Jumat, 25 November 2022

 

Behaviourisme

Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa…

Oke kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke duabelas mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Diny Amenike, M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Keke ya teman-teman.

 

Latar Belakang Behaviorisme

Behaviorisme atau aliran perilaku (disebut juga perspektif pembelajaran), adalah filosofi psikologi yang didasarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu yang dilakukan organisme – termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan - dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Perilaku tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah  tanpa mempertimbangkan peristiwa fisiologis internal atau struktur hipotetis seperti pikiran.

Behaviorisme mengasumsikan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang dapat diamati, tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dan proses yang dapat diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).

Beberapa hal yang menyebabkan berkembangnya aliran ini :

  • percobaan pavlov mengenai pengondisian klasik
  • kecenderungan studi objektif tentang tingkah laku dalam psikologi
  • Adanya perbedaan antara dua aliran yaitu aliran strukturalisme dan fungsionalisme 
  • keberhasilan penelitian pada hewan bukan manusia

Psikologi objektif (psikologi yang bersikeras mempelajari hanya hal-hal yang dapat diukur secara langsung) sudah berkembang dengan baik di Rusia sebelum dimulainya behaviorisme. Seperti aliran-aliran sebelumnya, aliran strukturalisme sangat bergantung pada introspeksi sebagai sarana untuk mempelajari isi dan proses pikiran; fungsionalisme menerima introspeksi dan studi langsung tentang perilaku. Sedangkan strukturalis mencari ilmu murni yang tidak peduli dengan aplikasi praktis, fungsionalis lebih mementingkan aplikasi praktis daripada dengan ilmu murni. Beberapa fungsionalis terkesan dengan betapa banyak yang dapat dipelajari tentang manusia tanpa menggunakan introspeksi, dan mereka mulai beralih ke apa yang kemudian disebut posisi behavioris.

Selain kecenderungan studi objektif tentang tingkah laku dalam psikologi, keberhasilan penelitian pada hewan bukan manusia banyak hubungannya dengan perkembangan behaviorisme contohnya seperti yang dilakukan Thorndike. Ketegangan antara para peneliti hewan dan introspeksionis ini menciptakan atmosfer di mana behaviorisme mengambil karakteristik revolusioner.

 

Psikologi Objektif Rusia

Ivan M. Sechenov (1829-1905)

Sechenov merupakan pendiri psikologi objektif Rusia. Sechenov berusaha menjelaskan semua fenomena psikis berdasarkan asosiasionisme dan materialisme, sehingga menunjukkan pengaruh positivisme fisiolog Berlin. Sechenov dengan tegas menyangkal bahwa pikiran menyebabkan perilaku. Sebaliknya, dia bersikeras bahwa rangsangan eksternal menyebabkan semua perilaku. Bagi Sechenov, baik perilaku terbuka maupun perilaku terselubung (proses mental) adalah refleksif yang mana keduanya dipicu oleh rangsangan eksternal. Selanjutnya, keduanya dihasilkan dari proses fisiologis di otak.

The Importance of Inhibition

  • Penemuan Sechenov tentang mekanisme penghambatan di otak yang menyebabkan dia menyimpulkan bahwa psikologi dapat dipelajari dari segi fisiologi.
  • Dari penelitian Weber tentang peningkatan aktivitas (stimulasi) dari satu bagian sistem neuromuskular menyebabkan penurunan aktivitas di bagian lain, Sechenov menemukan beberapa hal, yaitu 1) penjelasan mengapa kita sering memiliki control sukarela atas apa yang biasanya merupakan perilaku yang tidak disengaja. Misalnya, kita terkadang dapat menekan atau menunda dorongan untuk bersin atau batuk. 2) menjelaskan apa yang disebut kemauan dan perilaku yang bertujuan dan tetap menjadi tujuan utama.
  • Sechenov menjelaskan tentang mengapa sering ada perbedaan antara intensitas stimulus dan intensitas respons yang ditimbulkannya. Jawaban Sechenov ialah kadang-kadang respons terhadap stimulus dapat terhambat karena adanya perilaku refleksi.
  • Sechenov melihat perkembangan manusia sebagai lambatnya pembentukan kontrol penghambatan atas perilaku refleksif. Kontrol seperti itu memungkinkan tindakan kontemplatif atau kelambanan dan daya tahan yang tenang dari pengalaman yang tidak menyenangkan.
  • Sechenov menjelaskan mekanisme dimana pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi pengalaman dan perilaku saat ini.
  • Dengan refleks, Sechenov berpendapat bahwa setiap gerakan otot disebabkan oleh suatu peristiwa yang mendahuluinya. Jadi, dia menolak gagasan spontan atau tanpa diminta perilaku.

Psychology Must Be Studied Using the Methods of Physiology

Menurut Sechenov, psikologi harus dipelajari menggunakan metode fisologi. Ia tidak mengakui metode analisis introspektif dalam memahami fenomena psikologi, tetapi ia menggunakan metode fisiologi yang objektif, dengan itu psikologi menjadi ilmu yang positif dan ilmiah. Karya Ivan M. Sechenov tidak banyak diakui atau didukung, namun menjadi basis bagi perkembangan generasi selanjutnya dari ilmu neurofisiologis.

Ivan Petrovich Pavlov (1849–1936)

Penelitian Tentang Pencernaan

Dahulu hal-hal yang diketahui mengenai pencernaan berasal dari hewan yang dioperasi lalu diamati organnya. Namun banyak dari hewan tersebut yang mati saat organnya diteliti dan diantara yang lainnya mengalami trauma. Karena metode ini tidak efektif, Pavlov mencari metode lain. Ia melakukan penelitian tentang pencernaan melalui pasien luka tembak yang selamat dimana meninggalkan lubang terbuka di tubuhnya. Walaupun tidak sempurna, ini cukup untuk memberi Pavlov informasi mengenai pencernaan. Pavlov kemudian menciptakan fistula agastrik.

Refleks Terkondisi dan Tidak Terkondisi

Pavlov menyadari bahwa refleksi yang terkondisi dapat dijelaskan dengan prinsip asosiatif dari kedekatan dan frekuensi. Refleks terkondisi awalnya ia sebut sebagai "refleks psikis". Pada awalnya Pavlov menolak studi refleks terkondisi, namun setelah mempelajarinya ia menyimpulkan refleks dapat dijelaskan melalui saraf dan fisiologi otak Refleks tidak terkondisi dipicu oleh stimulus tidak terkondisi. Contohnya jika meletakkan makanan di mulut anjing yang lapar, maka akan terjadi peningkatan air liur di mulut anjing. Makanan adalah rangsangan tidak terkondisi dan peningkatan air liur adalah respon tidak terkondisi.

Eksitasi dan Penghambat

Pavlov percaya bahwa setiap aktivitas sistem saraf pusat dapat dicirikan terharap perangsang dan hambatan. Pavlov percaya semua perilaku bersifat refleksif yang disebebkan rangsangan sebelumnya. Pentingnya penghambat adalah agar tidak muncul refleks tidak terkondisi. Pola eksitasi dan penghambat disebut Pavlov sebagai Mozaik Kortikal, Mozaik Kortikal ini berfungsi untuk menentukan bagaimana organisme akan merespon lingkungannya pada saat tertentu.

Kepunahan, Pemulihan Spontan, dan Disinhibisi

Jika stimulus terkondisi terus-menerus terjadi pada suatu organisme dan tidak lagi diikuti oleh stimulus tak terkondisi, respons terkondisi secara bertahap akan berkurang dan akhirnya menghilang, pada titik itu kepunahan dikatakan telah terjadi. Jika suatu periode waktu dibiarkan berlalu setelah kepunahan dan rangsangan terkondisi kembali muncul, rangsangan akan memperoleh tanggapan yang terkondisi, ini disebut Pemulihan Spontan. Disinhibition adalah fenomena ini ditunjukkan ketikasetelah kepunahan terjadi, pemberian stimulus yang kuat dan tidak relevan kepada hewan menyebabkan respons terkondisi kembali.

Sistem sinyal Pertama dan Kedua

Menurut Pavlov, semua kecenderungan yang diperoleh seseorang selama hidupnya didasarkan pada proses biologis bawaan yaitu, pada rangsangan tak terkondisi dan respons tak terkondisi yang telah diperoleh selama sejarah filogenetik suatu spesies hewan. Pavlov menyebut rangsangan yang datang untuk menandakan peristiwa penting secara biologis sistem sinyal pertama, atau "sinyal pertama dari realitas". Namun, manusia juga belajar merespons simbol peristiwa fisik. Misalnya, kita belajar menanggapi kata api seperti yang kita lakukan saat melihat api. Pavlov menyebutnya sistem sinyal kedua.

Pavlov dan Psikologi

Pavlov kurang memiliki minat terhadap psikologi. Ia kurang berminat karena menentang konsep introspeksi dalam mempelajari kesadaran. Namun pada akhirnya Pavlov memiliki kepercayaan terhadap psikologi melalui pendapat-pendapat Thorndike.

Pavlov dan Asosiatisme

Pavlov percaya bahwa dia telah menemukan mekanisme fisiologis untuk menjelaskan Asosiatisme. Dia percaya bahwa dengan menunjukkan dasar-dasar fisiologisnya, dia telah menempatkan asosiatisme pada pijakan yang objektif dan bahwa spekulasi tentang bagaimana ide-ide menjadi terkait satu sama lain pada akhirnya dapat berakhir.

Vladimir M. Beckhterev (1857-1927)

Tahun 1885 kembali ke Rusia dan mendirikan laboratorium psikologi psikologi eksperimental pertama di Rusia.

Tahun 1904 menerbitkan sebuah makalah berjudul “Objective Psychology” yang kemudian berkembang menjadi buku 3 volume dengan judul yang sama.

Beckhterev memiliki pandangan yang sama dengan Sechenov dan Pavlov yaitu menganjurkan psikologi yang sepenuhnya objektif, namun Beckhterev fokus secara eksklusif pada hubungan stimulasi lingkungan dengan tingkah laku.

Reflexology

Bechterev merangkum pandangannya tentang psikologi pada Prinsip Umum Refleksologi Manusia: Pengantar Studi Objektif Kepribadian. Reflexology, Bechterev berarti studi yang sangat objektif tentang perilaku manusia dengan memahami hubungan antara pengaruh lingkungan dan perilaku terbuka. Refleksologinya mempelajari hubungan antara perilaku (seperti ekspresi wajah, gerak tubuh, dan ucapan) dan kondisi fisik, biologis, dan yang terpenting, kondisi sosial.

Bechterev versus Pavlov

Bechterev mengkritik “saliva method” (metode air liur) Pavlov karena alasan berikut:

  • Operasi diperlukan untuk mengumpulkan cairan lambung dari perut.
  • Prosedur Pavlov tidak dapat dengan mudah digunakan pada manusia.
  • Penggunaan asam untuk mendapatkan respon tanpa syarat menyebabkan reaksi pada hewan yang dapat mencemari percobaan.
  • Jika makanan digunakan sebagai stimulus tanpa syarat, hewan pada akhirnya akan menjadi kenyang dan karena itu tidak lagi merespons dengan cara yang diinginkan.
  • Refleks sekretori adalah bagian yang relatif tidak penting dari perilaku organisme.
  • Refleks sekretori tidak dapat diandalkan dan oleh karena itu sulit untuk diukur secara akurat

Bechterev mempelajari refleks motoric. Metode penyelidikan asosiasi—refleks motorik ekstremitas dan pernapasan. Metode ini, dapat diterapkan pada hewan dan manusia, dan terdiri dari rangsangan listrik pada kaki depan hewan, dan pada manusia, telapak tangan atau jari-jari tangan, atau bola kaki, dengan rangsangan visual, pendengaran, kutaneo-muskular dan rangsangan.

Konsentrasi Bechterev pada perilaku nyata organisme lebih relevan dengan behaviorisme AS daripada penelitian Pavlov tentang sekresi.

William Mcdougall (1871-1938)

McDougall berperan penting dalam mendirikan British Psychology Society dan Jurnal Psikologi Inggris dan bertugas merawat tentara dengan masalah mental selama Perang Dunia I. Alasan McDougal tidak disukai di AS: 1) Usahanya untuk mempromosikan psikologi yang menekankan naluri dalam iklim psikologi AS yang semakin anti-naluri. 2) Adanya sentimen anti-Inggris di Amerika Serikat pada 1920-an. 3) Dia mencoba menguji teori Lamarck tentang karakteristik yang diperoleh ketika teori itu sebagian besar telah dibuang. 4) Kesediaannya untuk menghibur keyakinan vitalistik bahwa perilaku pada akhirnya disebabkan oleh kekuatan atau energi nonfisik. 5) Kesediaannya untuk mengeksplorasi fenomena paranormal seperti mental telepati. 6) Fakta bahwa dia memiliki kepribadian yang garang.

Definisi Psikologi McDougall

Dia termasuk orang pertama yang mendefinisikan kembali psikologi sebagai ilmu perilaku. McDougall juga mempertanyakan nilai introspeksi dan menyerukan studi objektif tentang perilaku manusia dan hewan bukan manusia. Tidak seperti Watson, bagaimanapun, McDougall tidak menyangkal pentingnya peristiwa mental. McDougall berpikir bahwa seseorang dapat mempelajari peristiwa semacam itu secara objektif dengan mengamati pengaruhnya terhadap perilaku. McDougall adalah seorang behavioris metodologis.

Purposive Behavior

McDougall (1923) mempelajari purposive behavior, yang berbeda dari perilaku refleksif dengan cara berikut:

  • Purposive behavior adalah spontan. Artinya, tidak seperti perilaku refleksif.
  • Dengan tidak adanya rangsangan lingkungan, sehingga bertahan untuk waktu yang relatif lama.
  • Purposive behavior itu bervariasi.
  • Purposive behavior berakhir ketika tujuan tercapai.
  • Purposive behavior menjadi lebih efektif dengan latihan. Perilaku trial-and-error bersifat purposive, bukan refleksif.

Pentingnya Insting

Menurut McDougall, semua organisme, termasuk manusia, dilahirkan dengan sejumlah naluri yang memberikan motivasi untuk bertindak dengan cara tertentu. Tiga komponen naluri : Persepsi, Perilaku, dan Emosi. Menurut McDougall, sebagian besar perilaku sosial manusia diatur oleh sentimen, atau konfigurasi kecenderungan naluriah.

Pertempuran Behaviorism

McDougall mengatakan bahwa naluri adalah disposisi bawaan, yang ketika aktif akan merasakan kegembiraan emosional dan bertindak relatif untuk memuaskan keinginannya dan kebutuhan insting. Sedangkan Watson mengatakan bahwa naluri tidak berperan dalam perilaku manusia.

Watson menolak pentingnya penguatan dalam pembelajaran, mengatakan bahwa pembelajaran dapat dijelaskan dalam hal prinsip asosiatif kedekatan, frekuensi, dan keterkinian. Sedangkan menurut McDougall, alasan manusia mempelajari kebiasaan adalah karena dapat memenuhi kebutuhan naluriah.

John B. Watson (1878-1958)

Psikologi Objektif Watson

Watson dan psikolog Rusia sama-sama menolak introspeksi dan penjelasan tentang perilaku yang didasarkan pada mentalisme. Artinya, keduanya berpikir bahwa kesadaran tidak bisa menjadi penyebab tingkah laku. Seiring berjalannya waktu, Watson menjadi kurang tertarik pada fisiologi dan lebih tertarik untuk menghubungkan rangsangan dan respons. Dia menyebut otak sebagai "Mystery Box" yang digunakan untuk menjelaskan perilaku ketika penyebab sebenarnya tidak diketahui. Dengan kata lain, pendekatan Watson untuk mempelajari organisme (termasuk manusia) lebih mirip dengan pendekatan Bechterev daripada pendekatan Sechenov atau Pavlov.

Tujuan Psikologi

Dalam pekerjaan utamanya, Watson menguraikan psikologi respons[1]stimulus. Dalam artikelnya tahun 1913 ia menyatakan tujuan psikologi sebagai prediksi dan pengendalian perilaku, dan pada tahun 1919 ia menjelaskan lebih lanjut apa yang ia maksud: Tujuan dari studi psikologis adalah memastikan dari data dan hukum yang berdasarkan stimulusnya, psikologi dapat memprediksi apa responsnya; atau di sisi lain, berdasarkan responsnya, ia dapat menentukan sifat stimulus yang efektif. Baginya, stimulus bisa berupa situasi lingkungan umum atau kondisi internal organisme. Respons adalah apa pun yang dilakukan organisme.

Jenis Perilaku dan Cara Mempelajarinya

Untuk mempelajari perilaku, Watson mengusulkan empat metode:

  • Pengamatan, baik secara naturalistik atau dikendalikan secara eksperimental.
  • Metode Refleksi-Terkondisi, yang telah diusulkan Pavlov dan Bechterev.
  • Pengujian, yang dimaksud Watson adalah pengambilan sampel perilaku dan tidak pengukuran "kapasitas" atau "kepribadian ".
  • Laporan lisan, yang mana hal ini diperlakukan sebagai jenis perilaku terbuka lainnya.

Bahasa dan Pemikiran

Bagi Watson, berkata adalah berbuat dan berbuat. Yang mana ia kemudian menjalaskan bahwa perkataan dan pemikiran berada pada satu aspek yang sama. Menurutnya, berbicara adalah jenis perilaku terbuka dan pemikiran adalah perkataan yang bersifat subvokal yang mana hanya dapat didengarkan oleh otak saja. Namun, pendapat Watson ini kemudian ditolak oleh Woodworth yang mempertanyakan bagaimana pula jadinya jika seseorang tahu tentang hal yang dipikirkannya tetapi tidak mampu untuk diucapkannya karena keterbatasan perkataan dan begitu pula sebaliknya. Kemudian, Watson gagal menjelaskan hubungan bahasa dan pemikiran.

Pandangan Watson Terhadap Peran Naluri dalam Perilaku

Tahun 1919 : Naluri ada pada bayi tetapi kebiasaan yang dipelajari dengan cepat menggantikan posisi naluri

Tahun 1925 : menolak gagasan naluri pada manusia, berpendapat bahwa ada beberapa refleks sederhana seperti bersin, menangis, merangkak, menghisap, dan bernapas tetapi tidak ada pola prilaku bawaan yang kompleks yang disebut naluri.

Tahun 1926 : Dalam daftar tanggapan manusia yang relatif sederhana ini, tidak ada yang sesuai dengan apa yang disebut "naluri" oleh psikolog dan ahli biologi masa kini. psikologi. Segala sesuatu yang biasa kita sebut sebagai "naluri" hari ini sebagian besar adalah hasil dari pelatihan (milik manusia)

Emosi

Watson percaya bahwa, bersama dengan struktur dan refleksi dasar, manusia mewarisi emosi ketakutan, amarah, dan cinta. Setiap emosi dasar memiliki pola karakteristik dari respon viseral dan kelenjar yang dipicu oleh stimulus yang sesuai. Selain itu, setiap emosi dasar memiliki pola respons terbuka yang terkait dengannya. Bagi Watson, tiga aspek penting dari emosi adalah rangsangan yang memunculkan emosi, reaksi internal, dan reaksi eksternal. Perasaan dan sensasi tidak penting.

Eksperimen Watson terhadap Albert

Latar belakang : Untuk mendemonstrasikan bagaimana emosi dapat dipindahkan ke rangsangan selain yang awalnya menimbulkan emosi, Watson dan Rayner melakukan percobaan pada bayi berusia 11 bulan bernama Albert. Albert dihadapkan dengan seekor tikus putih, dan dia tidak menunjukkan rasa takut. Albert bahkan mengulurkan tangan dan mencoba menyentuhnya. Saat Albert meraih tikus tsb. sebatang baja di belakangnya dipukul dengan palu. Suara keras tak terduga menyebabkan albert melompat terkejut dan jatuh ke depan. Lalu ia diberikn tikus tersebut lagi, dan saat ia hendak menyentuhnya, sebatan besi tersebut dipukul lagi, dan menimbulkan reaksi yang sama seperti sebelumnya dan ia mulai menangis.

Seminggu kemudian, eksperimen dilakukan kembali. Albert kurang antusias dan berusaha menjaga jarak dari tikus. Watson dan Rayner telah mendekatkan tikus dengan albert sebanyak lima kali dan memukul baja dengan palu. Yang awalnya Albert tertarik pada tikus itu, sekarang menjadi ketakutan. Setelah itu, saat tikus diperlihatkan, Albert mulai menangis. Watson dan Rayner menemukan bahwa ketakutan Albert terhadap tikus sama kuatnya dengan yang terjadi pada akhir pengujianjuga bahwa ketakutan tersebut telah digeneralisasikan ke objek berbulu lainnya seperti kelinci, anjing, mantel bulu, dan topeng sinterklas.

Hasil : Watson menunjukkan bahwa pengalaman mengatur ulang rangsangan yang menyebabkan respons emosional. Semua reaksi emosional orang dewasa berkembang melalui mekanisme yang sama dalam eksperimen dengan albert(contiguity).

Ketakutan Albert terhadap tikus masih ada sebulan setelah pelatihan. Watson percaya bahwa penelitian sebelumnya tentang Albert telah menunjukkan bagaimana rasa takut dihasilkan pada seorang anak, dan dia sangat yakin bahwa tidak diperlukan penelitian lebih lanjut tentang jenis itu. Sebaliknya, dia akan menemukan anak-anak yang telah mengembangkan rasa takut dan mencoba menghilangkannya.

Peter dan Kelinci

Peter sangat takut pada tikus putih, kelinci, mantel bulu, katak, ikan, dan mainan mekanik. Pertama, watson menunjukkan kepada peter, anak anak lain bermain tanpa rasa takut dengan benda benda yang membuatnya takut. setelahnya peter mengalami demam berdarah dan harus pergu ke rumah sakit. setelah sembuh, saat perjalanan pulang, ia dan perawatnya diserang oleh seekor anjing dan membuat ketakutan peter menambah besar.

Watson mencoba counterconditioning pada peter; Suatu hari ketika peter makan siang, seekor kelinci dalam kandang kawat dipajang cukup jauh darinya. Tempat tersebut diberi tanda, dan tiap hari dipindahkan lebih dekat dengan peter sampai suatu hari kelinci tersebut duduk di samping peter. Akhirnya peter bisa makan dengan satu tangan dan tangan satunya bermain dengan kelinci. Akhirnya ketakutan peter berkurang satu persatu. Ini adalah salah satu contoh behavior therapy.

Child Rearing

Watson memberi saran membesarkan anak dengan cara memperlakukan anak sebagai orang kecil yang dewasa. Jangan pernah memeluk dan mencium mereka, jangan biarkan mereka duduk dipangkuanmu. Jika memang harus dilakukan, cium mereka di dahi ketika mereka mengucapkan 'good night'. Jabat tangan mereka di pagi hari. Beri mereka tepukan halus di kepala jika telah melakukan tugas dengan baik dan menyelesaikan tugas sulit.

Behaviorism and The Good Life

Watson percaya bahwa behaviorisme dapat membuat kehidupan lebih baik daripada pandangan lainnya. Watson berpikir bahwa behaviorisme menjadi ilmu yang mepersiapkan individu untuk memahami asas pertama dalam kehidupan yaitu prilaku dan membuat kita bersemangat dalam mempersiapkan diri untuk membesarkan anak dengan cara yang sehal dan baik. Watson percaya hanya kita (orang tua) yang dapat membentuk anak dengan benar dan menyediakan dunia yang tidak terbelenggu oleh cerita dongeng masa lalu, terbebas dari sejarah politik yang memalukan, bebas dari kebiasaan dan konvensi bodoh yang tidak memiliki arti penting.

Belajar

Watson menunjukkan bahwa dalam situasi belajar, percobaan selalu diakhiri dengan objek penelitian membuat respons yang benar. Maksudnya, respon yang benar cenderung lebih sering terjadi daripada respons yang salah dan semakin sering respons dibuat semakin tinggi kemungkinan itu akan dibuat lagi (law of frequency). ini juga menunjukkan bahwa respon akhir dari sebuah organisme dalam situasi belajar akan menjadi cenderunng membuat "apa selanjutnya" dalam situasi tersebut. Watson menyebutnya Law of Recency.

The Mind-Body Problem

Ada empat pandangan tentang hubungan pikiran-tubuh :

  • Interactionist, pikiran dapat memengaruhi tubuh dan tubuh memengaruhi pikiran. Artinya, pikiran dan tubuh berinteraksi.
  • Psychophysical parallelism, peristiwa mental dan jasmani sejajar tanpa interaksi di antara keduanya.
  • Epiphenomenalism, Peristiwa mental adalah produk sampingan dari peristiwa jasmani tetapi tidak menyebabkan perilaku. Artinya, peristiwa jasmani menyebabkan peristiwa mental, tetapi peristiwa mental tidak dapat menyebabkan peristiwa jasmani.
  • Physical monism (materialism), termasuk menolak keberadaan peristiwa mental (kesadaran) sama sekali.

Watson Influence

Pandangan Watson tentang psikologi memiliki dua efek jangka panjang. Pertama, dia mengubah tujuan utama psikologi dari deskripsi dan penjelasan keadaan kesadaran menjadi prediksi dan kontrol perilaku. Kedua, ia menjadikan perilaku terbuka sebagai pokok bahasan psikologi yang hampir eksklusif.

Ada berbagai jenis behavioris. Psikolog seperti Watson, menyangkal keberadaan peristiwa mental atau mengklaim bahwa jika peristiwa semacam itu ada, mereka bisa dan harus diabaikan mewakili behaviorisme radikal. Behaviorisme radikal adalah keyakinan bahwa penjelasan perilaku tidak dapat berupa peristiwa internal yang tidak teramati. Semua yang dapat diamati secara langsung adalah peristiwa lingkungan dan perilaku terbuka, dan oleh karena itu hanya peristiwa tersebut yang harus menjadi pokok bahasan analisis ilmiah perilaku. Behaviorisme metodologis, tidak menyangkal pentingnya peristiwa kognitif atau fisiologis yang tidak teramati dalam analisis perilaku mereka. Bagi mereka, perilaku sudah biasa indeks peristiwa kognitif atau fisiologis yang dianggap terjadi di dalam organisme.

Neo-Behaviourisme

Neo-behaviorisme adalah evolusi arus perilaku yang menjadikan fenomena pembelajaran sebagai objek penelitian utama. Tujuan umum neobehaviorisme adalah untuk mengembangkan teori pembelajaran umum, berdasarkan eksperimen dengan prosedur pengkondisian klasik dan instrumental, yang dapat diperluas dengan nuansa yang sesuai untuk perilaku yang dipelajari secara umum dan khususnya untuk perilaku kompleks karakteristik manusia.

Ciri karakteristik utama neobehaviorisme adalah:

  • Merupakan evolusi dari behaviorisme umum.
  • Mempelajari selain proses perilaku yang dilalui subjek, yaitu proses kognitifnya.
  • Mempelajari bagaimana orang secara bertahap mengubah kebiasaan mereka dan bagaimana mereka berperilaku dalam melakukannya.
  • Menentukan dan menyelidiki sepenuhnya perilaku manusia.

Neo-behaviorisme berfokus pada proses mental dan pemikiran yang melintasi subjek ketika ia melakukan kegiatan tertentu dengan suatu tujuan, sehingga mengevaluasi tidak hanya perilaku orang yang dievaluasi, tetapi juga bagaimana kegiatan tersebut dan pembelajaran mengatakan mempengaruhi kognisi; Sebaliknya, behaviorisme hanya bertugas menganalisis secara mendalam manifestasi perilaku dan fisik yang disajikan subjek pada saat investigasi atau eksperimen.

 

 

Kamis, 17 November 2022

Fungsionalisme Amerika

Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa…

Oke kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke sebelas mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Diny Amenike, M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Keke ya teman-teman.

 

Perkembangan Awal Psikologi di Amerika Serikat

Tahap Pertama : Filsafat Moral dan Mental (1640-1776)

Pada awal periode 136 tahun filsafat moral dan mental, psikologi dimasukkan ke dalam topik seputar etika, ketuhanan, dan filsafat. Pengetahuan tentang psikologi hanya sebatas menyangkut masalah jiwa dan psikologi digabungkan dengan pelajaran agama.

Periode "Pencerahan Amerika" dimulai pada tahun 1714, yang ditandai dengan adanya karya John Locke “Pemahaman Manusia” (1690) yang memiliki pengaruh luas. Buku ini memuat topik mengenai psikologis seperti psikologi anak, hakikat kesadaran, hakikat ilmu, introspeksi, dan persepsi. Filosofi Locke memberikan dasar untuk logika dan psikologi yang dapat digunakan untuk mendukung keyakinan agama seseorang. Roback mengatakan bahwa, “Psikologi ada demi logika, dan logika demi Tuhan”.

Sebelum tahun 1880, orang-orang beranggapan bahwa ilmu psikologi dan psikolog tidak dibutuhkan karena mereka merasa tidak ada kesehatan jiwa orang yang terganggu.

Tahap Kedua  : Filsafat Intelektual (1776-1886)

Selama tahap ini, psikologi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri di Amerika Serikat, namun di bawah pengaruh Filsafat Akal Sehat Skotlandia. Filosofi Akal Sehat Skotlandia berpendapat bahwa tidak ada yang bisa diketahui dengan pasti dan moral tidak lebih dari kebiasaan mental. Namun Filsuf Skotlandia seperti Thomas Reid (1710-1796) tidak setuju. Ia mengatakan bahwa informasi sensorik dapat diterima secara realistis. Filosofi akal sehat memiliki implikasi yang jelas bagi teologi: Keberadaan dan sifat Tuhan tidak perlu dibuktikan secara logis karena ini menyangkut kepercayaan setiap orang.

Buku Noah Porter mendefinisikan psikologi sebagai ilmu jiwa manusia dan psikologi sebagai cabang fisika, psikologi sebagai ilmu pengetahuan, kesadaran, persepsi indera, pengembangan intelek, asosiasi ide, memori, dan alasan. Buku Porter menunjukkan penekanan dalam pembahasan individu yang kemudian menjadi ciri psikologi Amerika Serikat modern.

Tahap Ketiga : Renaisans AS (1886-1896)

Pada masa ini, psikologi berhasil terlepas dari agama dan filosofi sehingga berdiri sendiri menjadi ilmu empiris. Pada tahun 80-an mulai muncul peristiwa yang menandai mulainya ilmu psikologi yang menekankan kepada perbedaan antar individu, adaptasi terhadap lingkungan, dan kepraktisan. Sehingga psikologi pada saat itu sangat relevan terhadap teori evolusi. Sejak masa perintis, masyarakat Amerika menekankan kepada individualitas, kepraktisan, dan adaptasi terhadap lingkungan sebagai masalah utama. Sehingga ini menjelaskan mengapa Amerika menjadi tempat berkembangnya ilmu- ilmu praktis yang berguna membentuk kehidupan yang lebih efektif.

Tahap Keempat : Fungsionalisme AS (1896-Sekarang)

Pada masa ini, sains, penekanan terhadap individu, dan teori evolusi dijadikan satu dalam aliran fungsionalisme. Bagi para strukturalis, asumsi mengenai pikiran berasal dari empirisme Inggris dan Prancis, tujuan psikologi adalah untuk memahami struktur pikiran, dan alat penelitian utama adalah introspeksi. Bagi para fungsionalis, asumsi mengenai pikiran diturunkan dari teori evolusi, tujuannya adalah untuk memahami bagaimana pikiran dan perilaku membantu penyesuaian organisme terhadap lingkungan, dan alat penelitian mencakup segala hal yang informatif, seperti penggunaan introspeksi, studi perilaku hewan, dan studi terhadap orang yang sakit jiwa.

 

Pergantian Strukturalisme menjadi Fungsionalisme

Aliran strukturalisme pertama kali dikemukakan oleh wilhelm wundt, dimana aliran ini menekankan kepada analisis atau proses kesadaran dilihat dari struktur dasar dan hukum antar elemen kesadaran. Aliran ini mempelajari manusia melalui metode introspeksi berdasarkan pengalaman sadar yang terdapat pada elemen/struktur kesadaran yang bersifat subjektif menurut pengalaman tiap subjek. Aliran ini mengkaji persepsi dan sensasi tentang bagaimana keduannya berasosiasi.

Aliran fungsionalisme muncul karena adanya kritik terhadap aliran strukturalisme. Aliran fungsionalisme berfokus pada fungsi kesadaran manusia, bukan struktur kesadaran manusia. Aliran fungsionalisme mengatakan bahwa proses mental manusia, proses indrawinya, dan pemikiran dalam melakukan sesuatu merupakan cara organisme beradaptasi dengan lingkungannya.

 

Karakteristik Psikologi Fungsionalistik

  • Kaum fungsionalis menentang apa yang mereka anggap sebagai pencarian steril untuk elemen-elemen kesadaran yang melibatkan para strukturalis.
  • Para fungsionalis ingin memahami fungsi pikiran daripada memberikan deskripsi statis tentang isinya.
  • Para fungsionalis menginginkan psikologi menjadi ilmu praktis, bukan ilmu murni, dan mereka berusaha menerapkan temuan mereka pada peningkatan taraf kehidupan.
  • Para fungsionalis mendesak perluasan psikologi untuk memasukkan penelitian tentang hewan, anak-anak, dan manusia abnormal.
  • Minat para fungsionalis dalam penyebab mental proses dan perilaku mengarah langsung ke perhatian dengan motivasi.
  • Para fungsionalis menerima kedua proses mental dan perilaku sebagai materi pelajaran yang sah untuk psikologi, dan kebanyakan memandang introspeksi sebagai salah satu alat penelitian yang valid
  • Para fungsionalis lebih tertarik pada apa yang membuat organisme berbeda satu sama lain daripada apa yang membuat mereka serupa.
  • Semua fungsionalis secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh William James, yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.

 

Fungsionalisme

yaitu psikologi yang memandang psikis (mind) sebagai fungsi atau digunakan oleh organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah system dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah. Dengan demikian hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari fikiran dan perilaku.

 

Tokoh-tokoh Fungsionalisme

William James (1842-1910)

William James adalah seorang Bapak Psikologi Modern yang mempelopori aliran fungsionalisme dengan menentang aliran strukturalisme. James menekankan bahwa tujuan dari psikologi bukan menemukan elemen-elemen kesadaran, namun lebih menekankan kepada studi tentang kehidupan individu ketika mereka beradaptasi dengan lingkungannya, belajar hal-hal baru dari lingkungan, dan memecahkan masalah secara efisien.

Krisis James, penyebab ia depresi setelah kembali ke Amerika Serikat adalah implikasi dari fisiologi dan psikologi materistik Jerman yang membuatnya begitu terkesan. James mengusulkan empirisme radikal yang dengannya semua aspek pengalaman manusia yang dilaporkan secara konsiten layak untuk dipelajari

Arus Kesadaran, James menentang mereka yang sibuk mencari elemen pemikiran. Karena elemen pemikiran mencerminkan pengalaman individu, oleh karena itu sangatlah bodoh untuk mencari elemen yang umum bagi semua pemikiran. Menurutnya,  kesadaran bersifat pribadi, berlanjut/kontinu dan tidak dapat dipisah-pisah untuk analisis. Kesadaran juga terus berubah dan selektif.

Kebiasaan dan Naluri, James percaya bahwa banyak perilaku manusia yang diatur oleh naluri. James tidak percaya bahwa perilaku naluriah buta dan tidak berubah. Ia percaya perilaku dapat diubah oleh pengalaman. Pola perilaku mirip naluri berkembang selama manusia hidup. Pola perilaku ini disebut kebiasaan. Kebiasaan terbentuk karena aktivitas yang berulang yang menyebabkan jalur saraf yang sama dari, ke, dan di dalam otak menjadi lebih mengakar, memudahkan energy untuk melewati jalur tersebut.

Diri, James membahas apa yang disebutnya diri empiris atau “aku” dari kepribadian yang terdiri dari segala sesuatu yang seseorang sebut miliknya. Ia membagi diri empiris menjadi tiga komponen : diri material ( tubuh, keluarga, dan propertinya sendiri), diri social (diri yang diketahui oleh orang lain), dan diri spiritual (kondisi kesadaran seseorang, emosi, pengalaman realitas subjektif).

Pragmatisme, yaitu setiap keyakinan, pemikiran, atau perilaku harus dinilai dari konsekuensinya. Keyakinan apa pun yang membantu menciptakan kehidupan yang lebih efektif dan memuaskan patut dipegang, baik keyakinan itu ilmiah atau religius. Percaya pada kehendak bebas secara emosional memuaskan bagi James, jadi dia mempercayainya.

Teori Emosi, persepsi menurut James menyebabkan reaksi tubuh yang kemudian dialami sebagai emosi. Dengan kata lain, emosi yang kita rasakan bergantung pada apa yang kita lakukan. Misalnya, jika kita melihat beruang, kita lari, dan kemudian kita ketakutan. Bukan ketika kita melihat beruang, kita ketakutan dan kita lari.

Free Will, ide tindakan mengalir cepat dan otomatis (refleks) ke dalam perilaku. Proses otomatis ini berlanjut kecuali upaya mental dikeluarkan secara sengaja untuk memilih dan mempertahankan gagasan yang menarik dalam kesadaran. Jika kita menggabungkan teori free will dan teori emosi James, apa yang kita pikirkan menentukan apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan menentukan bagaimana perasaan kita.  

Konstrubusi James untuk Psikologi, dengan menekankan pada apa yang berguna, dia menujukkan penyimpangan besar dari psikologi murni baik voluntarisme maupun strukturalisme.

 Hugo Münsterberg (1863 – 1916)

Bagi Münsterberg, perasaan akan tindakan yang disengaja dihasilkan dari kesadaran akan perilaku terselubung, atau kesiapan untuk bertindak secara terbuka, ditimbulkan oleh suatu situasi.

Psikologi Terapan, menurutnya psikolog harus berusaha untuk mengungkap informasi yang dapat digunakan di dunia nyata. Dengan usahanya, Münsterberg berbuat banyak untuk menciptakan apa yang sekarang disebut sebagai Psikologi Terapan. Psikologi terapan yang ia dalami adalah :

Psikologi klinis. Munsterbeg melihat banyak orang yang mengalami sakit jiwa tetapi dia melihat mereka untuk alasan ilmiah, dia tidak pernah membebankan biaya kepada mereka. Dia menerapkan pengobatannya dengan bertujuan agar pasiennya membaik. Yang sebagian besar kasus-kasus tersebut adalah alkoholisme, kecanduan narkoba, fobia dan disfungsi seksual namun tidak untuk psikosis.

Psikologi forensic. Ia menunjukkan bahwa kesaksian saksi mata tidak dapat diandalkan karena kesan inderawi bisa jadi ilusi, sugesti dan stres bisa mempengaruhi persepsi, dan ingatan tidak selalu akurat. Münsterberg sering mengadakan peristiwa traumatis di kelasnya untuk menunjukkan bahwa bahkan ketika saksi berusaha untuk menjadi akurat, ada perbedaan besar dalam laporan individu tentang apa yang telah terjadi.

Psikologi industry. Münsterberg membahas topik-topik seperti metode pemilihan personel, metode peningkatan efisiensi kerja, dan teknik pemasaran dan periklanan. Münsterberg juga menemukan bahwa apakah suatu tugas membosankan tidak dapat ditentukan dengan mengamati pekerjaan orang lain. Seringkali, pekerjaan yang dianggap membosankan oleh sebagian orang justru menarik bagi mereka yang melakukannya. Oleh karena itu, perlu untuk mempertimbangkan perbedaan individu ketika memilih personel dan ketika membuat penugasan kerja.

Nasib Munsterbeg, dia percaya bahwa orang Jerman dan Amerika memiliki steorotip yang tidak akurat satu sama lain. Munsterbeg mengatakan bahwa orang Amerika tidak mampu memusatkan perhatian pada satu hal untuk waktu yang lama. Dia menjelaskan ketidakmampuan nasional ini berdasarkan fakta bahwa di Amerika Serikat, wanita berpengaruh dalam membentuk perkembangan intelektual dan budaya. Kerentanan intelektual perempuan juga menjelaskan popularitas mode psikologis seperti pemanggilan arwah. Sementara James berusaha menemukan apakah ada klaim ''media'' yang valid.

 Mary Whiton Calkins (1863–1930)

Ketika Münsterberg mengambil alih laboratorium psikologi James, ia juga menjadi supervisor mahasiswa pascasarjana psikologi dan ia juga mengarahkan penelitian disertasi mereka. Salah satu mahasiswa pascasarjana itu adalah Mary Whiton Calkins. Calkins mengungkapkan teknik asosiasi berpasangan yang masih banyak digunakan untuk mempelajari pengaruh frekuensi, resensi, dan kejelasan pada memori. Misalnya, Calkins menunjukkan kepada subjeknya serangkaian warna yang dipasangkan dengan angka. Kemudian, setelah beberapa presentasi berpasangan, warna saja yang disajikan dan subjek diminta untuk mengingat nomor yang sesuai. Antara lain, Calkins menemukan bahwa frekuensi kejadian memfasilitasi memori lebih dari kebaruan atau kejelasan. Selain pekerjaannya pada pembelajaran berpasangan, Calkins melakukan penelitian perintis pada memori jangka pendek.

 Granville Stanley Hall (1844-1924)

Granville Stanley Hall merupakan salah seorang yang paling berpengaruh kedua dalam bidang psikologi di AS setelah William James. Hall adalah seorang ahli teori dalam tradisi Lamarckian dan Darwinian, tetapi dia juga seorang organisator. Jumlah pengalaman pertama Hall tidak ada bandingannya dengan psikolog AS lainnya.

Teori rekapitulasi, evolusi tidak hanya menjelaskan perkembangan filogenetik spesies manusia. Setiap individu dalam hidupnya memainkan kembali semua tahap evolusi manusia. Gagasan ini disebut teori rekapitulasi perkembangan: "Setiap anak, dari saat pembuahan hingga dewasa, merekapitulasi, pada mulanya sangat cepat, dan kemudian lebih lambat lagi setiap tahap perkembangan yang dilalui umat manusia dari permulaannya yang paling rendah" . Pandangan Hall yaitu jika impuls-impuls primitif ini tidak diekspresikan pada masa kanak-kanak, impuls-impuls tersebut akan terbawa hingga dewasa.

Sublimasi, setiap tindakan seksual yang tidak dirancang untuk menghasilkan keturunan adalah dosa dan godaan untuk melakukan hubungan seks yang penuh dosa sangat besar. Solusi yang diusulkan Hall untuk masalah ini adalah penghambatan dorongan seks remaja. Penghambatan semacam itu, katanya, mengubah hasrat seksual menjadi kemajuan sosial. "Perasaan yang kuat, diperiksa dan diarahkan, energi erotis diubah menjadi energi mental. Meskipun Hall tidak menggunakan istilah sublimasi pada tahun 1904, ia pasti menggunakan konsep tersebut, dan ia melakukannya setahun sebelum muncul karya-karya Freud yang diterbitkan.

Francis Cecil Sumner, mahasiswa pascasarjana terakhir Hall adalah Francis Cecil Sumner (1895-1954), seorang Afrika-Amerika. Salah satu mahasiswa yang paling terkenal dari program psikologi Howard adalah Kenneth Clark. Kenneth Bancroft Clark (1914-2005) tiba di Howard pada musim gugur 1931 dengan tujuan belajar kedokteran. Setelah mengalami kelas psikologi pengantar Summer, Clark menyatakan, "Persetan dengan sekolah kedokteran [Psikologi] adalah disiplin bagi saya" . Clark memperoleh gelar BA dan MA dari Howard dan tetap di sana sebagai instruktur sementara istrinya, Mamie Phipps Clark (1917- 1983), menyelesaikan pekerjaan sarjananya di Howard.

 

Fungsionalisme di Universitas Chicago

John Dewey (1859–1952)

Dewey menentang analisis elementaristik dari respons refleksif,untuk mengantisipasi interpertasi Gestalt dari aktivitas perilaku. Dewey menekankan totalitas Gerakan, ia berpendapat bahwa koordinasi lebih dari jumlah refleks. Dewey menolak pandangan bahwa refleks adalah serangkaian Tindakan stimulus yang diikuti oleh respons dan dipisahkan oleh sensasi yang mengganggu. Menurutnya, Refleks adalah urutan gerakan terkoordinasi yang halus dan teratur yang tidak dapat dibagi. Kontribusi utamanya, pada saat di Chicago, terdiri dari memimpin sekelompok cendekiawan muda yang yakin akan kegunaan psikologi dan menganjurkan posisi bahwa psikologi Amerika dan psikologi fungsional adalah sinonim.

Dewey membagi elemen refleks menjadi proses sensorik, proses otak, dan respon motorik untuk analisis. Menurut Dewey, membagi perilaku menjadi elemen tidak lebih dapat dibenarkan daripada membagi kesadaran menjadi elemen. Dewey mengklaim bahwa ada aliran perilaku yang sama seperti aliran kesadaran. Ketiga unsur refleks harus dilihat sebagai sistem terkoordinasi yang diarahkan ke suatu tujuan, dan tujuan ini biasanya berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme. Dewey mendesak agar semua perilaku dilihat dari segi fungsinya — untuk menyesuaikan organisme dengan lingkungannya.

Sebagai seorang evolusionis, Dewey berpikir bahwa perubahan sosial tidak dapat dihindari, tetapi dia juga percaya bahwa hal itu dapat dipengaruhi secara positif oleh rencana tindakan yang tepat. Dewey sangat berpengaruh dalam menciptakan pendidikan "progresif" di Amerika Serikat. Yaitu pendidikan harus bersifat praktikum dan tidak boleh disajikan secara lengkap agar dapat merangsang minat pribadi murid. Dewey percaya bahwa pendidikan harus memfasilitasi kecerdasan kreatif dan mempersiapkan anak-anak untuk hidup secara efektif dalam masyarakat yang kompleks.

James Rowland Angell ( 1869–1949)

Angell menjabat sebagai Presiden APA pada tahun 1906. Dalam pidato kepresidenannya, Angell menyampaikan tiga poin utama:

  • Psikologi fungsional lebih tertarik pada operasi mental daripada elemen sadar, tetapi operasi mental dalam isolasi tidak begitu menarik.
  • Proses mental menengahi antara kebutuhan organisme dan lingkungan. Artinya, fungsi mental membantu organisme bertahan hidup.
  • Pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan; mereka bertindak sebagai satu kesatuan dalam perjuangan organisme untuk bertahan hidup.

Angell mendefinisikan inti psikologi fungsional sebagai penerimaan pendekatan biologis untuk menentukan bagaimana pikiran bekerja dalam penyesuaian orang psikofisik dengan lingkungan. Berbeda dengan Wundt, Angell menyatakan bahwa kesadaran secara progresif meningkatkan aktivitas adaptif seseorang, dan proses perhatian adalah pusat kesadaran. Dengan lebih mendemonstrasikan kekerabatannya dengan teori evolusi, fungsionalisme mendorong studi tidak hanya tentang kesadaran tetapi juga perilaku hewan, psikologi anak, pembentukan kebiasaan, dan perbedaan individu. Selain itu, dengan orientasi pragmatis yang kuat, mendorong penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam pendidikan, bisnis, dan psikologi klinis.

Harvey Carr

Inti psikologi Carr adalah tindakan adaptif yang memiliki tiga komponen yaitu : Motif yang bertindak sebagai stimulus untuk perilaku (seperti kelaparan dan haus), Pengaturan lingkungan atau situasi organisme, dan Respon yang memuaskan motif (seperti makan atau minum). Jadi, peran Carr dalam psikologi fungsional adalah untuk merangkum prinsip-prinsip dasar yang umum dimiliki dalam : Proses mental bersifat adaptif dan memiliki tujuan serta Aktivitas mental ditimbulkan oleh rangsangan lingkungan.

 

Fungsionalisme di Universitas Colombia

James McKeen Cattell (1860–1944)

Dibawah kepemimpinan James McKeen Cattell, Fungsionalisme dipengaruhi oleh Galton. Cattell melakukan penelitian dasar di berbagai bidang seperti waktu reaksi, psikofisika, dan pengujian mental.  Cattell mengikuti Galton dengan asumsi bahwa kecerdasan dapat diukur dengan mempelajari kemampuan sensorik dan motorik. Cattell menggunakan banyak tes yang sama dengan yang digunakan Galton (tekanan dinamometer, perbedaan berat yang paling tidak terlihat, dan waktu reaksi).

Cattell dan Psikologi Terapan. Cattel mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak dapat diubah, karena sejatinya ilmu pengetahuan itu berkembang. Cattell percaya bahwa ide dan metode harus selalu dievaluasi dari segi kegunaannya. Menurut Cattell, hampir setiap orang mencoba menerapkan prinsip-prinsip psikologis dalam apa yang mereka lakukan (sistem pendidikan, gereja, pemerintahan, sistem hukum). Cattel menyimpulkan bahwa semuanya adalah tentang menggunakan prinsip-prinsip psikologis yang valid dalam menjalankan kontrol. Pada tahun 1894, bersama dengan James Mark Baldwin, Cattell mendirikan jurnal psikologi AS ketiga, Review Psikologis.

Robert Sessions Woodworth (1869-1962)

Seperti semua psikolog fungsionalistik, Woodworth tertarik pada apa yang dilakukan orang dan mengapa mereka melakukannya—terutama mengapa. Dia terutama tertarik pada motivasi, jadi dia menyebut merek psikologinya sebagai "psikologi dinamis". Woodworth tidak sependapat dengan mereka yang berbicara tentang penyesuaian diri terhadap lingkungan sebagai masalah rangsangan, proses otak, dan respons.

Woodworth memilih simbol S-O-R (stimulus-organisme-respons) untuk menunjuk teorinya dan untuk menekankan pentingnya organisme. Dia menggunakan istilah mekanisme seperti halnya Carr telah menggunakan istilah tindakan adaptif-untuk merujuk pada cara organisme berinteraksi dengan lingkungan untuk memuaskan kebutuhan. Mekanisme ini, atau pola perilaku adaptif, tetap tidak aktif (dorman) kecuali diaktifkan oleh kebutuhan (dorongan) dari beberapa jenis. Jadi, dalam lingkungan fisik yang sama, suatu organisme bertindak secara berbeda tergantung pada kebutuhan atau dorongan apa yang ada.

Woodworth percaya bahwa psikolog harus menerima informasi yang valid tentang manusia tidak peduli dari mana asalnya, dan dia percaya bahwa, seperti dirinya, kebanyakan psikolog mempertahankan sikap jalan tengah, atau eklektik.

Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Seperti Galton, Thorndike memiliki kegemaran untuk mengukur segala sesuatu. Juga seperti Galton, Thorndike percaya bahwa kecerdasan sangat diwariskan. Thorndike percaya bahwa pengalaman pendidikan harus dikelompokkan menurut dengan kemampuan intelektual asli siswa. Namun, Thorndike tidak percaya perbedaan gender dalam kemampuan intelektual yang cukup substansial untuk mendukung argumen yang menentang koedukasi.

Animal Research before Thorndike. Psikologi komparatif modern jelas dimulai dengan karya-karya Darwin, khususnya dengan bukunya The Expression of Emotions in Man and Animals (1872). Dalam buku ketiga, Mental Evolution in Man (1888), Romanes berusaha melacak evolusi pikiran manusia. Namun, semua bukti Romanes bersifat anekdot, dan dia sering bersalah karena melakukan antropomorfisasi, atau mengaitkan proses pemikiran manusia dengan hewan bukan manusia. Misalnya, orang Romawi mengaitkan emosi seperti kemarahan, ketakutan, dan kecemburuan dengan ikan; kasih sayang, simpati, dan kebanggaan terhadap burung; dan kelicikan dan daya nalar yang tajam bagi anjing. Berikut ini adalah contoh bagaimana orang Romawi menghubungkan motif dan kecerdasan manusia dengan hewan bukan manusia.

Connectionism. Thorndike percaya bahwa kesan dan tanggapan indera dihubungkan oleh ikatan saraf. Dia juga percaya bahwa kemungkinan respon yang dibuat dengan adanya peristiwa sensorik tertentu (stimulus) ditentukan oleh kekuatan hubungan saraf antara stimulus dan respon. Perhatian Thorndike bukan pada bagaimana ide-ide menjadi terkait tetapi dengan bagaimana koneksi saraf atau ikatan antara kesan dan tanggapan sensorik mengubah kekuatan mereka sebagai fungsi dari pengalaman. Karena keprihatinan ini, teori Thorndike sering disebut sebagai koneksionisme.

Thorndike’s Puzzle Box. Untuk menyelidiki secara sistematis pembelajaran coba[1]coba yang telah dijelaskan Morgan, Thorndike menggunakan kotak teka-teki. Meskipun selama karirnya Thorndike menggunakan anak ayam, tikus, anjing, ikan, monyet, dan manusia sebagai subjek penelitian, karyanya dengan kotak teka-teki melibatkan kucing. Kotak itu diatur sedemikian rupa sehingga jika hewan itu melakukan respons tertentu, pintunya terbuka, dan hewan itu dibiarkan melarikan diri; selain itu, hewan itu menerima hadiah seperti sepotong ikan. Dari berbagai eksperimen kotak teka-tekinya, Thorndike mencapai kesimpulan berikut: (1) Pembelajaran bersifat inkremental. Artinya, hal itu terjadi sedikit demi sedikit daripada sekaligus. Dengan setiap pelarian yang berhasil, pelarian berikutnya dilakukan lebih cepat. (2) Pembelajaran terjadi secara otomatis. Artinya, tidak dimediasi oleh pemikiran. (3) Prinsip pembelajaran yang sama berlaku untuk semua mamalia. Artinya, manusia belajar dengan cara yang sama seperti mamalia lainnya.

The Laws of Exercise and Effect. Untuk menjelaskan temuan penelitiannya, Thorndike mengembangkan teori belajar utama psikologi yang pertama. Teori ini pada dasarnya menggabungkan asosiasionisme dan hedonisme, yang telah lazim selama berabad-abad, tetapi Thorndike menyatakan prinsip-prinsipnya dengan tepat dan mendukungnya dengan eksperimen yang cerdik. Temuan penelitiannya sendiri sebenarnya memaksanya untuk membuat revisi besar dalam teorinya sendiri. Versi awal teorinya terutama terdiri dari hukum latihan dan efek. Hukum latihan memiliki dua bagian: hukum penggunaan dan hukum tidak digunakan. Menurut hukum penggunaan, semakin sering asosiasi (sambungan saraf) dipraktikkan, semakin kuat jadinya. Ini pada dasarnya adalah pernyataan ulang dari hukum frekuensi Aristoteles. Menurut hukum tidak digunakan, semakin lama suatu asosiasi tidak digunakan, semakin lemah asosiasi tersebut. Secara bersama-sama, hukum penggunaan dan tidak digunakan menyatakan bahwa kita belajar dengan melakukan dan melupakan dengan tidak melakukan. Hukum awal efek Thorndike adalah bahwa jika sebuah asosiasi diikuti oleh "keadaan yang memuaskan" itu akan diperkuat, dan jika diikuti oleh "keadaan yang mengganggu" , itu akan melemah. Dalam terminologi modern, hukum efek Thorndike sebelumnya adalah bahwa penguatan memperkuat perilaku sedangkan hukuman melemahkannya.

The Renouncement of the Law of Exercise and the Revised Law of Effect. Pada bulan September 1929, Thorndike memulai pidatonya di Kongres Internasional Psikologi dengan pernyataan dramatis "Saya salah." Dia mengacu pada teori awal belajarnya. Penelitian telah memaksanya untuk meninggalkan hukum latihannya sepenuhnya, karena ia telah menemukan bahwa latihan saja tidak memperkuat asosiasi dan bahwa berlalunya waktu saja (tidak digunakan) tidak melemahkannya. Selain membuang hukum latihan, Thorndike membuang setengah dari hukum akibat, menyimpulkan bahwa keadaan yang memuaskan memperkuat asosiasi tetapi keadaan yang mengganggu tidak melemahkannya. Dalam terminologi modern, Thorndike menemukan bahwa penguatan efektif dalam memodifikasi perilaku, tetapi hukuman tidak.

The Transfer of Training. Pada tahun 1901 Thorndike dan Woodworth menggabungkan keterampilan mereka untuk menguji pendapat beberapa psikolog fakultas awal bahwa fakultas pikiran dapat diperkuat dengan mempraktikkan atribut yang terkait dengannya. Misalnya, diyakini bahwa mempelajari topik yang sulit, seperti bahasa Latin, dapat meningkatkan kecerdasan umum. Keyakinan seperti itu kadang-kadang disebut pendekatan "otot mental" untuk pendidikan dan kadang-kadang disiplin formal. Studi Thorndike dan Woodworth, yang melibatkan 8.564 siswa sekolah menengah, tidak menemukan dukungan untuk pendapat ini.

 

Digantikannya Fungsionalisme oleh Behaviorisme

Fungsionalisme kehilangan kekhasannya sebagai sebuah aliran karena sebagian besar temuan dan metodologinya ditolak, fungsionalisme kehilangan kekhasannya sebagai sebuah aliran karena sebagian besar prinsip utama aliran ini diasimilasikan ke dalam semua bentuk psikologi. Behaviorisme memandang bahwa manusia memiliki tindakan-tindakan behavioral atau kebiasaan yang dapat diamati. Behaviorisme menyangkal semua konsep mentalistik atau konsep kesadaran. Dengan hal ini, banyak eksperimen yang menunjukkan bahwa ilmu psikologi juga mampu diteliti secara nampak menurut tingkah laku dan kebiasan tindakan yang dilakukan. Behaviorisme merupakan lanjutan dari strukturalisme oleh Wundt. Behaviorisme menolak unsur yang dinyatakan dalam fungsional yaitu kesadaran. Behaviorisme menyatakan diri mempelajari tentang perilaku yang nyata. Aliran behaviorisme ini merupakan asumsi kejiwaan dan bukannya materi atau objek, sehingga tidak dapat diteliti langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku adalah wujud dari mental atau kejiwaan manusia 

Psikologi Gestalt dan Kognitif Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa… Oke kali ini a...