Perkembangan Awal
Psikologi Modern
Halo teman-teman semua! balik lagi nih sama aku yang
bakalan berbagi ilmu yang sangat bermanfaat bagi teman-teman semua. Nah kali
ini aku bakalan share apa saja ilmu yang aku dapetin dari kelas Psikologi Umum
I pertemuan kesembilan bersama ibu Mafaza, S.Psi., M.Sc yang membahas tentang “Perkembangan
Awal Psikologi Modern”
WILHELM MAXIMILIAN WUNDT (1832-1920)
Penelitiannya banyak mengenai kesadaran, sensasi,
menghitung waktu reaksi, dan lain sebagainya.
Mental Kronometri
Wundt mencoba menjelaskan waktu-waktu reaksi dari
proses-proses yang melatarbelakangi sensasi dan persepsi.
Wundt tidak setuju dengan materialism,
yaitu semua yang dilihat bisa dijelaskan dengan reaksi fisika dan kimia. Hal
ini dikarenakan dia percaya ada elemen diluar fisik dimana ketika kesadaran
diatur oleh hal-hal lain yang tidak bisa dijelaskan secara fisik.
Voluntarisme
Atau biasa disebut konsep sukarela, yaitu proses kontrol
mental bersifat sukarela. Atensi/perhatian manusia diatur oleh diri manusia itu
sendiri, bukan diatur oleh sensasi. Jadi ketika manusia menerima sensasi, mau
itu dimasukkan ke dalam kesadaran atau tidak itu tergantung diri sendiri. Manusia
mempunyai will, choice, dan purpose. Jika kita memiliki tujuan,
maka atensi kita akan mengarah ke tujuan tersebut dan kesadaran kita akan
diatur.
Tapi, Wundt juga tidak setuju semuanya berdasarkan kehendak
manusia. Ada beberapa hal yang manusia harus menyesuaikan dirinya.
Tujuan Psikologi
Wundt mengatakan bahwa untuk menjelaskan proses-proses mental
dasar bisa dilakukan dengan eksperimen. Namun, untuk proses mental yang lebih
kompleks sulit diungkapkan dengan eksperimen. Tapi bisa salah satunya dengan
cara introspeksi, yaitu individu itu melihat apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Selain itu juga bisa dengan cara observasi.
Salah satu hal yang sederhana itu adalah dalam menjelaskan
waktu reaksi ketika penelitian Wundt di labor yang menggunakan pendulum. Ketika bel berbunyi, lihat
pendulumnya ada dibagian mana karena dia menggantungkan pendulum itu di
titik-titik yang berbeda. Ternyata ketika melihat itu (waktu reaksi), orang
sangat sulit untuk fokus dengan suara dan pendulumnya karena itu merupakan dua
hal yang berbeda. Jadi, untuk memfokuskan atensi, Wundt berpendapat adanya selective attention. Kita ingin fokus ke
suaranya dahulu atau ke letak pendulumnya terlebih dahulu. Karena jarang orang
yang bisa fokus langsung ke dua hal yang berbeda.
Lama-kelamaan Wundt sudah tidak tertarik dengan mengukur
waktu reaksi, tapi tertarik menjelaskan tentang consciousness/kesadaran.
Three Dimension Feeling (3 Dimensi Perasaan)
Wundt menjelaskan bahwa feeling/afeksi bisa dibagi menjadi 3
dimensi ;
·
Pleased and Unpleased
(senang dan tidak senang)
·
Excited and Calm
(gembira dan tenang)
·
Tension and Relax
(ketegangan dan relaksasi)
Namun, teori ini sekarang tidak dipakai karena ahli-ahli
zaman sekarang menjelaskan feeling/afeksi secara lebih kompleks.
Kreatif Sintesis
Pengalaman atas sensasi dapat dimanipulasi sebebasnya oleh
manusia sehingga terjadi proses kreatif. Dalam mempersepsikan sesuatu, kita
bisa mengkreatifkannya sesuai tujuan kita. Kita harus mempunyai kemampuan
mensintesis informasi-informasi dengan cara kreatif sesuai dengan kebutuhan,
keinginan, dan tujuan kita. Sehingga dalam menerima informasi kita bisa membuat
informasi baru di kepala kita. Kita tidak hanya menerima mentah-mentah
informasi di dunia ini tapi kita bisa mengkreatifkannya di dalam otak sesuai
dengan kebutuhan. Kreatif sintesis sejalan dengan teori voluntarisme.
Persepsi dan Apersepsi
Apersepsi adalah bagian dari persepsi. Namun, apersepsi itu
kita sadari dan kita arahkan kepada tujuan kita berdasarkan pengalaman masa lalu.
Contohnya jika kita melihat hewan berkaki empat, berbulu, kecil dan memiliki misai
maka kita akan berpersepsi jika itu adalah kucing. Namun ketika kita melihat
kucing dan kita mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu sesuai tujuan kita
bahwa kucing tersebut mirip dengan kucing sepupu kita, maka ini adalah sebuah
apersepsi. Muncul pemaknaan yang mendalam dan lebih kompleks.
Psychological Versus Physical Causation
Wundt menjelaskan tentang principle
of the heterogony of ends, yaitu hasil akhir sesuatu itu tidak selalu
sesuai dengan yang kita harapkan dan rencanakan, bisa saja ada hasil-hasil lain
yang muncul. Walaupun kita punya kendali untuk mengatur atensi dan lain-lain,
kita tidak bisa mengatur hasil akhirnya.
Principle of contrasts,
yaitu ketika kita merasakan pengalaman
yang berbeda maka sensasi itu akan terasa semakin kuat. Misalnya ketika kita
makan donat yang sebenarnya tidak terlalu manis, donat itu akan terasa sangat
manis karena sebelumnya kita minum obat yang sangat pahit. Jadi ketika kita
merasakan sesuatu yang kontras, maka hasilnya akan terasa lebih kuat. Individu
akan cenderung merasakan sensasi yang kuat jika sebelumnya mengalami stimulus
yang kontras.
Principle toward the
development of opposites, yaitu individu akan
cenderung mencari sesuatu yang berbeda atau berlawanan dari biasanya.
Volkerpsychologie
Terdapat tiga tahap komunikasi verbal, yaitu : Pembicara
harus memahami kesan umumnya sendiri, Pembicara memilih kata dan kalimat
struktur untuk mengekspresikan kesan umum, Pendengar setelah mendengar kata dan
kalimat harus memahami kesan umum pembicara.
Pada akhirnya, Wundt sulit menjelaskan tentang proses-proses
mental yang kompleks. Lama-kelamaan muncul lah ahli-ahli baru yang merevisi
teori Wundt. Sedangkan voluntarisme mulai memudar/menghilang dan menjadi salah
satu teori psikologi yang masih dipertimbangkan karena mendapat kritikan dari
banyak orang.
EDWARD BRADFORD
TITCHENER (1867–1927)
Ia merupakan murid Wundt. Salah satu konsepnya yang sangat
berbeda dengan konsep Wundt yaitu mengenai atensi. Menurut Titchener, atensi
kita itu akan fokus pada stimulus yang kuat sehingga menarik perhatian kita.
Titchener lebih fokus kepada aspek-aspek atau bagian-bagian dari proses mental.
Alirannya yang terkenal yaitu aliran strukturalisme.
Strukturalisme
Titchener lebih tertarik mempelajari struktur-struktur dari
proses mental. Dia tidak fokus kepada dinamika dan proses, tetapi dia fokus
kepada struktur dan menjelaskan peristiwa-peristiwa itu berdasarkan strukturnya
atau bagian-bagiannya.
Elemen Mental
Menurutnya terdapat tiga elemen mental, yaitu : sensasi,
image, dan afeksi. Sensasi, yaitu elemen
dasar dari persepsi. Contohnya suara, bau, atau pengalaman lain yang ditimbulkan
objek fisik di lingkungan. Image,
yaitu elemen dari ide yang diperoleh dari pengalaman yang tidak terjadi pada
saat ini atu bisa disebut dapat dari masa lalu. Afeksi, yaitu elemen emosi yang didapatkan melalui pengalaman
seperti cinta, benci, dan sedih.
Sensasi dan image bisa dijelaskan lagi oleh Wundt berdasarkan
atributnya/strukturnya yaitu kualitas, intensitas, durasi, keberadaan dan kejelasannya.
Sedangkan afeksi dibagi berdasarkan kualitas, intensitas dan durasi.
Hubungan Paradoks Titchener dengan Psikolog Wanita
Meskipun APA telah menerima wanita sebagai anggota hampir
sejak awal, tetapi ketika Titchener menciptakan The Experimentalists, wanita
tidak diikutsertakan. Larangan terhadap wanita berlangsung dari awal organisasi
sampai reorganisasi dua tahun setelah kematian Titchener pada tahun 1929.
Selama masa jabatan Titchener, Cornell memiliki ide-ide
liberal dan maju yang luar biasa tentang wanita yang harus dipatuhi oleh
Titchener. Namun, mengingat apa yang kita ketahui tentang kepribadiannya yang dominan,
sulit membayangkan dia menyesuaikan diri dengan apa pun yang tidak dia simpati.
Tujuan Psikologi
Titchener setuju dengan Wundt bahwa psikologi harus
mempelajari pengalaman langsung — yaitu, kesadaran. Dia mendefinisikan kesadaran
sebagai jumlah total pengalaman mental pada saat tertentu dan pikiran sebagai
akumulasi pengalaman seumur hidup. Titchener menetapkan sebagai tujuan psikologi
penentuan apa, bagaimana,dan mengapa kehidupan mental. Titchener hanya mencari
menggambarkan pengalaman mental.
Titchener, menerima positivisme Ernst Mach, percaya bahwa
spekulasi tentang peristiwa yang tidak dapat diamati tidak memiliki tempat dalam
sains. Titchener berfokus pada peristiwa sadar yang dapatdiamati (melalui
introspeksi). Itu adalah struktur pikiran yang ingin dijelaskan oleh Titchener,
dan karenanya dia menamai versinya tentang psikologi strukturalisme.
Penggunaan Intropeksi Titchener
Penggunaan introspeksi Titchener lebih rumit daripada penggunaan
Wundt. Biasanya, subjek Wundt hanya akan melaporkan apakah sebuah pengalaman dipicu
oleh objek atau peristiwa eksternal. Subjek Titchener, bagaimanapun, harus mencari
unsur-unsur pengalaman mereka. Tugas mereka adalah mendeskripsikan pengalaman
dasar, mentah, dan mendasar yang darinya pengalaman kognitif kompleks dibangun.
Hukum Kombinasi
Dalam menjelaskan bagaimana elemen pemikiran bergabung,
Titchener menolak gagasan Wundt tentang apersepsi dan sintesis kreatif yang
mendukung asosiasisme tradisional. Bagi Titchener, tidak ada proses apersepsi
yang mendasari yang menyebabkan kejelasan, hanya saja beberapa sensasi lebih
jelas dan jelas daripada yang lain.
Korelasi Neurologis Peristiwa Mental
Titchener menyebut dirinya sendiri sebagai seorang paralelis
psikofisik mengenai hubungan pikiran-tubuh. Baginya, upaya untuk menjelaskan hubungan
pikiran-tubuh hampir mendekati spekulasi metafisik, dan itu asing bagi
positivisme-nya. Pada dasarnya, Titchener percaya bahwa proses fisiologis
menyediakan substrat berkelanjutan yang memberikan proses psikologis
kontinuitas yang tidak akan mereka miliki. Jadi untuk Titchener, meskipun
sistem saraf tidak menyebabkan kejadian mental, sistem ini dapat digunakan
untuk menjelaskan beberapa karakteristiknya.
Teori Konteks Makna
Sensasi tidak pernah terisolasi. Sesuai dengan hukum
kedekatan, setiap sensasi cenderung memunculkan gambaran sensasi yang
sebelumnya dialami bersama sensasi tersebut. Sensasi yang hidup atau sekelompok
sensasi membentuk a inti, dan gambar yang muncul membentuk sebuah konteks yang
memberi arti inti. Contohnya: Gambar orang yang dicintai cenderung memunculkan berbagai
macam gambaran yang berkaitan dengan perkataan dan aktivitas orang yang
dicintai, sehingga memberikan makna pada gambar tersebut.
Pendekatan Lainnya ke Psikologi
Meskipun
teori Wundt dan strukturalisme Titchener mendominasi psikologi selama
bertahun-tahun, mereka tetap mendapat kritikan. Asumsi kedua teori ini
ditantang secara efektif, dan tantangan ini memengaruhi perkembangan studi
psikologi lainnya.
FRANZ CLEMENS BRENTANO
Brentano
setuju dengan Wundt tentang batasan psikologi eksperimental. Seperti Wundt, Brentano
percaya bahwa terlalu menekankan eksperimen mengalihkan perhatian peneliti dari
isu-isu penting.Brentano juga tidak setuju dengan Titchener tentang pentingnya
mengetahui mekanisme fisiologis di balik peristiwa mental. Akhirnya, dia setuju
dengan Wundt bahwa pencarian elemen mental menyiratkan pandangan statis dari
pikiran yang tidak didukung oleh fakta. Menurut Brentano, hal terpenting
tentang pikiran bukanlah apa yang ada di dalamnya, tetapi apa yang
dilakukannya. Dengan kata lain, Brentano merasa bahwa studi yang tepat tentang pikiran
harus menekankan pikiran proses daripada
isinya.
Pandangan
Brentano disebut psikologi tindakan karena keyakinannya bahwa proses mental
ditujukan untuk melakukan suatu fungsi. Di antara tindakan mental, dia termasuk
menilai, mengingat, mengharapkan, menyimpulkan, meragukan, mencintai, membenci.
Lalu, setiap tindakan mental mengacu pada objek di luar dirinya sendiri.
Sebagai contoh, sesuatu dinilai, diingat, diharapkan, dicintai, dibenci, dan
sebagainya. Brentano menggunakan istilah itu intensionalitas untuk menjelaskan
fakta bahwa setiap tindakan mental menggabungkan sesuatu di luar dirinya. Jadi,
Brentano dengan jelas membedakan antara melihat warna merah dan warna merah
yang terlihat. Melihat adalah perbuatan mental, yang dalam hal ini berwarna
merah sebagai obyeknya. Kisah dan isi (obyek) tidak dapat dipisahkan; setiap perbuatan
mental bermaksud (mengacu, meliputi) suatu objek atau peristiwa yang merupakan isi dari perbuatan tersebut. Brentano tidak
berarti maksud atau tujuan dengan istilah itu intensionalitas; yang secara
sederhana berarti bahwa setiap tindakan mental bermaksud (mengacu pada) sesuatu di luar dirinya
sendiri.
CARL STUMPF
Minat utama
Stumpf adalah musik, dan penelitiannya
akhirnya membuatnya mendapatkan reputasi dalam audisi yang menyaingi Helmholtz. Karyanya yang paling
berpengaruh adalah dua karyanya yaituPsikologi Nada ( 1883 dan 1890). Stumpf mendirikan laboratorium psikologi di Universitas
Berlin yang merupakan pesaing serius
Wundt di Leipzig. Di laboratorium Stumpf, pekerjaan terkonsentrasi pada persepsi ruang dan audisi.
Seperti
Brentano, Stumpf berpendapat bahwa peristiwa mental harus dipelajari sebagai
unit yang bermakna, seperti yang
terjadi pada individu, dan tidak boleh dipecah untuk analisis lebih lanjut. Dengan kata lain, bagi Stumpf,
objek studi psikologi yang tepat adalah mental fenomena, bukan elemen sadar. Pendirian ini mengarah pada
fenomenologi yang menjadi landasan
bagi sekolah psikologi Gestalt selanjutnya. Faktanya, kursi yang ditempati
Stumpf di Universitas Berlin selama
26 tahun diserahkan kepada psikolog Gestalt, Wolfgang Köhler. Dua pendiri psikologi Gestalt lainnya, Max
Wertheimerdan Kurt Koffka, juga belajar dengan Stumpf.
EDMUND HUSSERL
Bagi
Husserl, bagaimanapun, mempelajari intensionalitas hanya menghasilkan satu
jenis pengetahuan, yaitu orang yang beralih ke lingkungan. Yang tidak kalah
pentingnya adalah pengetahuan yang diperoleh dengan mempelajari orang yang
berbalik ke dalam. Studi sebelumnya menggunakan introspeksi untuk memeriksa tindakan
mental yang kita gunakan untuk merangkul dunia fisik. Studi terakhir
menggunakan introspeksi untuk memeriksa semua
pengalamansubjektif saat itu terjadi, tanpa perlu menghubungkannya dengan hal lain.
Bagi
Husserl, setidaknya ada dua jenis introspeksi: yang berfokus pada intensionalitas
dan satu yang berfokus pada proses apa pun yang dialami seseorang secara
subjektif. Sebagai contoh, tipe yang pertama akan menanyakan objek eksternal
apa yang dimaksudkan oleh tindakan melihat, sedangkan tipe yang kedua akan berkonsentrasi
pada deskripsi pengalaman murni melihat. Kedua jenis introspeksi berfokus pada
pengalaman fenomenologis, tetapi karena yang terakhir berfokus pada esensi proses
mental yang disebut Husserl fenomenologi murni.
Saat
istilah fenomena digunakan untuk menggambarkan peristiwa mental, ini mengacu
pada pengalaman yang utuh, bermakna dan bukan pada fragmen pengalaman sadar seperti sensasi terisolasi.
Dalam pengertian ini, Wundt (sebagai seorang eksperimentalis) dan Titchener
sebelumnya bukanlah fenomenologis, sedangkan Brentano, Stumpf, dan Husserl
adalah seorang fenomenalis. Intinya adalah penggunaan istilah itu tidak benar subjektif,
kognitif,dan mental sebagai sinonim untuk fenomenologis.
Metode ilmu
alam tidak tepat untuk mempelajari fenomena mental. Menurut Husserl, mereka yang
percaya bahwa psikologi harus menjadi ilmu eksperimental membuat kesalahan
dengan mengambil ilmu alam sebagai modelnya. Husserl tidak menyangkal bahwa
psikologi eksperimental itu mungkin, dia hanya mengatakan bahwa itu pasti
didahului oleh analisis fenomenologi yang cermat dan teliti. Dia percaya bahwa
terlalu dini untuk melakukan eksperimen pada persepsi, memori, dan perasaan
tanpa terlebih dahulu mengetahui esensi (sifat utama) dari proses ini. Tanpa
pengetahuan semacam itu, pelaku eksperimen tidak tahu bagaimana sifat dasar dari
apa yang dia pelajari dapat membiaskan apa yang ditemukan atau bagaimana
pengalaman awalnya diatur. Tujuan Husserl adalah menciptakan taksonomi pikiran.
Dia ingin mendeskripsikan esensi mental yang dengannya manusia mengalami diri
mereka sendiri, manusia lain, dan dunia. Husserl sangat percaya bahwa deskripsi
esensi semacam itu harus mendahului segala upaya untuk memahami interaksi
antara manusia dan lingkungannya dan ilmu psikologi apa pun. Memang, dia percaya
bahwa pemahaman seperti itu adalah dasar untuk apa saja ilmu karena semua ilmu
pada akhirnya bergantung pada atribut mental manusia.
OSWALD KÜLPE
Pikiran tanpa imajinasi. Meskipun memulai banyak hal di kamp Wundtian, Külpe menjadi salah satu lawan Wundt yang
paling layak. Külpe tidak setuju dengan Wundt bahwa semua pikiran harus memiliki referensi khusus — yaitu
sensasi, citra, atau perasaan. Külpe
percaya bahwa ada beberapa pemikiran tanpa bayangan. Lebih jauh, dia tidak setuju dengan pendapat Wundt
bahwa proses mental yang lebih tinggi (seperti
berpikir) tidak dapat dipelajari secara eksperimental, dan dia mulai melakukannya dengan menggunakan apa yang
dia sebut. introspeksi eksperimental sistematis.
Teknik ini melibatkan pemberian masalah kepada subjek untuk dipecahkan dan kemudian meminta mereka untuk
melaporkan operasi mental yang mereka lakukan
untuk menyelesaikannya. Selain itu, subjek diminta untuk mendeskripsikan jenis pemikiran yang terlibat pada
berbagai tahapan pemecahan masalah. Mereka
diminta untuk melaporkan pengalaman mental mereka sambil menunggu masalah dipresentasikan, selama pemecahan
masalah aktual, dan setelah masalah diselesaikan.
Perangkat Mental. Ditemukan
bahwa memfokuskan subjek pada masalah tertentu menciptakan kecenderungan
tertentu yang bertahan sampai masalah terpecahkan. Lebih jauh lagi, meskipun
kecenderungan atau rangkaian ini bekerja, subjek tidak menyadarinya; artinya,
ia beroperasi di tingkat bawah sadar. Misalnya, pemegang buku dapat
menyeimbangkanbuku tanpa menyadari fakta bahwadia sedang menambah atau
mengurangi.
Temuan lain
dari sekolah Würzburg. Selain menunjukkan pentingnya himpunan mental dalam
pemecahan masalah, anggota sekolah Würzburg menunjukkan bahwa masalah memiliki
sifat motivasi. Entah bagaimana, masalah menyebabkan subjek terus menerapkan
operasi mental yang relevan sampai solusi tercapai. Aspek motivasi dari pemecahan
masalah akan ditekankan kemudian oleh psikolog Gestalt. (Wertheimer, salah satu
pendiri sekolah psikologi Gestalt, menulis disertasi doktoralnya di bawah pengawasan
Külpe.)
HANS VAIHINGER
Dalam
bukunya, Vaihinger berpihak pada
positivis Machian, mengatakan bahwa semua yang kita alami secara langsung
adalah sensasi dan hubungan di antara
sensasi; oleh karena itu, yang bisa kita yakini hanyalah sensasi. Namun, langkah Vaihinger selanjutnya yang
membuat posisinya tidak biasa. Menurut Vaihinger, kehidupan bermasyarakat mengharuskan kita memberi makna pada sensasi kita,
dan kita melakukannya dengan menciptakan
istilah, konsep, dan teori, lalu bertindak "seolah-olah" itu benar.
Artinya, meskipun kita tidak pernah
tahu apakah fungsi kita sesuai dengan kenyataan, kita bertindak "seolah-olah" memang demikian. Kecenderungan menemukan makna ini, menurut Vaihinger,
merupakan bagian dari kodrat manusia: “Persis seperti [kerang] ketika
sebutirpasirberadadibawahpermukaannya yangbersinar, menutupinya dengan kumpulan mutiara yang diproduksi
sendiri, untuk mengubah butiran yang tidak penting menjadi mutiara yangcemerlang, jadi,hanya lebih halus lagi, jiwa, ketika dirangsang,
mengubah materi sensasi yang diserapnya
menjadi mutiara pikiran yang bersinar.”
HERMAN EBBINGHAUS
Ebbinghaus
memulai penelitiannya di rumahnya di Berlin pada tahun 1878, dan studi awalnya
ditulis dan ditawarkan sebagai
dukungan atas keberhasilannya melamar menjadi dosen filsafat di Universitas
Berlin. Penelitian Ebbinghaus
memuncak dalam sebuah monografi berjudul On
Memory: An Investigation in Experimental
Psychology yang menandai titik balik psikologi. Ini adalah pertama kalinya
proses pembelajaran dan memori
dipelajari saat terjadi daripada setelah terjadi. Selanjutnya, mereka
diselidiki secara eksperimental.
Sebagai kesaksian ketelitian Ebbinghaus, banyak dari temuannya masih dikutip
dalam buku teks psikologi modern.
Hoffman, Bringmann, Bamberg, dan Klein (1986) mendaftar delapan kesimpulan
utama yang dicapai Ebbinghaus
tentang pembelajaran dan memori; sebagian besar masih berlaku saat ini dan
sedang dikembangkan oleh para peneliti
saat ini. Prinsip Psikologi Ebbinghaus (1897)digunakan secara luas sebagai teks pengantar psikologi, seperti Outline of Psychology (1902). Garis
Besar yang dimulai dengan pernyataan terkenal Ebbinghaus, "Psikologi
memiliki masa lalu yang panjang, tetapi hanya sejarah yang pendek."
Bersama
dengan Hering, Stumpf, Helmholtz, dan lainnya, Ebbinghaus mendirikan jurnal
eksperimental kedua psikologi, Journal of
Psychology and Physiology of the Sense Organs, yang mematahkan monopoli
Wundt atas penerbitan hasil-hasil dari eksperimen psikologis. Ebbinghaus juga
yang pertama menerbitkan artikel tentang pengujian kecerdasan anak sekolah. Dia
merancang tugas penyelesaian kalimat untuk tujuan tersebut, dan kemudian
menjadi bagian dari skala kecerdasan Binet-Simon (Hoffmanet al., 1986).
Materi yang
tidak masuk akal. Untuk mempelajari pembelajaran yang terjadi, Ebbinghaus membutuhkan
materi yang belum pernah dialami sebelumnya. Untuk ini, dia menciptakan
kumpulan 2.300 "suku kata yang tidak masuk akal". Hoffman dkk.
tunjukkan bahwa pembahasan standar suku kata Ebbinghaus tidak benar; bukan suku
katanya yang memiliki sedikit atau tidak ada arti, melainkan serangkaian suku
kata yang pada dasarnya tidak berarti. Artinya, menyebut suku kata Ebbinghaus
sebagai "suku kata yang tidak masuk akal" adalah istilah yang salah.
Hoffman
dkk. tunjukkan bahwa banyak suku kata Ebbinghaus adalah kata-kata yang
sebenarnya dan banyak suku kata lainnya yang sangat mirip. Dari kumpulan 2.300
suku kata, Ebbinghaus memilih satu rangkaian untuk dipelajari. Rangkaian
tersebut biasanya terdiri dari 12 suku kata, meskipun ia memvariasikan ukuran
kelompok untuk mempelajari kecepatan pembelajaran sebagai fungsi dari jumlah
materi yang akan dipelajari. Menjaga suku kata dalam urutan yang sama dan
menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek, dia melihat setiap suku kata selama
sepersekian detik. Setelah memeriksa daftar dengan cara ini, dia berhenti
selama 15 detik dan memeriksa daftar itu lagi. Dia melanjutkan dengan cara ini
sampai dia bisa melafalkan setiap suku kata
tanpa membuat kesalahan, pada titik mana penguasaan dikatakan telah terjadi.