Sabtu, 29 Oktober 2022

 

Perkembangan Awal Psikologi Modern

Halo teman-teman semua! balik lagi nih sama aku yang bakalan berbagi ilmu yang sangat bermanfaat bagi teman-teman semua. Nah kali ini aku bakalan share apa saja ilmu yang aku dapetin dari kelas Psikologi Umum I pertemuan kesembilan bersama ibu Mafaza, S.Psi., M.Sc yang membahas tentang “Perkembangan Awal Psikologi Modern”


WILHELM MAXIMILIAN WUNDT (1832-1920)

Penelitiannya banyak mengenai kesadaran, sensasi, menghitung waktu reaksi, dan lain sebagainya.

 

Mental Kronometri

Wundt mencoba menjelaskan waktu-waktu reaksi dari proses-proses yang melatarbelakangi sensasi dan persepsi.

Wundt tidak setuju dengan materialism, yaitu semua yang dilihat bisa dijelaskan dengan reaksi fisika dan kimia. Hal ini dikarenakan dia percaya ada elemen diluar fisik dimana ketika kesadaran diatur oleh hal-hal lain yang tidak bisa dijelaskan secara fisik.

 

Voluntarisme

Atau biasa disebut konsep sukarela, yaitu proses kontrol mental bersifat sukarela. Atensi/perhatian manusia diatur oleh diri manusia itu sendiri, bukan diatur oleh sensasi. Jadi ketika manusia menerima sensasi, mau itu dimasukkan ke dalam kesadaran atau tidak itu tergantung diri sendiri. Manusia mempunyai will, choice, dan purpose. Jika kita memiliki tujuan, maka atensi kita akan mengarah ke tujuan tersebut dan kesadaran kita akan diatur.

Tapi, Wundt juga tidak setuju semuanya berdasarkan kehendak manusia. Ada beberapa hal yang manusia harus menyesuaikan dirinya.

 

Tujuan Psikologi

Wundt mengatakan bahwa untuk menjelaskan proses-proses mental dasar bisa dilakukan dengan eksperimen. Namun, untuk proses mental yang lebih kompleks sulit diungkapkan dengan eksperimen. Tapi bisa salah satunya dengan cara introspeksi, yaitu individu itu melihat apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Selain itu juga bisa dengan cara observasi.

Salah satu hal yang sederhana itu adalah dalam menjelaskan waktu reaksi ketika penelitian Wundt di labor yang menggunakan pendulum. Ketika bel berbunyi, lihat pendulumnya ada dibagian mana karena dia menggantungkan pendulum itu di titik-titik yang berbeda. Ternyata ketika melihat itu (waktu reaksi), orang sangat sulit untuk fokus dengan suara dan pendulumnya karena itu merupakan dua hal yang berbeda. Jadi, untuk memfokuskan atensi, Wundt berpendapat adanya selective attention. Kita ingin fokus ke suaranya dahulu atau ke letak pendulumnya terlebih dahulu. Karena jarang orang yang bisa fokus langsung ke dua hal yang berbeda.

Lama-kelamaan Wundt sudah tidak tertarik dengan mengukur waktu reaksi, tapi tertarik menjelaskan tentang consciousness/kesadaran.

 

Three Dimension Feeling (3 Dimensi Perasaan)

Wundt menjelaskan bahwa feeling/afeksi bisa dibagi menjadi 3 dimensi ;

·         Pleased and Unpleased (senang dan tidak senang)

·         Excited and Calm (gembira dan tenang)

·         Tension and Relax (ketegangan dan relaksasi)

Namun, teori ini sekarang tidak dipakai karena ahli-ahli zaman sekarang menjelaskan feeling/afeksi secara lebih kompleks.

 

Kreatif Sintesis

Pengalaman atas sensasi dapat dimanipulasi sebebasnya oleh manusia sehingga terjadi proses kreatif. Dalam mempersepsikan sesuatu, kita bisa mengkreatifkannya sesuai tujuan kita. Kita harus mempunyai kemampuan mensintesis informasi-informasi dengan cara kreatif sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan tujuan kita. Sehingga dalam menerima informasi kita bisa membuat informasi baru di kepala kita. Kita tidak hanya menerima mentah-mentah informasi di dunia ini tapi kita bisa mengkreatifkannya di dalam otak sesuai dengan kebutuhan. Kreatif sintesis sejalan dengan teori voluntarisme.

 

Persepsi dan Apersepsi

Apersepsi adalah bagian dari persepsi. Namun, apersepsi itu kita sadari dan kita arahkan kepada tujuan kita berdasarkan pengalaman masa lalu. Contohnya jika kita melihat hewan berkaki empat, berbulu, kecil dan memiliki misai maka kita akan berpersepsi jika itu adalah kucing. Namun ketika kita melihat kucing dan kita mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu sesuai tujuan kita bahwa kucing tersebut mirip dengan kucing sepupu kita, maka ini adalah sebuah apersepsi. Muncul pemaknaan yang mendalam dan lebih kompleks.

Psychological Versus Physical Causation

Wundt menjelaskan tentang principle of the heterogony of ends, yaitu hasil akhir sesuatu itu tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan dan rencanakan, bisa saja ada hasil-hasil lain yang muncul. Walaupun kita punya kendali untuk mengatur atensi dan lain-lain, kita tidak bisa mengatur hasil akhirnya.

Principle of contrasts, yaitu ketika kita merasakan pengalaman yang berbeda maka sensasi itu akan terasa semakin kuat. Misalnya ketika kita makan donat yang sebenarnya tidak terlalu manis, donat itu akan terasa sangat manis karena sebelumnya kita minum obat yang sangat pahit. Jadi ketika kita merasakan sesuatu yang kontras, maka hasilnya akan terasa lebih kuat. Individu akan cenderung merasakan sensasi yang kuat jika sebelumnya mengalami stimulus yang kontras.

Principle toward the development of opposites, yaitu individu akan cenderung mencari sesuatu yang berbeda atau berlawanan dari biasanya.

 

Volkerpsychologie

Terdapat tiga tahap komunikasi verbal, yaitu : Pembicara harus memahami kesan umumnya sendiri, Pembicara memilih kata dan kalimat struktur untuk mengekspresikan kesan umum, Pendengar setelah mendengar kata dan kalimat harus memahami kesan umum pembicara.

 

Pada akhirnya, Wundt sulit menjelaskan tentang proses-proses mental yang kompleks. Lama-kelamaan muncul lah ahli-ahli baru yang merevisi teori Wundt. Sedangkan voluntarisme mulai memudar/menghilang dan menjadi salah satu teori psikologi yang masih dipertimbangkan karena mendapat kritikan dari banyak orang.

 

EDWARD BRADFORD TITCHENER (1867–1927)

Ia merupakan murid Wundt. Salah satu konsepnya yang sangat berbeda dengan konsep Wundt yaitu mengenai atensi. Menurut Titchener, atensi kita itu akan fokus pada stimulus yang kuat sehingga menarik perhatian kita. Titchener lebih fokus kepada aspek-aspek atau bagian-bagian dari proses mental. Alirannya yang terkenal yaitu aliran strukturalisme.

 

Strukturalisme

Titchener lebih tertarik mempelajari struktur-struktur dari proses mental. Dia tidak fokus kepada dinamika dan proses, tetapi dia fokus kepada struktur dan menjelaskan peristiwa-peristiwa itu berdasarkan strukturnya atau bagian-bagiannya.

 

Elemen Mental

Menurutnya terdapat tiga elemen mental, yaitu : sensasi, image, dan afeksi. Sensasi, yaitu elemen dasar dari persepsi. Contohnya suara, bau, atau pengalaman lain yang ditimbulkan objek fisik di lingkungan. Image, yaitu elemen dari ide yang diperoleh dari pengalaman yang tidak terjadi pada saat ini atu bisa disebut dapat dari masa lalu. Afeksi, yaitu elemen emosi yang didapatkan melalui pengalaman seperti cinta, benci, dan sedih.

Sensasi dan image bisa dijelaskan lagi oleh Wundt berdasarkan atributnya/strukturnya yaitu kualitas, intensitas, durasi, keberadaan dan kejelasannya. Sedangkan afeksi dibagi berdasarkan kualitas, intensitas dan durasi.

 

Hubungan Paradoks Titchener dengan Psikolog Wanita

Meskipun APA telah menerima wanita sebagai anggota hampir sejak awal, tetapi ketika Titchener menciptakan The Experimentalists, wanita tidak diikutsertakan. Larangan terhadap wanita berlangsung dari awal organisasi sampai reorganisasi dua tahun setelah kematian Titchener pada tahun 1929.

Selama masa jabatan Titchener, Cornell memiliki ide-ide liberal dan maju yang luar biasa tentang wanita yang harus dipatuhi oleh Titchener. Namun, mengingat apa yang kita ketahui tentang kepribadiannya yang dominan, sulit membayangkan dia menyesuaikan diri dengan apa pun yang tidak dia simpati.

 

Tujuan Psikologi

Titchener setuju dengan Wundt bahwa psikologi harus mempelajari pengalaman langsung — yaitu, kesadaran. Dia mendefinisikan kesadaran sebagai jumlah total pengalaman mental pada saat tertentu dan pikiran sebagai akumulasi pengalaman seumur hidup. Titchener menetapkan sebagai tujuan psikologi penentuan apa, bagaimana,dan mengapa kehidupan mental. Titchener hanya mencari menggambarkan pengalaman mental.

Titchener, menerima positivisme Ernst Mach, percaya bahwa spekulasi tentang peristiwa yang tidak dapat diamati tidak memiliki tempat dalam sains. Titchener berfokus pada peristiwa sadar yang dapatdiamati (melalui introspeksi). Itu adalah struktur pikiran yang ingin dijelaskan oleh Titchener, dan karenanya dia menamai versinya tentang psikologi strukturalisme.


Penggunaan Intropeksi Titchener

Penggunaan introspeksi Titchener lebih rumit daripada penggunaan Wundt. Biasanya, subjek Wundt hanya akan melaporkan apakah sebuah pengalaman dipicu oleh objek atau peristiwa eksternal. Subjek Titchener, bagaimanapun, harus mencari unsur-unsur pengalaman mereka. Tugas mereka adalah mendeskripsikan pengalaman dasar, mentah, dan mendasar yang darinya pengalaman kognitif kompleks dibangun.

 

Hukum Kombinasi

Dalam menjelaskan bagaimana elemen pemikiran bergabung, Titchener menolak gagasan Wundt tentang apersepsi dan sintesis kreatif yang mendukung asosiasisme tradisional. Bagi Titchener, tidak ada proses apersepsi yang mendasari yang menyebabkan kejelasan, hanya saja beberapa sensasi lebih jelas dan jelas daripada yang lain.

 

Korelasi Neurologis Peristiwa Mental

Titchener menyebut dirinya sendiri sebagai seorang paralelis psikofisik mengenai hubungan pikiran-tubuh. Baginya, upaya untuk menjelaskan hubungan pikiran-tubuh hampir mendekati spekulasi metafisik, dan itu asing bagi positivisme-nya. Pada dasarnya, Titchener percaya bahwa proses fisiologis menyediakan substrat berkelanjutan yang memberikan proses psikologis kontinuitas yang tidak akan mereka miliki. Jadi untuk Titchener, meskipun sistem saraf tidak menyebabkan kejadian mental, sistem ini dapat digunakan untuk menjelaskan beberapa karakteristiknya.

 

Teori Konteks Makna

Sensasi tidak pernah terisolasi. Sesuai dengan hukum kedekatan, setiap sensasi cenderung memunculkan gambaran sensasi yang sebelumnya dialami bersama sensasi tersebut. Sensasi yang hidup atau sekelompok sensasi membentuk a inti, dan gambar yang muncul membentuk sebuah konteks yang memberi arti inti. Contohnya: Gambar orang yang dicintai cenderung memunculkan berbagai macam gambaran yang berkaitan dengan perkataan dan aktivitas orang yang dicintai, sehingga memberikan makna pada gambar tersebut.

 

Pendekatan Lainnya ke Psikologi

Meskipun teori Wundt dan strukturalisme Titchener mendominasi psikologi selama bertahun-tahun, mereka tetap mendapat kritikan. Asumsi kedua teori ini ditantang secara efektif, dan tantangan ini memengaruhi perkembangan studi psikologi lainnya.

 

FRANZ CLEMENS BRENTANO

Brentano setuju dengan Wundt tentang batasan psikologi eksperimental. Seperti Wundt, Brentano percaya bahwa terlalu menekankan eksperimen mengalihkan perhatian peneliti dari isu-isu penting.Brentano juga tidak setuju dengan Titchener tentang pentingnya mengetahui mekanisme fisiologis di balik peristiwa mental. Akhirnya, dia setuju dengan Wundt bahwa pencarian elemen mental menyiratkan pandangan statis dari pikiran yang tidak didukung oleh fakta. Menurut Brentano, hal terpenting tentang pikiran bukanlah apa yang ada di dalamnya, tetapi apa yang dilakukannya. Dengan kata lain, Brentano merasa bahwa studi yang tepat tentang pikiran harus menekankan pikiran  proses daripada isinya.

Pandangan Brentano disebut psikologi tindakan karena keyakinannya bahwa proses mental ditujukan untuk melakukan suatu fungsi. Di antara tindakan mental, dia termasuk menilai, mengingat, mengharapkan, menyimpulkan, meragukan, mencintai, membenci. Lalu, setiap tindakan mental mengacu pada objek di luar dirinya sendiri. Sebagai contoh, sesuatu dinilai, diingat, diharapkan, dicintai, dibenci, dan sebagainya. Brentano menggunakan istilah itu intensionalitas untuk menjelaskan fakta bahwa setiap tindakan mental menggabungkan sesuatu di luar dirinya. Jadi, Brentano dengan jelas membedakan antara melihat warna merah dan warna merah yang terlihat. Melihat adalah perbuatan mental, yang dalam hal ini berwarna merah sebagai obyeknya. Kisah dan isi (obyek) tidak dapat dipisahkan; setiap perbuatan mental bermaksud (mengacu, meliputi) suatu objek atau peristiwa yang merupakan  isi dari perbuatan tersebut. Brentano tidak berarti maksud atau tujuan dengan istilah itu intensionalitas; yang secara sederhana berarti bahwa setiap tindakan mental bermaksud  (mengacu pada) sesuatu di luar dirinya sendiri.

 

CARL STUMPF

Minat utama Stumpf adalah musik, dan penelitiannya akhirnya membuatnya mendapatkan reputasi dalam audisi yang menyaingi Helmholtz. Karyanya yang paling berpengaruh adalah dua karyanya yaituPsikologi Nada ( 1883 dan 1890). Stumpf mendirikan laboratorium psikologi di Universitas Berlin yang merupakan pesaing serius Wundt di Leipzig. Di laboratorium Stumpf, pekerjaan terkonsentrasi pada persepsi ruang dan audisi.

Seperti Brentano, Stumpf berpendapat bahwa peristiwa mental harus dipelajari sebagai unit yang bermakna, seperti yang terjadi pada individu, dan tidak boleh dipecah untuk analisis lebih lanjut. Dengan kata lain, bagi Stumpf, objek studi psikologi yang tepat adalah mental fenomena, bukan elemen sadar. Pendirian ini mengarah pada fenomenologi yang menjadi landasan bagi sekolah psikologi Gestalt selanjutnya. Faktanya, kursi yang ditempati Stumpf di Universitas Berlin selama 26 tahun diserahkan kepada psikolog Gestalt, Wolfgang Köhler. Dua pendiri psikologi Gestalt lainnya, Max Wertheimerdan Kurt Koffka, juga belajar dengan Stumpf.

 

EDMUND HUSSERL

Bagi Husserl, bagaimanapun, mempelajari intensionalitas hanya menghasilkan satu jenis pengetahuan, yaitu orang yang beralih ke lingkungan. Yang tidak kalah pentingnya adalah pengetahuan yang diperoleh dengan mempelajari orang yang berbalik ke dalam. Studi sebelumnya menggunakan introspeksi untuk memeriksa tindakan mental yang kita gunakan untuk merangkul dunia fisik. Studi terakhir menggunakan introspeksi untuk memeriksa semua  pengalamansubjektif saat itu terjadi, tanpa  perlu menghubungkannya dengan hal lain.

Bagi Husserl, setidaknya ada dua jenis introspeksi: yang berfokus pada intensionalitas dan satu yang berfokus pada proses apa pun yang dialami seseorang secara subjektif. Sebagai contoh, tipe yang pertama akan menanyakan objek eksternal apa yang dimaksudkan oleh tindakan melihat, sedangkan tipe yang kedua akan berkonsentrasi pada deskripsi pengalaman murni melihat. Kedua jenis introspeksi berfokus pada pengalaman fenomenologis, tetapi karena yang terakhir berfokus pada esensi proses mental yang disebut Husserl fenomenologi murni.

Saat istilah fenomena digunakan untuk menggambarkan peristiwa mental, ini mengacu pada pengalaman yang utuh, bermakna dan bukan pada fragmen  pengalaman sadar seperti sensasi terisolasi. Dalam pengertian ini, Wundt (sebagai seorang eksperimentalis) dan Titchener sebelumnya bukanlah fenomenologis, sedangkan Brentano, Stumpf, dan Husserl adalah seorang fenomenalis. Intinya adalah penggunaan istilah itu tidak benar subjektif, kognitif,dan mental sebagai sinonim untuk fenomenologis.

Metode ilmu alam tidak tepat untuk mempelajari fenomena mental. Menurut Husserl, mereka yang percaya bahwa psikologi harus menjadi ilmu eksperimental membuat kesalahan dengan mengambil ilmu alam sebagai modelnya. Husserl tidak menyangkal bahwa psikologi eksperimental itu mungkin, dia hanya mengatakan bahwa itu pasti didahului oleh analisis fenomenologi yang cermat dan teliti. Dia percaya bahwa terlalu dini untuk melakukan eksperimen pada persepsi, memori, dan perasaan tanpa terlebih dahulu mengetahui esensi (sifat utama) dari proses ini. Tanpa pengetahuan semacam itu, pelaku eksperimen tidak tahu bagaimana sifat dasar dari apa yang dia pelajari dapat membiaskan apa yang ditemukan atau bagaimana pengalaman awalnya diatur. Tujuan Husserl adalah menciptakan taksonomi pikiran. Dia ingin mendeskripsikan esensi mental yang dengannya manusia mengalami diri mereka sendiri, manusia lain, dan dunia. Husserl sangat percaya bahwa deskripsi esensi semacam itu harus mendahului segala upaya untuk memahami interaksi antara manusia dan lingkungannya dan ilmu psikologi apa pun. Memang, dia percaya bahwa pemahaman seperti itu adalah dasar untuk apa saja ilmu karena semua ilmu pada akhirnya bergantung pada atribut mental manusia.

 

OSWALD KÜLPE

Pikiran tanpa imajinasi. Meskipun memulai banyak hal di kamp Wundtian, Külpe menjadi salah satu lawan Wundt yang paling layak. Külpe tidak setuju dengan Wundt bahwa semua pikiran harus memiliki referensi khusus — yaitu sensasi, citra, atau perasaan. Külpe percaya bahwa ada beberapa pemikiran tanpa bayangan. Lebih jauh, dia tidak setuju dengan pendapat Wundt bahwa proses mental yang lebih tinggi (seperti berpikir) tidak dapat dipelajari secara eksperimental, dan dia mulai melakukannya dengan menggunakan apa yang dia sebut. introspeksi eksperimental sistematis. Teknik ini melibatkan pemberian masalah kepada subjek untuk dipecahkan dan kemudian meminta mereka untuk melaporkan operasi mental yang mereka lakukan untuk menyelesaikannya. Selain itu, subjek diminta untuk mendeskripsikan jenis pemikiran yang terlibat pada berbagai tahapan pemecahan masalah. Mereka diminta untuk melaporkan pengalaman mental mereka sambil menunggu masalah dipresentasikan, selama pemecahan masalah aktual, dan setelah masalah diselesaikan.

Perangkat Mental. Ditemukan bahwa memfokuskan subjek pada masalah tertentu menciptakan kecenderungan tertentu yang bertahan sampai masalah terpecahkan. Lebih jauh lagi, meskipun kecenderungan atau rangkaian ini bekerja, subjek tidak menyadarinya; artinya, ia beroperasi di tingkat bawah sadar. Misalnya, pemegang buku dapat menyeimbangkanbuku tanpa menyadari fakta bahwadia sedang menambah atau mengurangi.

Temuan lain dari sekolah Würzburg. Selain menunjukkan pentingnya himpunan mental dalam pemecahan masalah, anggota sekolah Würzburg menunjukkan bahwa masalah memiliki sifat motivasi. Entah bagaimana, masalah menyebabkan subjek terus menerapkan operasi mental yang relevan sampai solusi tercapai. Aspek motivasi dari pemecahan masalah akan ditekankan kemudian oleh psikolog Gestalt. (Wertheimer, salah satu pendiri sekolah psikologi Gestalt, menulis disertasi doktoralnya di bawah pengawasan Külpe.)

 

HANS VAIHINGER

Dalam bukunya, Vaihinger berpihak pada positivis Machian, mengatakan bahwa semua yang kita alami secara langsung adalah sensasi dan hubungan di antara sensasi; oleh karena itu, yang bisa kita yakini hanyalah sensasi. Namun, langkah Vaihinger selanjutnya yang membuat posisinya tidak biasa. Menurut Vaihinger, kehidupan bermasyarakat mengharuskan kita memberi makna pada sensasi kita, dan kita melakukannya dengan menciptakan istilah, konsep, dan teori, lalu bertindak "seolah-olah" itu benar. Artinya, meskipun kita tidak pernah tahu apakah fungsi kita sesuai dengan kenyataan, kita bertindak "seolah-olah" memang demikian. Kecenderungan menemukan makna ini, menurut Vaihinger, merupakan bagian dari kodrat manusia: “Persis seperti [kerang] ketika sebutirpasirberadadibawahpermukaannya yangbersinar, menutupinya dengan kumpulan mutiara yang diproduksi sendiri, untuk mengubah butiran yang tidak penting menjadi mutiara yangcemerlang, jadi,hanya lebih halus lagi, jiwa, ketika dirangsang, mengubah materi sensasi yang diserapnya menjadi mutiara pikiran yang bersinar.”

 

HERMAN EBBINGHAUS

Ebbinghaus memulai penelitiannya di rumahnya di Berlin pada tahun 1878, dan studi awalnya ditulis dan ditawarkan sebagai dukungan atas keberhasilannya melamar menjadi dosen filsafat di Universitas Berlin. Penelitian Ebbinghaus memuncak dalam sebuah monografi berjudul On Memory: An Investigation in Experimental Psychology yang menandai titik balik psikologi. Ini adalah pertama kalinya proses pembelajaran dan memori dipelajari saat terjadi daripada setelah terjadi. Selanjutnya, mereka diselidiki secara eksperimental. Sebagai kesaksian ketelitian Ebbinghaus, banyak dari temuannya masih dikutip dalam buku teks psikologi modern. Hoffman, Bringmann, Bamberg, dan Klein (1986) mendaftar delapan kesimpulan utama yang dicapai Ebbinghaus tentang pembelajaran dan memori; sebagian besar masih berlaku saat ini dan sedang dikembangkan oleh para peneliti saat ini. Prinsip Psikologi Ebbinghaus (1897)digunakan secara luas sebagai teks pengantar psikologi, seperti Outline of Psychology (1902). Garis Besar yang dimulai dengan pernyataan terkenal Ebbinghaus, "Psikologi memiliki masa lalu yang panjang, tetapi hanya sejarah yang pendek."

Bersama dengan Hering, Stumpf, Helmholtz, dan lainnya, Ebbinghaus mendirikan jurnal eksperimental kedua psikologi, Journal of Psychology and Physiology of the Sense Organs, yang mematahkan monopoli Wundt atas penerbitan hasil-hasil dari eksperimen psikologis. Ebbinghaus juga yang pertama menerbitkan artikel tentang pengujian kecerdasan anak sekolah. Dia merancang tugas penyelesaian kalimat untuk tujuan tersebut, dan kemudian menjadi bagian dari skala kecerdasan Binet-Simon (Hoffmanet al., 1986).

Materi yang tidak masuk akal. Untuk mempelajari pembelajaran yang terjadi, Ebbinghaus membutuhkan materi yang belum pernah dialami sebelumnya. Untuk ini, dia menciptakan kumpulan 2.300 "suku kata yang tidak masuk akal". Hoffman dkk. tunjukkan bahwa pembahasan standar suku kata Ebbinghaus tidak benar; bukan suku katanya yang memiliki sedikit atau tidak ada arti, melainkan serangkaian suku kata yang pada dasarnya tidak berarti. Artinya, menyebut suku kata Ebbinghaus sebagai "suku kata yang tidak masuk akal" adalah istilah yang salah.

Hoffman dkk. tunjukkan bahwa banyak suku kata Ebbinghaus adalah kata-kata yang sebenarnya dan banyak suku kata lainnya yang sangat mirip. Dari kumpulan 2.300 suku kata, Ebbinghaus memilih satu rangkaian untuk dipelajari. Rangkaian tersebut biasanya terdiri dari 12 suku kata, meskipun ia memvariasikan ukuran kelompok untuk mempelajari kecepatan pembelajaran sebagai fungsi dari jumlah materi yang akan dipelajari. Menjaga suku kata dalam urutan yang sama dan menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek, dia melihat setiap suku kata selama sepersekian detik. Setelah memeriksa daftar dengan cara ini, dia berhenti selama 15 detik dan memeriksa daftar itu lagi. Dia melanjutkan dengan cara ini sampai dia bisa melafalkan setiap suku  kata tanpa membuat kesalahan, pada titik mana penguasaan dikatakan telah terjadi.

 


Jumat, 07 Oktober 2022

 

Perkembangan Awal Dalam Fisiologi Dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen

Halo teman-teman semua! balik lagi nih sama aku yang bakalan berbagi ilmu yang sangat bermanfaat bagi teman-teman semua. Nah kali ini aku bakalan share apa saja ilmu yang aku dapetin dari kelas Psikologi Umum I pertemuan ketujuh bersama ibu Mafaza, S.Psi., M.Sc yang membahas tentang “Perkembangan Awal Dalam Fisiologi Dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen”.

 

Fisiologi

Fisiologi diambil dari bahasa Yunani fisis yang berarti asal usul, pengertian, hakikat. Sedangkan logia berarti makna-makna penelitian. Jadi, fisiologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang berkaitan dengan pencarian atau pembahasan suatu system keberlangsungan tentang kehidupan.

Ilmu fisiologi dimulai tahun 420SM hingga zaman Hipokrates, yang juga dikenal sebagai bapak kedokteran. Pemikiran kritis dari Aristoteles dan perhatiannya pada hubungan antara struktur dan fungsi menandai dimulainya ilmu fisiologi pada Yunani Kuno.

Jean Fernel, seorang peneliti berkewarganegaraan Prancis memperkenalkan istilah "fisiologi" pada tahun 1525. Namun fisiologi eksperimental baru diawali pada abad ke-17, ketika ahli anatomi William Harvey menjelaskan adanya sirkulasi darah. Herman Boerhaave sering disebut sebagai bapak fisiologi karena karyanya berupa buku teks berjudul Institutiones Medicae (1708) dan cara mengajarnya yang cemerlang di Leiden.

Pada abad ke-19, ilmu fisiologi mulai berkembang dengan pesat, secara khusus pada tahun 1838 dengan ditemukannya teori sel oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Secara radikal teori ini menyatakan bahwa organisme terdiri atas unit yang disebut sel. Claude Bernard (1813–1878) kemudian menemukan konsep milieu interieur (lingkungan internal), yang kemudian disebut sebagai "homeostasis" oleh peneliti dari Amerika, Walter Cannon.

Pada abad ke-20, ahli biologi juga mengalami ketertarikan pada bagaimana organisme selain manusia melakukan fungsinya, yang kemudian menimbulkan adanya fisiologi komparatif dan ekofisiologi. Pada tahun belakangan, fisiologi evolusi telah menjadi salah satu subdisiplin dari fisiologi.

Pada awalnya orang-orang tertarik dengan perbedaan individu dalam bereaksi, menghadapi realita, mempersepsikan ketika melihat sensasi. Pada zaman dahulu, para astronom sedang mengamati bintang-bintang dan titik jatuhnya ke teleskop. Ternyata antara para astronom yang mengamati terdapat perbedaan. Awalnya mereka mengira itu adalah sebuah kesalahan. Namun, ternyata masing-masing mata kita menangkap sensasi tadi dengan persepsi bentuk yang berbeda-beda. Dari sinilah mereka mulai tertarik bagaimana proses serta perbedaan individu dalam melihat dan menerima sensasi sehingga memunculkan persepsi. Mereka mulai tertarik mendalami perbedaan tiap individu dalam menghadapi reaksi-reaksi.  Akhirnya mereka membahas mengenai fungsi saraf, perbedaan-perbedaannya, reaksi, dll.

Discrepensi adalah perbedaan. Hubungannya dengan persepsi dan sensasi adalah ketika kita melihat sesuatu di dunia nyata, maka terdapat perbedaan tiap individu dalam mempersepsikannya. Sehingga muncul pertanyaan mengenai persepsi itu muncul darimana. Salah satunya dijelaskan oleh Newton bahwa ketika kita melihat warna putih, otak kita menangkap bahwa sebenarnya itu adalah campuran dari berbagai macam warna namun kita mempersepsikan kalau itu warna putih. Menurut seorang ahli, ketika ada warna kuning dan biru yang berdekatan kita mempersepsikan bahwa itu adalah warna abu-abu. Padahal warna abu-abu itu tidak ada di realita. Inilah yang membuat para ahli tertarik untuk mendalami ilmu-ilmu dibidang fisiologi dan keterkaitannya dengan system saraf serta sensasi dam persepsi. Terdapat 2 perbedaan : perbedaan waktu reaksi dan perbedaan antara stimulus fisik di realita dan apa yang kita persepsikan.

Perbedaan individu ada 2. Yang pertama yaitu Realitas objektif, berada di luar persepsi. Ini adalah kejadian yang benar terjadi seperti matahari yang bersinar. Yang kedua yaitu Realitas subjektif, adalah apa yang dipersepsi, reaksi kesadaran terhadap realitas objektif. Realitas subjektif tidak mengandung objek, hanya ingatan dan pengalaman.

 

Tokoh-tokoh Fisiologi

Kelompok Ahli yang Membahas tentang Sensasi, Persepsi, Warna

Johannes Muller (1801-1858)

Menurutnya ada 5 saraf sensori. Inti teori Muller ada 2, yaitu :

·   Menemukan adanya Adequate stimulation, yaitu masing-masing indra kita memiliki karakteristik stimulus yang spesifik yang hanya akan peka terhadap stimulus tersebut.

·  Menurutnya, sensasi yang kita terima tidak ditentukan oleh stimulus fisik, tapi ditentukan oleh sistem saraf di otak. 

Herman von Helmholtz (1821-1894)

Inti teori Helmholtz yaitu :

·    Dia menentang vitalisme yang didukung Muller, yaitu kehidupan tidak dapat dijelaskan dengan proses fisika dan kimia saja tetapi ada sesuatu yang selamanya berada diluar jangkauan analisis ilmiah (spirit/roh) atau secara biologis. Ada perbedaan antara makhluk hidup dan makhluk tidak hidup. Makhluk hidup memiliki roh yang sulit dijelaskan dengan fisika dan kimia. Sedangkan menurut Helmholtz, kehidupan dapat dijelaskan melalui proses fisika dan kimia, tidak melihat sesuatu yang misterius. Keduanya mendapatkan pertentangan bahwa dalam memandang manusia tidak hanya dari fisis atau biologis saja, tetapi keduanya harus berinteraksi. Ia adalah seorang yang materialis, sesuatu itu harus nyata.

·    Yang kedua ia menyampaikan tentang principal conservation of energy, yaitu energy tidak diciptakan baru, melainkan bertransformasi.

·       Menemukan rate of nerve conduction, yaitu seberapa cepat jalannya impuls/rangsangan di saraf untuk mencapai otot. Menurutnya yaitu 100 m/s. Semakin dekat stimulus dengan otot, maka semakin cepat proses rangsangannya terjadi.

·      Teori persepsi, yaitu pengalaman masa lalu mempengaruhi persepsi dari sensasi yang diterima.

·    Teori warna (sikromatik) yaitu merah, hijau, dan biru. Ribuan warna yang kita lihat merupakan aktivitas kombinasi dari ketiga jenis warna dengan sel kerucut. Sel kerucut itu tidak terlalu sensitif dan peka terhadap warna.

·     Teori pendengaran, bahwa serabut-serabut ditelinga kita jumlahnya mencapai ribuan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Membrane utama telinga yaitu basilar. Serat yang berbeda disepanjang membran basilar sensitif terhadap perbedaan frekuensi gelombang suara. Serat pendek akan merespon frekuensi yang lebih tinggi. Sedangkan serat panjang akan merespon frekuensi yang lebih rendah.

·      Teori tanda, yaitu tugas pikiran adalah menciptakan konsepsi realitas yang akurat dari “tanda” yang diterima indra. Ada hubungan dinamis antara kemauan, sensasi, dan refleksi ketika pikiran menciptakan pandangan dari realitas eksternal atau dari tanda yang kita lihat. Refleksi adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi asal.

 

Ewald Hering (1834-1918)

Inti teori Hering yaitu :

·    Persepsi ruang, mata kita memiliki kemampuan innate (bawaan dari lahir) untuk secara otomatis menerjemahkan 3 stimulus (ketinggian, kedalaman, posisi kanan-kiri/reflection).

·    Persepsi warna, ia tidak setuju dengan Helmholtz. Menurut Helmholtz satu reseptor warna kita sensitif terhadap 3 warna. Sedangkan menurut Hering kita memiliki tiga reseptor warna dan satu reseptor warna kita sensitif terhadap dua warna (merah-hijau, biru-kuning, hitam-putih). Hal ini terjadi karena dia mengamati adanya peristiwa after image, yaitu ketika dia melihat warna merah terlalu lama maka saat dia memalingkan pandangannya ke arah lain maka dia akan melihat warna hijau. Menurutnya di satu reseptor itu ada dua sisi, misalnya warna merah disisi atas dan warna hijau disisi bawah. 

 

Christine Ladd-Frankline (1847-1930)

Ia adalah salah satu ahli fisiologi wanita yang paling terkenal. Doctor degree nya tidak dikeluarkan karena dia perempuan yang pada saat itu kedudukan perempuan sangat rendah. Inti teorinya yaitu :

·    Teori evolusi warna, bahwa ternyata zaman dahulu makhluk hidup itu terlahir tanpa mampu melihat warna. Namun lama kelamaan kita mampu melihat warna. Ia lebih setuju dengan teori Hering. Ia melihat bahwa masing-masing reseptor itu terdiri dari 2 warna.

·     Bagian mata yang paling berkembang yaitu Fovea (sel kerucut/cone) dapat digunakan pada hari yang terang dan sensitif terhadap cahaya. Dari fovea pindah ke periveral retina (sel batang/rod) yang digunakan saat gelap karena tidak sensitif terhadap cahaya sehingga kemampuan membedakan warna hilang.


Kelompok Ahli yang Membahas tentang Fungsi Otak

Frenologi

Fisiognomi, karakter seseorang dapat kita analisis dengan melihat fitur wajahnya, struktur tubuhnya, atau kebiasaannya. Sedangkan frenologi, karakter seseorang dapat diketahui dengan memeriksa benjolan pada tengkoraknya. Frenologi adalah bagian dari fisiognomi. Frenologi lebih ke bagian otak. Namun pada zaman dahulu MRI belum ada sehingga orang-orang hanya bisa melihat dari benjolan di kepalanya akibat dari cekungan atau benjolan di otak.

Franz Joseph Gall (1758-1828)

Faculty of the mind atau mental faculties dahulu ada 5 yaitu pikiran, imajinasi, memori, kehendak, dan sensasi. Masing-masingnya diletakkan di area yang berbeda. Masing-masing area tersebut mewakili tiap faculty dalam menjelaskan proses mental yang berbeda. Sudah ada pengetahuan bahwa walaupun bagian-bagian otak itu berkaitan, namun mereka memiliki fungsi spesifik yang berbeda-beda.

Salah satu teorinya yang menarik yaitu ketika bagian-bagian otak tersebut digunakan dan dimaksimalkan serta mendapatkan stimulus, mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi maka bagian otak tersebut akan mengalami benjolan (sel saraf banyak). Sedangkan jika tidak digunakan maka bagian-bagian otak tersebut lebih sedikit sel sarafnya. Joseph Gall menemukan teori ini melalui penelitiannya terhadap hewan dan orang yang telah meninggal.

 

Pierre Flourens (1794-1867)

Menurutnya ada affective faculties dan intellectual faculties yang terdiri dari 35 cabang faculty. Dibandingkan dengan yang sekarang ada beberapa yang sama namun banyak yang berbeda karena pada saat itu metode penelitiannya belum cukup baik. Dia mendapatkan teori ini melalui abletions yaitu penghilangan atau perusakan suatu jaringan pada bagian-bagian otak tertentu.

 

Paul Broca (1824-1880)

Dia hanya fokus dengan satu bidang, yaitu proses penggunaan bahasa. Dia melakukan pengamatan perilaku orang-orang yang mengalami gangguan bahasa di rumah sakit. Dan ketika orang-orang yang mengalami gangguan bahasa tersebut meninggal, Broca melakukan otopsi terhadap otaknya dan menemukan lessi (area otak yang jaringannya mengalami kerusakan). Jadi dapat disimpulkan bahwa bagian otak yang mengalami kerusakan itu adalah bagian otak yang berkaitan dengan kemampuan memproduksi Bahasa yang dikenal dengan bagian broca. Orang yang mengalami gangguan bahasa tidak bisa memproduksi bahasa tetapi kemampuan-kemampuan lainnya tidak terganggu.

Kemudian ada salah satu ahli yang bernama Wernicke yang mencoba menjelaskan mengenai kemampuan pemahaman bahasa di bagian Wernicke area. Jadi dapat kita lihat bahwa bagian-bagian otak itu memiliki fungsi yang spesifik. Kerusakan di bagian tertentu belum tentu mempengaruhi bagian lain.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fwardatussholihah0550%2F6224f252bb448669fe21e812%2Fmengenal-area-otak-besar-broca-dan-wernicke&psig=AOvVaw1vXlwUQAxTRO6ekprxtyZi&ust=1665288241541000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCPjtlqPgz_oCFQAAAAAdAAAAABAD

Kritik terhadap teori Broca yaitu terkait ukuran otak. Dimana menurut Broca semakin besar ukuran otak seseorang maka orang tersebut semakin pintar.

 

Gustav Fritsch (1838-19270, Edward Hitzig (1838-1907), David Farrier (1843-1928)

Gustav Fritsch dan Edward Hitzig menemukakan dua hal penting. Pertama, korteks tidak peka atau sensitif. Kedua, mereka menemukan bahwa ketika area tertentu dari korteks dirangsang, maka akan timbul gerakan otot yang berlawanan.

David Ferrier menyempurnakan penelitian yang dilakukan oleh Fritsch dan Hitzig. Ia menggunakan monyet sebagai subjek dan stimulasi listrik yang lebih halus, ia mampu menghasilkan sebuah peta yang lebih diartikulasikan dari korteks motorik. Ia juga mampu menimbulkan perilaku rumit seperti kedutan kelopak mata, jentikan telinga, dan gerakan satu digit. Dia merangkum temuannya di The Functions of the Brain” yang memiliki banyak dampak pada komunitas ilmiah. Salah satu hasilnya adalah membuka era modern bedah saraf. Ahli bedah saraf sekarang beralih ke peta fungsional otak untuk panduan.

 

Psikologi Eksperimen

Psikologi eksperimen adalah salah satu ranah penelitian dalam psikologi modern yang menggunakan metode eksperimen sebagai alat utama dalam melakukan penelitian. Eksperimen dalam psikologi ditandai dengan adanya perlakuan. Penelitian awal dalam psikologi yang menggunakan metode eksperimen berkaitan dengan sensasi, persepsi, proses belajar, pengkondisian, motivasi, dan emosi. Dengan metode eksperimen, sebuah penelitian dapat dipertanggung jawabkan.


Tokoh-tokoh Psikologi Eksperimen

Ernst Heinrich Weber (1795 – 1878 M)

Ia menjelaskan mengenai two-point threshold, yaitu jarak terkecil tubuh kita dapat mendeteksi rangsangan yang berbeda. Weber memberikan tekanan atau sentuhan pada kulit di dua titik yang berbeda. Tujuannya untuk menentukan ambang batas minimum jarak antara titik rangsangan tadi yang dapat dideteksi individu sebagai dua rangsangan yang berbeda. Menurutnya jarak minimum itu adalah 1mm.

Selain itu Weber juga melakukan eksperimen tentang kinestetis. Ia mampu menentukan Just Noticeable Difference (JND), yaitu jarak minimal stimulus yang harus diberikan agar individu dapat mendeteksi adanya perbedaan stimulus pertama dengan kedua. Weber Law (Hukum Weber) ada tiga, yaitu mengenai two-point threshold, JND, dan bagaimana konstan JND.

 

Gustav Theodore Fechner

Dia tertarik dengan melihat psikofisik, yaitu keterkaitan antara kondisi psikologis dengan kondisi fisik. Dia menambahkan teori Weber yaitu untuk mendeteksi perubahan suatu stimulus maka harus diberikan stimulus yang sangat besar. Menurutnya ada 3 metode untuk melakukan eksperimen : method of limits (membandingkan apakah dengan memberikan stimulus A akan lebih berat atau ringan daripada memberikan stimulus B. Tergantung stimulus apa yang diberikan nantinya), method of constant stimuli (ada satu kelompok yang diberikan stimulus yang sama) dan method of adjustment (misalnya diberikan 2 hal yang berbeda, maka agar sama apa yang harus kita lakukan).

 

Wilhelm Wundt (1832-1920)

Wundt melakukan penelitian tentang sensasi, persepsi, perasaan, dan kesadaran. Hasil penelitiannya selanjutnya ditulis dalam bentuk buku, diantaranya berjudul Physiologische. Eksperimennya didasarkan atas eksperimen-eksperimen dalam bidang fisiologi yang dapat membantu penelitian-penelitian psikologi modern. Pada awal tahun 1862, Wundt melakukan eksperimen yang membuatnya percaya bahwa disiplin penuh psikologi eksperimental adalah mungkin. Wundt menunjukkan bahwa butuh sekitar 1/10 detik untuk mengalihkan perhatian seseorang dari suara bel ke posisi bandul atau sebaliknya. Wundt percaya bahwa, dengan "pengukur pikiran," dia telah menunjukkan bahwa manusia hanya dapat untuk mengalihkan perhatian secara sukarela dari satu stimulus ke stimulus lainnya dalam waktu sekitar 1/10 detik.


Pendekatan Psikologi Eksperimen

Penelitian Korelasional (Correlational Research)

Penelitian korelasional adalah sebuah penelitian yang digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain. Pendeteksian ini dilihat berdasarkan pada koefisien korelasi.

Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-Comparative Research)

Penelitian kausal komparatif adalah untuk mengetahui dan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap efek yang ada, kemudian kembali menemukan aspek yang diduga sebagai penyebab melalui data tertentu.

Penelitian Eksperimental Sungguhan (True Experimental Research)

Penelitian yang menggunakan metode eksprimental sungguhan adalah untuk mengatahui sebesar apa kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara mengenakan.

Penelitian Eksperimental-semu (Quasi-Eksperimental Research)

Penelitian eksperimental-semu adalah untuk mendapatkan informasi yang merupakan perkiraan atau hipotesis bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya.

Penelitian Tindakan (Action Research)

Penelitian korelasional adalah sebuah penelitian yang digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain. Pendeteksian ini dilihat berdasarkan pada koefisien korelasi.

 

Ciri Ciri Psikologi Eksperimen

Manipulasi, merupakan kegiatan peneliti dalam memberikan perlakuan kepada subjek eksperimen, manipulasi bisa hanya dilakukan pada satu variabel bebas atau lebih ketika variabel bebasnya hanya satu, maka variabel independen itu harus bisa dimanipulasi.

Mengendalikan atau control, merupakan suatu upaya yang menurut para peneliti digunakan untuk mencegah pencemaran pengaruh terhadap variabel. Cara mengendalikan atau mengontrol yaitu : mengeliminasi (keberadaan dari variabel tersebut dihilangkan), konstansi (yaitu dengan dibuat sama atau konstan sehingga variasinya hilang. Kemudian, konstansi bisa melalui karakteristik subjek dan kondisi lingkungan), pemilihan acak (dengan pengelompokan subjek ke dalam suatu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sehingga, randomisasi bias menjadi karakteristik eksperimen sendiri).

Klausalitas, yaitu hubungan sebab-akibat antar variabel yang dapat disederhanakan dalam pola-pola tertentu, biasanya berdasarkan munculnya satu gejala atas gejala yang lain.

 

Peranan Metode Psikologi Eksperimen

Evaluation of a Theory, maksudnya adalah penelitian psikologi eksperimen bertujuan untuk mengevaluasi teori. Artinya, dari teori yang sudah perlu dilakukan evaluasi kembali dan diuji kebenarannya dan perbaharuannya dengan menggunakan penelitian lagi.

Satisfaction of Curiousity, penelitian psikologi eksperimen yang memiliki tujuan untuk menimbulkan kepuasan terhadap rasa ingin tahu peneliti. Hal ini dikarenakan karena proses yang dilakukan pada penelitian psikologi eksperimen dapat membuktikan dan mereplikasi ataupun menemukan hal baru.

Demonstration of New Method Technique, penelitian psikologi eksperimen bertujuan untuk menemukan metode atau teknik baru mengenai hubungan variabel bebas dan variabel bergantung.

Demonstration of a Behavioral Phenomena, penelitian psikologi eksperimen memiliki tujuan untuk memaparkan fenomena perilaku tertentu melalui pengamatan kondisi yang terkontrol ketat.

Investigation of Condition Influenching Behavioral Phenomena, penelitian psikologi eksperimen yang memiliki tujuan untuk mengambil kemungkinan peneliti menyelidiki fenomena perilaku yang muncul terkait dengan latar belakang perilaku tersebut muncul.

 

Pengaruh Ilmu Fisiologi Terhadap Ilmu Psikologi

Penelitian fungsi otak, memetakan fungsi otak,menentukan bagian spesifik dari otak yang mengkontrol fungsi kognitif.

Penelitian sistem syaraf, sistem syaraf seperti sebuah konduktor listrik dan system syaraf pusat/otak berfungsi sebagai pusat pengontrol yang bertugas memindahkan impuls dari/ke jaringan syaraf sensoris atau jaringan syaraf motoris.

Psikologi Gestalt dan Kognitif Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa… Oke kali ini a...