kebutuhan yang akan segera terjadi, dan kelanjutanyang
bagus. Contohnya prinsip kontinuitas, bahwa pola yang muncul tidak dapat
ditemukan di titik tertentu (elemen). Sebaliknya, karena beberapa titik tampaknya
cenderung ke arahyang sama, seseorang meresponsnya sebagai konfigurasi
(Gestalt). Kebanyakan orang akan menggambarkan gambar ini sebagai terdiri dari dua
garis lengkung. Ketika rangsanganberdekatan, mereka cenderung dikelompokkan
bersama sebagai unit persepsi. Ini dikenal sebagai prinsip kedekatan.
Prinsip Inklusivitas
Bila ada lebih dari satu gambar,
kemungkinan besar kita akan melihat gambar yang berisi rangsangan paling
banyak. Jika, misalnya, sebuah figur kecil tertanam pada figur yang lebih besar,
kemungkinan besar kita akan melihat figur yang lebih besar dan bukan yang lebih
kecil. Penggunaan kamuflase adalah penerapan prinsip ini. Misalnya, kapal mengecat
warna air dan tangki mengecat warna medan tempat mereka beroperasimenyatu
dengan latar belakang sehingga tidak terlalu rentanuntuk dideteksi.. Köhler
percaya bahwa prinsip inklusivitas memberikan bukti yang bertentangan dengan
penjelasan empiris tentang persepsi.
Objek yang serupa dalam beberapa hal
cenderung membentuk unit persepsi. Ini dikenal sebagai prinsip kesamaan. Anak
kembar, misalnya, menonjol di tengah kerumunan, dan tim yang mengenakan seragam
berbeda menonjol sebagai dua kelompokdi lapangan.
Seperti yang telah kita lihat, ahli
Gestalt percaya pada isomorfisme psikofisik, yang menurutnya pengalaman sadar kita
secara langsung berkaitan dengan pola aktivitas otak, dan aktivitas otak
mengatur dirinya sendiri ke dalam pola sesuai dengan hukum Prägnanz. Jadi,
sangat mungkin bahwa pola aktivitas otak lebih teratur daripada rangsangan yang
masuk kedalamnya. Ini jelas ditunjukkan di prinsip penutupan, yang menurutnya
angka-angka yang tidak lengkap di dunia fisik dianggap lengkap. Bahkan jika
gambar memiliki celah di dalamnya — dan dengan demikian bukan benar-benar lingkaran,
segitiga, atau persegi panjang — namun tetap dialami sebagailingkaran,
segitiga, atau persegi panjang. Ini karena otakmerubah rangsangan menjadi
konfigurasi terorganisir yang kemudian dialami secara kognitif. Untuk alasan
yang sama, contohnya kita melihat seseorang menunggang kuda.
The Gestalt Explanation
Of Learning
Cognitive Trial and Error
Kaum Gestaltis percaya bahwa aktivitas
otak cenderung ke arah keseimbangan, atau ekuilibrium, sesuai dengan hukum
Prägnanz. Kecenderungan menuju ekuilibrium ini berlanjut secara alami kecuali hal
itu terganggu. Menurut kaum Gestaltis, adanya masalah adalah salah satu
pengaruh yang mengganggu. Jika masalah dihadapi, keadaan disekuilibrium ada
sampai masalah diselesaikan. Karena keadaan disekuilibrium tidak wajar, hal itu
menciptakan ketegangan dengan sifat-sifat motivasional. yang membuat organisme
aktif sampai memecahkan masalah.
Biasanya, suatu organisme memecahkan
masalahnya secara perseptual dengan memindai lingkungan dan secara kognitif
mencoba satu solusi yang mungkin dan hingga mencapai solusi. Dengan demikian,
kaum Gestaltist menekankan coba-coba kognitif sebagai lawan dari coba-coba
perilaku. Mereka percaya bahwa organisme datang untuk melihat solusi dari
masalah.
Insightful Learning
Köhler melakukan sebagian besar
pekerjaannya untuk belajar antara tahun 1913 dan 1917 ketika dia berada di
pulau Tenerife selama Perang Dunia I. Dalam eksperimen tipikal, dengan
menggunakan kera sebagai subjek, Köhler menangguhkan objek yang diinginkan— misalnya,
pisang—di luar jangkauan hewan. Kemudian dia meletakkan benda-benda seperti
kotak dan tongkat, yang dapat digunakan hewan tersebut untuk mendapatkan
pisang, di lingkungan hewan tersebut.
Dengan menumpuk satu atau lebih kotak
di bawah pisang atau dengan menggunakan tongkat, hewan tersebut dapat
memperoleh pisang tersebut. Dalam satu kasus, hewan itu perlu menyatukan dua
tongkat untuk meraih pisang.
Dalam mempelajari pembelajaran, Köhler
juga menggunakan apa yang disebut masalah jalan memutar, masalah di mana hewan
dapat melihat tujuannya tetapi tidak dapat mencapainya secara langsung. Untuk mengatasi
masalah tersebut, hewan tersebut harus belajar mengambil rute tidak langsung ke
tujuan.
Köhler mencatat bahwa selama periode
prasolusi suatu masalah,hewan tampaknya mempertimbangkan situasi—yaitu, untuk menguji
berbagai hipotesis. Kemudian, pada titik tertentu, hewan tersebut mencapai
wawasan ke dalam solusi dan berperilaku sesuai dengan wawasan tersebut. Bagi
kaum Gestaltist, sebuah masalah bisa muncul hanya dalam dua tahap: Entah tidak
terpecahkan atau terpecahkan. Menurut kaum Gestaltis, alasan Thorndike dan yang
lainnya menemukan apa yang tampak sebagai pembelajaran inkremental
(pembelajaran yang terjadi secara bertahap) adalah karena semua unsur yang
diperlukan untuk pencapaian pandangan terang belum tersedia bagi hewan. Tetapi
jika suatu masalah disajikan kepada suatu organisme bersama dengan hal-hal yang
diperlukan untuk solusi masalah tersebut, pembelajaran mendalam biasanya
terjadi. Menurut Gestaltists, pembelajaran mendalam jauh lebih diinginkan
daripada pembelajaran yang dicapai melalui hafalan hafalan atau trial and error
perilaku.
Transposition
Untuk mengeksplorasi lebih jauh
hakikat belajar, Köhler menggunakan ayam sebagai mata pelajaran. Dalam satu
percobaan, dia meletakkan selembar kertas putih dan selembar kertas abu-abu di
atas tanah dan menutupi keduanya dengan biji-bijian. Jika seekor ayam mematuk
biji-bijian di atas kain putih, ia akan diusir; tetapi jika mematuk biji-bijian
di atas kain abu-abu, ia diizinkan untuk makan. Setelah banyak percobaan, ayam
belajar mematuk biji-bijian hanya pada lembaran abu-abu.
Thorndike, Hull, dan Skinner akan
mengatakan bahwa penguatan memperkuat respons memakan makanan di kertas
abu-abu. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Köhler melanjutkan percobaan tahap
kedua: Dia mengganti kertas putih dengan selembar kertas hitam. Sekarang
pilihannya adalah antara selembar kertas abu-abu, yang ayam-ayamnya telah
menerima penguatan, dan selembar kertas hitam. Mengingat pilihan ini, sebagian
besar ahli teori penguatan akan meramalkan bahwa ayam akan terus mendekati
kertas abu-abu. Namun, sebagian besar ayam mendekati kertas hitam. Penjelasan
Köhler adalah bahwa ayam-ayam itu tidak mempelajari asosiasi stimulus-respons
atau respons spesifik, melainkan sebuah hubungan. Dalam hal ini, hewan telah
belajar mendekati yang lebih gelap dari dua lembar kertas. Jika, pada tahap
kedua dari percobaan, Köhler telah menyajikan selembar kertas abu-abu lebih
terang dari yang ayam telah diperkuat, ayam akan terus mendekati lembaran di
mana mereka sebelumnya diberi makan karena itu akan menjadi lebih gelap dari ke
dua.
Jadi, bagi Gestaltist, suatu organisme
mempelajari prinsip atau hubungan, bukan respons spesifik terhadap situasi
tertentu. Setelah mempelajari suatu prinsip, organisme menerapkannya pada
situasi yang serupa. Ini disebut transposisi, penjelasan psikologi Gestalt tentang
transfer pelatihan. Gagasan transposisi bertentangan dengan teori transfer
elemen identic Thorndike, yang menurutnya sebuah kesamaan (elemen umum) antara
dua situasi yang menentukan jumlah transfer di antara mereka.
Penjelasan Spence memiliki keunggulan dalam
memprediksi keadaan di mana transposisi tidak akan terjadi. Seperti halnya saat
ini, baik penjelasan Gestalt maupun behavioris tidak dapat menjelaskan semua
fenomena transposisional; oleh karena itu, penjelasan yang komprehensif masih
dicari.
Productive Thingking
Wertheimer prihatin dengan penerapan
teori Gestalt untuk pendidikan. Seperti disebutkan, bukunya Productive Thinking
diterbitkan secara anumerta pada tahun 1945. Di bawah redaksi putra Wertheimer,
Michael, buku ini kemudian direvisi dan diperluas, dan diterbitkan ulang pada tahun
1959. Kesimpulan yang dicapai Wertheimer tentang pemikiran produktif didasarkan
pada pengalaman pribadi, dan eksperimen. Wawancara dengan individu dianggap pemecah
masalah yang sangat baik, seperti Einstein. Wertheimer membandingkan
pembelajaran menurut prinsip Gestalt dengan hafalan hafalan yang diatur oleh
penguatan eksternal dan hukum asosiasi. Yang pertama didasarkan pada pemahaman
tentang sifat masalah. Seperti yang telah kita lihat, keberadaan suatu masalah
menciptakan ketidakseimbangan kognitif yang bertahan hingga masalah tersebut
terpecahkan
Solusinya mengembalikan keselarasan
kognitif, dan pemulihan ini adalah penguatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Karena pembelajaran dan pemecahan masalah secara pribadi memuaskan, mereka
diatur oleh penguatan intrinsik (internal) daripada penguatan ekstrinsik (eksternal).
Wertheimer berpendapat bahwa kita termotivasi untuk belajar dan memecahkan
masalah karena secara pribadi kita merasa puas melakukannya, bukan karena
seseorang atau sesuatu yang lain mendorong kita untuk melakukannya. Karena
belajar diatur oleh prinsip-prinsip Gestalt didasarkan pada pemahaman tentang struktur
masalah, mudah diingat dan digeneralisasikan ke situasi lain yang lebih
relevan.
Wertheimer percaya bahwa beberapa
pembelajaran benar-benar terjadi ketika asosiasi mental, menghafal, latihan,
dan penguatan eksternal digunakan tetapi pembelajaran seperti itu biasanya sepele.
Dia memberi contoh pembelajaran seperti mengasosiasikan nama teman dengan nomor
teleponnya, belajar mengantisipasi dengan benar daftar suku kata yang tidak
masuk akal, dan seekor anjing belajar mengeluarkan air liur pada suara tertentu.
Sayangnya, menurut Wertheimer, inilah jenis pembelajaran yang paling ditekankan
oleh sekolah.
Wertheimer percaya bahwa beberapa
pembelajaran benar-benar terjadi ketika asosiasi mental, menghafal, latihan,
dan penguatan eksternal digunakan tetapi pembelajaran seperti itu biasanya sepele.
Dia memberi contoh pembelajaran seperti mengasosiasikan nama teman dengan nomor
teleponnya, belajar mengantisipasi dengan benar daftar suku kata yang tidak
masuk akal, dan seekor anjing belajar mengeluarkan air liur pada suara tertentu.
Sayangnya, menurut Wertheimer, inilah jenis pembelajaran yang paling ditekankan
oleh sekolah.
Teori Lapangan Lewin
Aristotelian Versus Konsepsi Sains
Galilea
Lewin membedakan antara pandangan
Aristoteles tentang alam yang menekankan esensi dan kategori dalam, dan
pandangan Galelio yang menekankan penyebab luar dan dinamika kekuatan. Bagi
Aristoteles, berbagai objek alam termasuk dalam kategori menurut esensinya, dan
segala sesuatu yang dimiliki anggota kategori tertentu memiliki kesamaan yang
mendefinisikan esensi anggota kategori tersebut. Aristoteles melihat perbedaan
individu sebagai distorsi yang disebabkan oleh kekuatan eksternal yang
mengganggu tendensi pertumbuhan alami suatu objek atau organisme.
Menurut Lewin, Galileo merevolusi
sains ketika dia mengubah fokusnya dari sebab-akibat batin menjadi gagasan
sebab-akibat yang lebih komprehensif. Bagi Galileo, perilaku suatu benda atau
organisme ditentukan oleh gaya total yang bekerja pada benda atau organisme
tersebut. Menurut Galileo, interaksi kekuatan alam menyebabkan segala sesuatu
terjadi, tidak ada yang dinamakan kecelakaan.
Ruang hidup
Konsep teoritis terpenting dari Lewin
adalah tentang ruang kehidupan.mRuang hidup seseorang terdiri atas pengaruh
yang bekerja padanya dalam waktu tertentu. Pengaruh ini disebut fakta
psikologis. Rung kehidupan seseorang tidak hanya mencerminkan peristiwa
pribadi, fisik, dan social yang nyata, tetapi juga mencerminkan peristiwa
imajiner.
Motivasi
Lewin percaya bahwa orang mencari
keseimbangan kognitif. Menurut Lewin, baik kebutuhan biologis mupun psikologis
menimbulkan ketegangan dala ruang kehidupan, dan satu-satunya cara untuk
mengurangi ketegangan tersebut adalah melalui pemenuhan kebutuhan tersebut.
Konflik
Lewin memusatkan studinya pada tiga jenis konflik.
- Konflik pendekatan-pendekatan, terjadi ketika seseorang tertarik pada dua tujuan yang sama.
- Konflik penghindaran-penghindaran, terjadi ketika seseorang ditolak oleh dua tujuan yang tidak merik pada saat yang sama.
- Konflik pendekatan-penghindaran, melibatkan satu tujuan yang membuat seseorang memiliki perasaan campur aduk.
Dinamika kelompok
Menurut Lewin, kelompok dapat dilihat
sebagai sistem fisik. Sifat atau konfigurasi suatu kelompok akan sangat
mempengaruhi tingkah laku anggotanya.
Dampak Psikologi
Gestalt
Psikologi Gestalk juga mendapatkan
banyak kritik. Para kritikus mengatakan bahwa banyak istilah dan konsep sentralnya
tidak jelas, oleh karena itu sulit dijabarkan secara eksperimental. Terlepas
dari kritik-kritik yang ada, teori Gestalt jelas mempengaruhi hampir setiap aspek
psikologi modern.
Psikologi Gestalt memainkan peran
utama dalam mengarahkan perhatian psikolog menjauh dari potongan prilaku dan
kesadaran yang tidak signifikan menuju aspek holistik perilaku dan kesadaran.
Banyak fitur dasar psikologi Gestalt telah berasimilasi ke dalam psikologi
modern, oleh karena itu psikologi Gestalt telah kehilangan kekhasannya sebagai
sebuah aliran.
Kognitif
Development Before 1950
Dalam sejarah psikologi, kebanyakan
atribut manusia di pelajari secara filosofi. J.S Mill berhasil menunjukkan
psikologi sebagai ilmu sains eksperimental, Fechner melanjutkan hasil kerja
keras Mill dengan melakukan penelitian terkait cognitive events secara
eksperimental. Ebbinghaus, dibawah pengaruh Fechner, mempelajari memori secara eksperimental.
William James yang merupakan The Principles of Psychology mengutip banyak
penelitian terkait kognisi dan berhasil menyarankan banyak penelitian tambahan.
Sir Frederick Charles Bartlett mendemonstrasikan bagaimana memori dipengaruhi
secara personal, skema kognitif, dan lain-lain. Dalam kata lain, ia menemukan
bahwa informasi selalu dikodekan, disimpan, dan diulang dalam prekonsepsi dan attitude
masing-masing individu.
Pada awal 1926, Jean Piaget mulai
untuk mempublikasikan penelitiannya terkait perkembangan intelektual. Selama
masa hidupnya, Piaget mempublikasikan lebih dari 50 buku dan monograf terkait
genetic epistemology atau perkembangan inteligensi. Secara umum, Piaget mendemonstrasikan
interaksi seorang anak kecil dengan lingkungannya akan menjadi lebih kompleks
dan adaptif bersamaan dengan struktur kognitifnya yang semakin jelas disebabkan
pendewasaan dan pengalaman.
Pada tahun 1942, Carl Rogers
mempublikasikan Counseling and Psychotherapy : Newer Concepts in Practices dan
menantang behaviorisme radikal serta psikoanalisis dengan menekankan pentingnya
pengalaman alam sadar pada situasi terapi.
Pada 1943, Abraham Maslow pertama kali
mengajukan teorinya terkait human motivation yang mendasari hierarcy of needs.
Psikoanalisis menjadi salah satu teori
yang paling berpengaruh dan banyak dipakai terutama diatara para psikolog dan
psikiatri. Donald Hebb merupakan pengkritik awal para behaviorisme radikal dan
melakukan banyak hal untuk menghilangkan aliran tersebut. Dalam bukunya yang berjudul
The Organization of Behavior, Hebb tidak hanya mencari penjelasan biologis dari
perilaku tetapi juga mendesak studi terkait proses kognitif.
Pada tahun 1949, Harry Harlow mempublikasikan
The Formation of Learning Sets yang menyediakan bukti bahwa monyet menerapkan
strategi mental dalan menyelesaikan masalah diskriminasi.
Pada tahun 1948, Norbert Wiener
mendefinisikan cybernetics sebagai studi terkait struktur dan fungsi dari
sistem proses informasi.
Development During The 1950s
Miller berpendapat bahwa psikologi
kognitif modern dimulai selama simposium tentang teori informasi yangdisponsori
oleh Massachusetts Institute of Technology pada 10-12 September 1956. Selama
simposium, Allen Newell (1927-1992) dan Herbert Simon (1916-2001) mempresentasikan
makalah tentang logika komputer; Noam Chomsky mempresentasikan pandangannya tentang
bahasa sebagai warisan, sistem aturan yang diatur; dan Miller menggambarkan
penelitiannya yang menunjukkan bahwa orang hanya dapat membedakan tujuh aspek
yang berbeda dari sesuatu—misalnya, rona warna atau nada suara. Selain itu,
orang hanya dapat menyimpan sekitar tujuh unit pengalaman yang bermakna
(potongan) seperti angka, kata, atau kalimat pendek.
Miller meringkas penelitiannya dalam
artikelnya yang berpengaruh “The Magical Number Seven, Plus or Minus Two: Some
Limits on Our Capacity for Processing Information” (1956). Peserta simposium
MIT melakukan banyak hal untuk membawa terminologi dan konsep teori informasi
dan sibernetika ke dalam psikologi. Kira-kira pada waktu yang sama, psikolog Inggris
Donald Broadbent (1957, 1958) melakukan hal yang sama. Crowther-Heyck (1999)
membahas pentingnya karya Miller dalam perkembangan awal psikologi kognitif.
Pada tahun 1951 Karl Lashley
(1890–1958) berpendapat bahwa penjelasan tentang perilaku berantai, yang ditawarkan
oleh para behavioris, yang menekankan pentingnya stimulasi eksternal tidaklah
cukup. Sebaliknya, katanya, perilaku terorganisir seperti itu hanya dapat muncul
dari dalam organisme. Dalam publikasi yang berpengaruh, “Drives and the C.N.S.
(Sistem Saraf Konseptual)” (1955), Hebb terus menunjukkan kesediaannya untuk
“memfisiologikan” proses kognitif dan dengan demikian terlibat dalam
pertempuran dengan kaum behavioris. Leon Festinger (1919–1989) mencatat bahwa ide-ide
yang dihibur seseorang mungkin cocok atau tidak cocok satu sama lain. Ketidakcocokan
ada, misalnya, jika seseorang terlibat dalam tugas yang jelas membosankan tetapi
didorong untuk menggambarkannya sebagai hal yang mengasyikkan, atau jika
seseorang merokok dan percaya bahwa merokok menyebabkan kanker.
Ketika ide-ide tidak sesuai, ada
keadaan disonansi yang memotivasi seseorang untuk mengubah keyakinan atau
perilaku. Dalam kasus di atas, misalnya, seseorang dapat mengurangi disonansi kognitif
dengan mengatakan kebenaran tentang tugas yang membosankan atau menjadi yakin bahwa
tugas tersebut sebenarnya mengasyikkan.
Dengan perokok, disonansi kognitif
dapat dikurangi dengan menghentikan kebiasaan tersebut atau percaya bahwa tidak
ada hubungan yang terbukti antara merokok dan kanker. Buku Festinger yang berpengaruh,
A Theory of Cognitive Dissonance (1957) tidak merujuk pada gagasan
behavioristik.
Pada awal 1950-an Jerome Bruner
menjadi tertarik pada pemikiran dan pembentukan konsep, dan pada 1955 dia
membantu Sir Frederic Bartlett dalam mengatur, di Cambridge, salah satu
konferensi pertama tentang psikologi kognitif (Bruner, 1980).
Pada tahun 1956 Bruner (bersama dengan
Jacqueline Goodnow dan George Austin) menerbitkan A Study of Thinking, yang
menekankan pembelajaran konsep. Meskipun pembelajaran konsep telah dipelajari
sebelumnya oleh Hull dan Thorndike, penjelasan mereka tentang pembelajaran semacam
itu ditulis dalam prinsip-prinsip asosiasi yang pasif. Penjelasan yang
ditawarkan oleh Bruner dan miliknya rekan menekankan pemanfaatan aktif strategi
kognitif dalam pembelajaran tersebut.
Pada tahun 1959 Tracy dan Howard
Kendler menganalisis pembelajaran diskriminasi anak dalam hal pemanfaatan
konsep daripada dalam hal prinsip-prinsip behavioristik. Pada tahun 1959
Chomsky menerbitkan ulasannya yang berpengaruh terhadap buku Skinner, Verbal
Learning (1957). Penjelasan nativistik Chomsky tentang bahasa sangat berpengaruh
dalam mengurangi dominasi behaviorisme radikal.
Juga selama tahun 1950-an, ahli teori humanistic,
seperti Maslow, Kelly, Rogers, dan May terus mengembangkan ide-ide mereka,
seperti yang dilakukan psikolog Gestalt dan psikoanalis.
Developments After 1950s
Pada tahun 1963 sebagai bukti sejauh
mana psikologi kognitif telah berkembang dan sebagai pengakuan atas peran Miller
dalam kemajuan tersebut, Miller dianugerahi Penghargaan Kontribusi Ilmiah yang
Dibedakan oleh APA. Miller menjabat sebagai presiden APA pada tahun 1969,
menerima Medali Emas untuk Prestasi Hidup dalam Ilmu Psikologi dari American
Psychological Foundation (APF) pada tahun 1990, dan dianugerahi National Medal
of Science oleh Presiden George Bush di 1991.
Miller saat ini adalah profesor
emeritus dan psikolog penelitian senior di Universitas Princeton. Pada tahun
1959 Donald Hebb menjabat sebagai presiden APA, dan pidato presidennya
"Revolusi Amerika" diterbitkan pada tahun 1960. Dalam pidato ini,
Hebb tidak mengacu pada revolusi politik Amerika tetapi pada revolusi
psikologisnya.
Menurut Hebb, hanya satu fase dari
revolusi Amerika di bidangpsikologi yang telah terjadi. Ini adalah perilaku
fase ioristik dan menghasilkan pengetahuan yang tepat, faktual dan ketelitian ilmiah
yang sebelumnya tidak ada dalam psikologi.
Namun, dalam upaya mereka untuk sepenuhnya
objektif, para behavioris telah meminimalkan atau membuang topik-topik seperti
pemikiran, citra, kemauan, dan perhatian. Hebb mendesak agar fase kedua
revolusi psikologi menggunakan ketelitian ilmiah yang dipromosikan oleh behavioris
untuk mempelajari proses kognitif yang telah lama diabaikan.
Dia mencatat bahwa karya Festinger,
Broadbent, Kendler, Miller, Galanter, dan Pribram mulai mengarah pada psikologikognitif
yang ketat. Dia sangat terkesan dengan kemungkinankomputer bertindak sebagai
model untuk mempelajari proses kognitif. Dia mengatakan bahwa model seperti itu
akan menjadi"pesaing yang kuat untuk pusat panggung". Pendekatan yang
disukai Hebb untuk mempelajari proses kognitif adalahberspekulasi tentang dasar
biologis mereka.
Pada tahun 1962 dan 1963 MD Egger dan
Neal Miller mendemonstrasikan bahwa, fenomena pengkondisian klasik tidak dapat
dijelaskan dalam kerangka prinsip asosiatif saja. Sebaliknya informasi yang disampaikan
oleh rangsangan yang terlibat harus dipertimbangkan. Pada tahun 1967 Ulric Neisser,
yang belajar dengan George Miller, menerbitkan bukunya yang berpengaruh
Psikologi kognitif, di mana Neisser mendefinisikan istilah kognisi sebagai,“Semua
proses yang dengannya. . . masukan sensorik diubah, dikurangi, diuraikan, disimpan,
dipulihkan dan digunakan ”. Juga dalam buku ini, Neisser berusaha untuk
mengintegrasikan penelitian tentang topik seperti persepsi, pembentukan konsep,
makna, bahasa, dan pemikiran, menggunakan beberapa konsep yang diadopsi terutama
dari teori informasi. Setelah cengkeraman behaviorisme - terutama behaviorisme
radikal – telah dilonggarkan, banyak upaya awal dalam psikologi kognitif eksperimental
dihargai. Tentang pengaruh Ebbinghaus, Michael Wertheimer (1987) berkata,“Eksperimen
mani bisa. . . dipandang sebagai awal dari apa yang menjadi bidang kognitifpopuler
saat ini.
Setelah cengkeraman behaviorisme –
terutama behaviorismeradikal - telah dilonggarkan, banyak upaya awal dalam
psikologi kognitif eksperimental dihargai. Mengenai pengaruh psikologi Gestalt,
Hearst (1979) berkata,"Psikologi kognitif saat ini — dengan penekanannya
pada organisasi, struktur, hubungan, peran aktif subjek, dan bagian penting yang
dimainkan oleh persepsi dalam pembelajaran dan memori — mencerminkan pengaruh
pendahulunya Gestalt
Jurnal Psikologi kognitif didirikan
pada 1969, dan dalam dua decade berikutnya 15 jurnal tambahan didirikan yang
menampilkan artikel penelitian tentangtopik seperti perhatian, pemecahan masalah,
memori, persepsi,bahasa, dan pembentukan konsep.
Minat dalam psikologi kognitif
eksperimental telah menjadi begitu luas sehingga banyak yang percaya bahwa
revolusi, atau pergeseran paradigma, telah terjadi dalam psikologi (misalnya Baars,
1986; Gardner, 1985; Sperry, 1993). Namun, yang lain menyarankan bahwa
psikologi kognitif kontemporer mewakili kembali kesejenis psikologi yang ada
sebelum dominasi behaviorisme.
Jika ada, maka terjadi kontra revolusi
daripada revolusi (lihatHergenhahn, 1994b). Bahkan George Miller, yang, seperti
yang telah kita lihat, bertanggung jawab atas popularitas psikologi kognitif
saat ini, menolak gagasan bahwa revolusi telah terjadi dari sekian banyak
bentuk psikologi kognitif yang ada sebelumtahun 1970-an, psikologi pemrosesan
informasi muncul sebagai bentuk yang dominan. Psikologi pemrosesan informasi
adalah jenis psikologi kognitif yang mengambil computer Program sebagai
metafora untuk cara kerja pikiran.
Kecerdasan Artifisial
Tes Turing
Turing mengusulkan agar dimainkan
“permainan imitasi” untuk menjawab pertanyaan, bisakah mesin berpikir? Turing
meminta agar kita membayangkan seorang interogator mengajukan pertanyaan
menyelidik ke manusia dan ke mesin, keduanya tersembunyi dari pandangan introgator.
Pertanyaan dan jawaban diketik di papan ketik dan ditampilkan di layar. Manusia
diminta untuk menjawab pertanyaan dengan jujur dan meyakinkan bahwa dia benar-benar
manusia, dan mesin di program untuk merespons seolah-olah ia adalah manusia.
Jika dalam tes tersebut introgator tidak dapat secara konsisten
mengidentifikasi responden manusia, komputer akan lolos tes Turing.
Argumen Searle menentang AI yang kuat
John Searle menjelaskan bantahannya kepada
para pendukung AI kuat. Pendukung AI yang kuat mengatakan bahwa pikiran ada ke
otak seperti ptogram ke perangkat keras. Searle menyatakan bahwa tidak ada
komputer digital lain hanya atas dasar itu. Komputer digital hanya memanipulasi
simbol formal sesuai aturan dalam program.
Menurut para materialis, manusia tidak
lain adalah system fisik. Akan tetapi, bagi materialis tidak ada “hantu dalam mesin”,
jadi tidak ada alasan untuk bertanya-tanya apakah mesin bukan manusia dapat
berpikir atau tidak. Baik mesin bukan manusia maupun manusia tidak dapat
berpikir.
Psikolog humanistik mengklaim bahwa
ada begitu banyak atribut manusia yag penting, sehingga ide simulasi mesin atribut
manusia itu konyol dan bahwa mungkin berbahaya. Hal ini mungkin berbahaya kaena
jika kita memandang manusia sebagai mesin, kita mungkin memperlakukan manusia
sebagai mesin. Kebanyakan psikolog humanistic menganggap gagasan AI
menjijikkan.
Information-Processing Psychology
Tidak ada contoh yang lebih baik
tentang bagaimana perkembangan di luar psikologi dapat memengaruhi psikologi
selain kemunculannya psikologi pemrosesan informasi. Meskipun individu seperti
George Miller (1956) dan Donald Broadbent (1957, 1958) sudah memakai komputer
metaphoruntuk mempelajari perkembangan manusia. Secara umum disepakati bahwa
artikel 1958 oleh Allen Newell, JC Shaw, dan Herbert Simon menandai transisi
antara kecerdasan artifisial dan psikologi pemrosesan informasi. Dalam artikel mereka,
penulis mengklaim bahwa program komputer yang mereka kembangkan memecahkan
masalah dengan cara yang sama seperti manusia. Artinya, mereka mengklaim bahwa
pikiran manusia dan program komputer adalah perangkat pemecah masalah umum.
Klaim ini sangat berpengaruh, dan semakin banyak psikolog mulai mencatat
kesamaan antara manusia dan komputer: Keduanya menerima masukan, memproses
masukan itu, memiliki memori, dan menghasilkan keluaran.
Untuk psikolog pemrosesan informasi,
istilah memasukkan menggantikan istilah tersebut rangsangan, syarat keluaran
menggantikan istilah tanggapan dan tingkah laku, dan istilah seperti penyimpanan,
pengkodean, pemrosesan, kapasitas, pengambilan, keputusan bersyarat, dan
program menjelaskan peristiwa pemrosesan informasi yang terjadi antara input
dan output. Sebagian besar istilah ini dipinjam dari teknologi komputer.
Psikolog pemroses informasi biasanya memusatkan penelitiannya pada pemikiran
dan perilaku yang normal dan rasional serta memandang manusia sebagai pencari
dan pengguna informasi yang aktif. Seperti yang telah kita lihat di seluruh
buku ini, asumsi yang dibuat tentang sifat manusia sangat memengaruhi cara manusia
dipelajari.
Kembalinya Fakultas Psikologi
Sebagian besar karena hubungannya
dengan frenologi, psikologi fakultas menjadi tidak disukai dan pada dasarnya dibuang
bersama frenologi. Bagi sebagian orang, membuang fakultas psikologi dengan
frenologi seperti membuang bayi dengan air mandi. Kami baru saja melihat bahwa
psikologi pemrosesan informasi menandai kembalinya ke psikologi fakultas.
Penemuan baru-baru ini bahwa otak diatur ke dalam banyak "modul" (kelompok
sel), masing-masing terkait dengan beberapa fungsi spesifik seperti pengenalan
wajah, juga menandai kembalinya ke psikologi fakultas.
The Return of Mind Body Problem
Popularitas semua jenis psikologi
kognitif saat ini, termasuk psikologi pemrosesan informasi, membawa masalah
pikiran-tubuh kembali ke psikologi — bukan karena masalah itu pernah hilang
sama sekali. Radikal behaviorists"memecahkan" masalah dengan
menyangkal keberadaan pikiran. Bagi mereka, apa yang disebut peristiwa mental
tidak lain adalah pengalaman fisiologis yang kita beri label kognitif. Artinya,
para behavioris radikal “memecahkan” masalah pikiran-tubuh dengan mengasumsikan
materialisme atau monisme fisik. Psikologi kognitif, bagaimanapun,
mengasumsikan adanya peristiwa kognitif. Peristiwa-peristiwa ini kadang-kadang
dipandang sebagai produk sampingan dari aktivitas otak (epiphenomenalism),
kadang-kadang sebagai otomatis, pengolah informasi sensorik pasif (mekanisme),
dan kadang-kadang sebagai penyebab penting dari perilaku (interaksionisme).
Dalam setiap kasus, peristiwa tubuh dan peristiwa kognitif diasumsikan, dan
oleh karena itu hubungan antara keduanya harus dijelaskan. Sejumlah psikolog
kognitif kontemporer percaya bahwa mereka telah menghindari dualisme dengan
mencatat hubungan dekat antara aktivitas otak tertentu dan peristiwa kognitif
tertentu (misalnya, Sperry, 1993). Fakta bahwa tampaknya hubungan seperti itu
akan segera ditemukan untuk semua peristiwa mental kadang-kadang ditawarkan
untuk mendukung materialisme.
Pada tahun 1970-an sejumlah psikolog
pemrosesan informasi yang mencoba memahami kognisi menggabungkan upaya mereka
dengan filsuf, antropolog, ahli bahasa, ahli saraf, insinyur, dan ilmuwan
komputer, sehingga menciptakan ilmu kognitif. Seperti psikolog pemrosesan
informasi, ilmuwan kognitif berusaha memahami proses mental yang mengintervensi
antara rangsangan dan respons, tetapi mereka mengambil dasar yang lebih luas
dalam mempelajari proses tersebut. Namun, bahkan dengan perkembangan ilmu
kognitif, atau mungkin karena itu, ada kesadaran yang berkembang bahwa
psikologi pemrosesan informasi dan AI yang darinya dikembangkan menjadi steril.
Bahkan Ulric Neisser, yang bukunya tahun 1967 Psikologi kognitif melakukan
begitu banyak untuk mempromosikan psikologi pemrosesan informasi, akhirnya
menjadi kecewa dengan psikologi semacam itu. Pada tahun 1976 Neisser
diterbitkan Kognisi dan Realitas, di mana dia berpendapat bahwa psikologi
pemrosesan informasi digantikan oleh psikologi ekologis. Psikologi ekologis menjauh
dari model komputer kognisi manusia dan batasan sempit eksperimen laboratorium
dan menuju studi kognisi seperti yang terjadi secara alami dalam situasi kehidupan
nyata. Pendekatan baru Neisser terhadap psikologi kognitif berpengaruh, tetapi
pengaruh AI dalam studi proses kognitif masih jauh dari selesai. Antusiasme terhadap
AI dihidupkan kembali oleh perkembangan baru yang dramatis yang menggunakan
otak sebagai model untuk fungsi kognitif daripada computer koneksionisme baru.
New Connections
Antecedents
Landasan dari satu jenis model
koneksionis baru yang popular adalah aturan hebb, yang menyatakan sebagai
berikut: Jika neuron berturut turut atau stimulan aktiv kekuatan koneksi di antara
mereka meningkat. Meskipun aturan ini sangat mempengaruhi koneksionisme baru,
itu tidak asli dengan Hebb. Hal ini didasarkan pada hukum kedekatan dan
frekuensi asosiatif yang kembali setidaknya ke Aristoteles; dan, seperti yang
kita lihat di Bab 5, David Hartleymengantisipasi Hebb dalam menerapkan
prinsip-prinsip asosiatif ini pada aktivitas saraf pada 200 tahun. William
James (1890/1950, Vol. 1, P.566) juga mengantisipasi aturan Hebb, dan
penjelasan neurofisiologis Pavlov tentang perkembangan refleks terkondisi mengikuti
Hartley dan James dengan sangat cermat.
Warren McCulloch dan Walter Pitts
(1943) juga mendahului Hebb dalam upaya menunjukkan hubungan antara pola aktivitas
saraf dan proses kognitif. Dalam beberapa hal, pendekatan mereka lebih terkait
erat dengan koneksionisme baru.
Daripada Hebb . McCullock dan Pitts
terutama tertarik untuk menunjukkan bagaimana neuron, dan jaringan neuron,
terlibat dalam operasi logis yang dapat diekspresikan secara matematis.
McCullock dan Pitts menggunakan istilah jaringan neurologis untuk mencerminkan
minat mereka dalam mengekspresikan aktivitas neuron secara matematis.
Upaya untuk menggambarkan aktivitas
saraf secara matematis dan, pada gilirannya, untuk menghubungkan aktivitas itu
dengan fungsi intelektual manusia, pada dasarnya adalah apa yang coba dilakukan
oleh koneksionisme baru Hebb sangat menyadari fakta bahwa gagasan yang diungkapkan
dalam apa yang kemudian dikenal sebagai pemerintahan Hebb tidak asli dengannya.