Kamis, 17 November 2022

Fungsionalisme Amerika

Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa…

Oke kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke sebelas mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Diny Amenike, M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Keke ya teman-teman.

 

Perkembangan Awal Psikologi di Amerika Serikat

Tahap Pertama : Filsafat Moral dan Mental (1640-1776)

Pada awal periode 136 tahun filsafat moral dan mental, psikologi dimasukkan ke dalam topik seputar etika, ketuhanan, dan filsafat. Pengetahuan tentang psikologi hanya sebatas menyangkut masalah jiwa dan psikologi digabungkan dengan pelajaran agama.

Periode "Pencerahan Amerika" dimulai pada tahun 1714, yang ditandai dengan adanya karya John Locke “Pemahaman Manusia” (1690) yang memiliki pengaruh luas. Buku ini memuat topik mengenai psikologis seperti psikologi anak, hakikat kesadaran, hakikat ilmu, introspeksi, dan persepsi. Filosofi Locke memberikan dasar untuk logika dan psikologi yang dapat digunakan untuk mendukung keyakinan agama seseorang. Roback mengatakan bahwa, “Psikologi ada demi logika, dan logika demi Tuhan”.

Sebelum tahun 1880, orang-orang beranggapan bahwa ilmu psikologi dan psikolog tidak dibutuhkan karena mereka merasa tidak ada kesehatan jiwa orang yang terganggu.

Tahap Kedua  : Filsafat Intelektual (1776-1886)

Selama tahap ini, psikologi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri di Amerika Serikat, namun di bawah pengaruh Filsafat Akal Sehat Skotlandia. Filosofi Akal Sehat Skotlandia berpendapat bahwa tidak ada yang bisa diketahui dengan pasti dan moral tidak lebih dari kebiasaan mental. Namun Filsuf Skotlandia seperti Thomas Reid (1710-1796) tidak setuju. Ia mengatakan bahwa informasi sensorik dapat diterima secara realistis. Filosofi akal sehat memiliki implikasi yang jelas bagi teologi: Keberadaan dan sifat Tuhan tidak perlu dibuktikan secara logis karena ini menyangkut kepercayaan setiap orang.

Buku Noah Porter mendefinisikan psikologi sebagai ilmu jiwa manusia dan psikologi sebagai cabang fisika, psikologi sebagai ilmu pengetahuan, kesadaran, persepsi indera, pengembangan intelek, asosiasi ide, memori, dan alasan. Buku Porter menunjukkan penekanan dalam pembahasan individu yang kemudian menjadi ciri psikologi Amerika Serikat modern.

Tahap Ketiga : Renaisans AS (1886-1896)

Pada masa ini, psikologi berhasil terlepas dari agama dan filosofi sehingga berdiri sendiri menjadi ilmu empiris. Pada tahun 80-an mulai muncul peristiwa yang menandai mulainya ilmu psikologi yang menekankan kepada perbedaan antar individu, adaptasi terhadap lingkungan, dan kepraktisan. Sehingga psikologi pada saat itu sangat relevan terhadap teori evolusi. Sejak masa perintis, masyarakat Amerika menekankan kepada individualitas, kepraktisan, dan adaptasi terhadap lingkungan sebagai masalah utama. Sehingga ini menjelaskan mengapa Amerika menjadi tempat berkembangnya ilmu- ilmu praktis yang berguna membentuk kehidupan yang lebih efektif.

Tahap Keempat : Fungsionalisme AS (1896-Sekarang)

Pada masa ini, sains, penekanan terhadap individu, dan teori evolusi dijadikan satu dalam aliran fungsionalisme. Bagi para strukturalis, asumsi mengenai pikiran berasal dari empirisme Inggris dan Prancis, tujuan psikologi adalah untuk memahami struktur pikiran, dan alat penelitian utama adalah introspeksi. Bagi para fungsionalis, asumsi mengenai pikiran diturunkan dari teori evolusi, tujuannya adalah untuk memahami bagaimana pikiran dan perilaku membantu penyesuaian organisme terhadap lingkungan, dan alat penelitian mencakup segala hal yang informatif, seperti penggunaan introspeksi, studi perilaku hewan, dan studi terhadap orang yang sakit jiwa.

 

Pergantian Strukturalisme menjadi Fungsionalisme

Aliran strukturalisme pertama kali dikemukakan oleh wilhelm wundt, dimana aliran ini menekankan kepada analisis atau proses kesadaran dilihat dari struktur dasar dan hukum antar elemen kesadaran. Aliran ini mempelajari manusia melalui metode introspeksi berdasarkan pengalaman sadar yang terdapat pada elemen/struktur kesadaran yang bersifat subjektif menurut pengalaman tiap subjek. Aliran ini mengkaji persepsi dan sensasi tentang bagaimana keduannya berasosiasi.

Aliran fungsionalisme muncul karena adanya kritik terhadap aliran strukturalisme. Aliran fungsionalisme berfokus pada fungsi kesadaran manusia, bukan struktur kesadaran manusia. Aliran fungsionalisme mengatakan bahwa proses mental manusia, proses indrawinya, dan pemikiran dalam melakukan sesuatu merupakan cara organisme beradaptasi dengan lingkungannya.

 

Karakteristik Psikologi Fungsionalistik

  • Kaum fungsionalis menentang apa yang mereka anggap sebagai pencarian steril untuk elemen-elemen kesadaran yang melibatkan para strukturalis.
  • Para fungsionalis ingin memahami fungsi pikiran daripada memberikan deskripsi statis tentang isinya.
  • Para fungsionalis menginginkan psikologi menjadi ilmu praktis, bukan ilmu murni, dan mereka berusaha menerapkan temuan mereka pada peningkatan taraf kehidupan.
  • Para fungsionalis mendesak perluasan psikologi untuk memasukkan penelitian tentang hewan, anak-anak, dan manusia abnormal.
  • Minat para fungsionalis dalam penyebab mental proses dan perilaku mengarah langsung ke perhatian dengan motivasi.
  • Para fungsionalis menerima kedua proses mental dan perilaku sebagai materi pelajaran yang sah untuk psikologi, dan kebanyakan memandang introspeksi sebagai salah satu alat penelitian yang valid
  • Para fungsionalis lebih tertarik pada apa yang membuat organisme berbeda satu sama lain daripada apa yang membuat mereka serupa.
  • Semua fungsionalis secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh William James, yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.

 

Fungsionalisme

yaitu psikologi yang memandang psikis (mind) sebagai fungsi atau digunakan oleh organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah system dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah. Dengan demikian hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari fikiran dan perilaku.

 

Tokoh-tokoh Fungsionalisme

William James (1842-1910)

William James adalah seorang Bapak Psikologi Modern yang mempelopori aliran fungsionalisme dengan menentang aliran strukturalisme. James menekankan bahwa tujuan dari psikologi bukan menemukan elemen-elemen kesadaran, namun lebih menekankan kepada studi tentang kehidupan individu ketika mereka beradaptasi dengan lingkungannya, belajar hal-hal baru dari lingkungan, dan memecahkan masalah secara efisien.

Krisis James, penyebab ia depresi setelah kembali ke Amerika Serikat adalah implikasi dari fisiologi dan psikologi materistik Jerman yang membuatnya begitu terkesan. James mengusulkan empirisme radikal yang dengannya semua aspek pengalaman manusia yang dilaporkan secara konsiten layak untuk dipelajari

Arus Kesadaran, James menentang mereka yang sibuk mencari elemen pemikiran. Karena elemen pemikiran mencerminkan pengalaman individu, oleh karena itu sangatlah bodoh untuk mencari elemen yang umum bagi semua pemikiran. Menurutnya,  kesadaran bersifat pribadi, berlanjut/kontinu dan tidak dapat dipisah-pisah untuk analisis. Kesadaran juga terus berubah dan selektif.

Kebiasaan dan Naluri, James percaya bahwa banyak perilaku manusia yang diatur oleh naluri. James tidak percaya bahwa perilaku naluriah buta dan tidak berubah. Ia percaya perilaku dapat diubah oleh pengalaman. Pola perilaku mirip naluri berkembang selama manusia hidup. Pola perilaku ini disebut kebiasaan. Kebiasaan terbentuk karena aktivitas yang berulang yang menyebabkan jalur saraf yang sama dari, ke, dan di dalam otak menjadi lebih mengakar, memudahkan energy untuk melewati jalur tersebut.

Diri, James membahas apa yang disebutnya diri empiris atau “aku” dari kepribadian yang terdiri dari segala sesuatu yang seseorang sebut miliknya. Ia membagi diri empiris menjadi tiga komponen : diri material ( tubuh, keluarga, dan propertinya sendiri), diri social (diri yang diketahui oleh orang lain), dan diri spiritual (kondisi kesadaran seseorang, emosi, pengalaman realitas subjektif).

Pragmatisme, yaitu setiap keyakinan, pemikiran, atau perilaku harus dinilai dari konsekuensinya. Keyakinan apa pun yang membantu menciptakan kehidupan yang lebih efektif dan memuaskan patut dipegang, baik keyakinan itu ilmiah atau religius. Percaya pada kehendak bebas secara emosional memuaskan bagi James, jadi dia mempercayainya.

Teori Emosi, persepsi menurut James menyebabkan reaksi tubuh yang kemudian dialami sebagai emosi. Dengan kata lain, emosi yang kita rasakan bergantung pada apa yang kita lakukan. Misalnya, jika kita melihat beruang, kita lari, dan kemudian kita ketakutan. Bukan ketika kita melihat beruang, kita ketakutan dan kita lari.

Free Will, ide tindakan mengalir cepat dan otomatis (refleks) ke dalam perilaku. Proses otomatis ini berlanjut kecuali upaya mental dikeluarkan secara sengaja untuk memilih dan mempertahankan gagasan yang menarik dalam kesadaran. Jika kita menggabungkan teori free will dan teori emosi James, apa yang kita pikirkan menentukan apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan menentukan bagaimana perasaan kita.  

Konstrubusi James untuk Psikologi, dengan menekankan pada apa yang berguna, dia menujukkan penyimpangan besar dari psikologi murni baik voluntarisme maupun strukturalisme.

 Hugo Münsterberg (1863 – 1916)

Bagi Münsterberg, perasaan akan tindakan yang disengaja dihasilkan dari kesadaran akan perilaku terselubung, atau kesiapan untuk bertindak secara terbuka, ditimbulkan oleh suatu situasi.

Psikologi Terapan, menurutnya psikolog harus berusaha untuk mengungkap informasi yang dapat digunakan di dunia nyata. Dengan usahanya, Münsterberg berbuat banyak untuk menciptakan apa yang sekarang disebut sebagai Psikologi Terapan. Psikologi terapan yang ia dalami adalah :

Psikologi klinis. Munsterbeg melihat banyak orang yang mengalami sakit jiwa tetapi dia melihat mereka untuk alasan ilmiah, dia tidak pernah membebankan biaya kepada mereka. Dia menerapkan pengobatannya dengan bertujuan agar pasiennya membaik. Yang sebagian besar kasus-kasus tersebut adalah alkoholisme, kecanduan narkoba, fobia dan disfungsi seksual namun tidak untuk psikosis.

Psikologi forensic. Ia menunjukkan bahwa kesaksian saksi mata tidak dapat diandalkan karena kesan inderawi bisa jadi ilusi, sugesti dan stres bisa mempengaruhi persepsi, dan ingatan tidak selalu akurat. Münsterberg sering mengadakan peristiwa traumatis di kelasnya untuk menunjukkan bahwa bahkan ketika saksi berusaha untuk menjadi akurat, ada perbedaan besar dalam laporan individu tentang apa yang telah terjadi.

Psikologi industry. Münsterberg membahas topik-topik seperti metode pemilihan personel, metode peningkatan efisiensi kerja, dan teknik pemasaran dan periklanan. Münsterberg juga menemukan bahwa apakah suatu tugas membosankan tidak dapat ditentukan dengan mengamati pekerjaan orang lain. Seringkali, pekerjaan yang dianggap membosankan oleh sebagian orang justru menarik bagi mereka yang melakukannya. Oleh karena itu, perlu untuk mempertimbangkan perbedaan individu ketika memilih personel dan ketika membuat penugasan kerja.

Nasib Munsterbeg, dia percaya bahwa orang Jerman dan Amerika memiliki steorotip yang tidak akurat satu sama lain. Munsterbeg mengatakan bahwa orang Amerika tidak mampu memusatkan perhatian pada satu hal untuk waktu yang lama. Dia menjelaskan ketidakmampuan nasional ini berdasarkan fakta bahwa di Amerika Serikat, wanita berpengaruh dalam membentuk perkembangan intelektual dan budaya. Kerentanan intelektual perempuan juga menjelaskan popularitas mode psikologis seperti pemanggilan arwah. Sementara James berusaha menemukan apakah ada klaim ''media'' yang valid.

 Mary Whiton Calkins (1863–1930)

Ketika Münsterberg mengambil alih laboratorium psikologi James, ia juga menjadi supervisor mahasiswa pascasarjana psikologi dan ia juga mengarahkan penelitian disertasi mereka. Salah satu mahasiswa pascasarjana itu adalah Mary Whiton Calkins. Calkins mengungkapkan teknik asosiasi berpasangan yang masih banyak digunakan untuk mempelajari pengaruh frekuensi, resensi, dan kejelasan pada memori. Misalnya, Calkins menunjukkan kepada subjeknya serangkaian warna yang dipasangkan dengan angka. Kemudian, setelah beberapa presentasi berpasangan, warna saja yang disajikan dan subjek diminta untuk mengingat nomor yang sesuai. Antara lain, Calkins menemukan bahwa frekuensi kejadian memfasilitasi memori lebih dari kebaruan atau kejelasan. Selain pekerjaannya pada pembelajaran berpasangan, Calkins melakukan penelitian perintis pada memori jangka pendek.

 Granville Stanley Hall (1844-1924)

Granville Stanley Hall merupakan salah seorang yang paling berpengaruh kedua dalam bidang psikologi di AS setelah William James. Hall adalah seorang ahli teori dalam tradisi Lamarckian dan Darwinian, tetapi dia juga seorang organisator. Jumlah pengalaman pertama Hall tidak ada bandingannya dengan psikolog AS lainnya.

Teori rekapitulasi, evolusi tidak hanya menjelaskan perkembangan filogenetik spesies manusia. Setiap individu dalam hidupnya memainkan kembali semua tahap evolusi manusia. Gagasan ini disebut teori rekapitulasi perkembangan: "Setiap anak, dari saat pembuahan hingga dewasa, merekapitulasi, pada mulanya sangat cepat, dan kemudian lebih lambat lagi setiap tahap perkembangan yang dilalui umat manusia dari permulaannya yang paling rendah" . Pandangan Hall yaitu jika impuls-impuls primitif ini tidak diekspresikan pada masa kanak-kanak, impuls-impuls tersebut akan terbawa hingga dewasa.

Sublimasi, setiap tindakan seksual yang tidak dirancang untuk menghasilkan keturunan adalah dosa dan godaan untuk melakukan hubungan seks yang penuh dosa sangat besar. Solusi yang diusulkan Hall untuk masalah ini adalah penghambatan dorongan seks remaja. Penghambatan semacam itu, katanya, mengubah hasrat seksual menjadi kemajuan sosial. "Perasaan yang kuat, diperiksa dan diarahkan, energi erotis diubah menjadi energi mental. Meskipun Hall tidak menggunakan istilah sublimasi pada tahun 1904, ia pasti menggunakan konsep tersebut, dan ia melakukannya setahun sebelum muncul karya-karya Freud yang diterbitkan.

Francis Cecil Sumner, mahasiswa pascasarjana terakhir Hall adalah Francis Cecil Sumner (1895-1954), seorang Afrika-Amerika. Salah satu mahasiswa yang paling terkenal dari program psikologi Howard adalah Kenneth Clark. Kenneth Bancroft Clark (1914-2005) tiba di Howard pada musim gugur 1931 dengan tujuan belajar kedokteran. Setelah mengalami kelas psikologi pengantar Summer, Clark menyatakan, "Persetan dengan sekolah kedokteran [Psikologi] adalah disiplin bagi saya" . Clark memperoleh gelar BA dan MA dari Howard dan tetap di sana sebagai instruktur sementara istrinya, Mamie Phipps Clark (1917- 1983), menyelesaikan pekerjaan sarjananya di Howard.

 

Fungsionalisme di Universitas Chicago

John Dewey (1859–1952)

Dewey menentang analisis elementaristik dari respons refleksif,untuk mengantisipasi interpertasi Gestalt dari aktivitas perilaku. Dewey menekankan totalitas Gerakan, ia berpendapat bahwa koordinasi lebih dari jumlah refleks. Dewey menolak pandangan bahwa refleks adalah serangkaian Tindakan stimulus yang diikuti oleh respons dan dipisahkan oleh sensasi yang mengganggu. Menurutnya, Refleks adalah urutan gerakan terkoordinasi yang halus dan teratur yang tidak dapat dibagi. Kontribusi utamanya, pada saat di Chicago, terdiri dari memimpin sekelompok cendekiawan muda yang yakin akan kegunaan psikologi dan menganjurkan posisi bahwa psikologi Amerika dan psikologi fungsional adalah sinonim.

Dewey membagi elemen refleks menjadi proses sensorik, proses otak, dan respon motorik untuk analisis. Menurut Dewey, membagi perilaku menjadi elemen tidak lebih dapat dibenarkan daripada membagi kesadaran menjadi elemen. Dewey mengklaim bahwa ada aliran perilaku yang sama seperti aliran kesadaran. Ketiga unsur refleks harus dilihat sebagai sistem terkoordinasi yang diarahkan ke suatu tujuan, dan tujuan ini biasanya berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme. Dewey mendesak agar semua perilaku dilihat dari segi fungsinya — untuk menyesuaikan organisme dengan lingkungannya.

Sebagai seorang evolusionis, Dewey berpikir bahwa perubahan sosial tidak dapat dihindari, tetapi dia juga percaya bahwa hal itu dapat dipengaruhi secara positif oleh rencana tindakan yang tepat. Dewey sangat berpengaruh dalam menciptakan pendidikan "progresif" di Amerika Serikat. Yaitu pendidikan harus bersifat praktikum dan tidak boleh disajikan secara lengkap agar dapat merangsang minat pribadi murid. Dewey percaya bahwa pendidikan harus memfasilitasi kecerdasan kreatif dan mempersiapkan anak-anak untuk hidup secara efektif dalam masyarakat yang kompleks.

James Rowland Angell ( 1869–1949)

Angell menjabat sebagai Presiden APA pada tahun 1906. Dalam pidato kepresidenannya, Angell menyampaikan tiga poin utama:

  • Psikologi fungsional lebih tertarik pada operasi mental daripada elemen sadar, tetapi operasi mental dalam isolasi tidak begitu menarik.
  • Proses mental menengahi antara kebutuhan organisme dan lingkungan. Artinya, fungsi mental membantu organisme bertahan hidup.
  • Pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan; mereka bertindak sebagai satu kesatuan dalam perjuangan organisme untuk bertahan hidup.

Angell mendefinisikan inti psikologi fungsional sebagai penerimaan pendekatan biologis untuk menentukan bagaimana pikiran bekerja dalam penyesuaian orang psikofisik dengan lingkungan. Berbeda dengan Wundt, Angell menyatakan bahwa kesadaran secara progresif meningkatkan aktivitas adaptif seseorang, dan proses perhatian adalah pusat kesadaran. Dengan lebih mendemonstrasikan kekerabatannya dengan teori evolusi, fungsionalisme mendorong studi tidak hanya tentang kesadaran tetapi juga perilaku hewan, psikologi anak, pembentukan kebiasaan, dan perbedaan individu. Selain itu, dengan orientasi pragmatis yang kuat, mendorong penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam pendidikan, bisnis, dan psikologi klinis.

Harvey Carr

Inti psikologi Carr adalah tindakan adaptif yang memiliki tiga komponen yaitu : Motif yang bertindak sebagai stimulus untuk perilaku (seperti kelaparan dan haus), Pengaturan lingkungan atau situasi organisme, dan Respon yang memuaskan motif (seperti makan atau minum). Jadi, peran Carr dalam psikologi fungsional adalah untuk merangkum prinsip-prinsip dasar yang umum dimiliki dalam : Proses mental bersifat adaptif dan memiliki tujuan serta Aktivitas mental ditimbulkan oleh rangsangan lingkungan.

 

Fungsionalisme di Universitas Colombia

James McKeen Cattell (1860–1944)

Dibawah kepemimpinan James McKeen Cattell, Fungsionalisme dipengaruhi oleh Galton. Cattell melakukan penelitian dasar di berbagai bidang seperti waktu reaksi, psikofisika, dan pengujian mental.  Cattell mengikuti Galton dengan asumsi bahwa kecerdasan dapat diukur dengan mempelajari kemampuan sensorik dan motorik. Cattell menggunakan banyak tes yang sama dengan yang digunakan Galton (tekanan dinamometer, perbedaan berat yang paling tidak terlihat, dan waktu reaksi).

Cattell dan Psikologi Terapan. Cattel mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak dapat diubah, karena sejatinya ilmu pengetahuan itu berkembang. Cattell percaya bahwa ide dan metode harus selalu dievaluasi dari segi kegunaannya. Menurut Cattell, hampir setiap orang mencoba menerapkan prinsip-prinsip psikologis dalam apa yang mereka lakukan (sistem pendidikan, gereja, pemerintahan, sistem hukum). Cattel menyimpulkan bahwa semuanya adalah tentang menggunakan prinsip-prinsip psikologis yang valid dalam menjalankan kontrol. Pada tahun 1894, bersama dengan James Mark Baldwin, Cattell mendirikan jurnal psikologi AS ketiga, Review Psikologis.

Robert Sessions Woodworth (1869-1962)

Seperti semua psikolog fungsionalistik, Woodworth tertarik pada apa yang dilakukan orang dan mengapa mereka melakukannya—terutama mengapa. Dia terutama tertarik pada motivasi, jadi dia menyebut merek psikologinya sebagai "psikologi dinamis". Woodworth tidak sependapat dengan mereka yang berbicara tentang penyesuaian diri terhadap lingkungan sebagai masalah rangsangan, proses otak, dan respons.

Woodworth memilih simbol S-O-R (stimulus-organisme-respons) untuk menunjuk teorinya dan untuk menekankan pentingnya organisme. Dia menggunakan istilah mekanisme seperti halnya Carr telah menggunakan istilah tindakan adaptif-untuk merujuk pada cara organisme berinteraksi dengan lingkungan untuk memuaskan kebutuhan. Mekanisme ini, atau pola perilaku adaptif, tetap tidak aktif (dorman) kecuali diaktifkan oleh kebutuhan (dorongan) dari beberapa jenis. Jadi, dalam lingkungan fisik yang sama, suatu organisme bertindak secara berbeda tergantung pada kebutuhan atau dorongan apa yang ada.

Woodworth percaya bahwa psikolog harus menerima informasi yang valid tentang manusia tidak peduli dari mana asalnya, dan dia percaya bahwa, seperti dirinya, kebanyakan psikolog mempertahankan sikap jalan tengah, atau eklektik.

Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Seperti Galton, Thorndike memiliki kegemaran untuk mengukur segala sesuatu. Juga seperti Galton, Thorndike percaya bahwa kecerdasan sangat diwariskan. Thorndike percaya bahwa pengalaman pendidikan harus dikelompokkan menurut dengan kemampuan intelektual asli siswa. Namun, Thorndike tidak percaya perbedaan gender dalam kemampuan intelektual yang cukup substansial untuk mendukung argumen yang menentang koedukasi.

Animal Research before Thorndike. Psikologi komparatif modern jelas dimulai dengan karya-karya Darwin, khususnya dengan bukunya The Expression of Emotions in Man and Animals (1872). Dalam buku ketiga, Mental Evolution in Man (1888), Romanes berusaha melacak evolusi pikiran manusia. Namun, semua bukti Romanes bersifat anekdot, dan dia sering bersalah karena melakukan antropomorfisasi, atau mengaitkan proses pemikiran manusia dengan hewan bukan manusia. Misalnya, orang Romawi mengaitkan emosi seperti kemarahan, ketakutan, dan kecemburuan dengan ikan; kasih sayang, simpati, dan kebanggaan terhadap burung; dan kelicikan dan daya nalar yang tajam bagi anjing. Berikut ini adalah contoh bagaimana orang Romawi menghubungkan motif dan kecerdasan manusia dengan hewan bukan manusia.

Connectionism. Thorndike percaya bahwa kesan dan tanggapan indera dihubungkan oleh ikatan saraf. Dia juga percaya bahwa kemungkinan respon yang dibuat dengan adanya peristiwa sensorik tertentu (stimulus) ditentukan oleh kekuatan hubungan saraf antara stimulus dan respon. Perhatian Thorndike bukan pada bagaimana ide-ide menjadi terkait tetapi dengan bagaimana koneksi saraf atau ikatan antara kesan dan tanggapan sensorik mengubah kekuatan mereka sebagai fungsi dari pengalaman. Karena keprihatinan ini, teori Thorndike sering disebut sebagai koneksionisme.

Thorndike’s Puzzle Box. Untuk menyelidiki secara sistematis pembelajaran coba[1]coba yang telah dijelaskan Morgan, Thorndike menggunakan kotak teka-teki. Meskipun selama karirnya Thorndike menggunakan anak ayam, tikus, anjing, ikan, monyet, dan manusia sebagai subjek penelitian, karyanya dengan kotak teka-teki melibatkan kucing. Kotak itu diatur sedemikian rupa sehingga jika hewan itu melakukan respons tertentu, pintunya terbuka, dan hewan itu dibiarkan melarikan diri; selain itu, hewan itu menerima hadiah seperti sepotong ikan. Dari berbagai eksperimen kotak teka-tekinya, Thorndike mencapai kesimpulan berikut: (1) Pembelajaran bersifat inkremental. Artinya, hal itu terjadi sedikit demi sedikit daripada sekaligus. Dengan setiap pelarian yang berhasil, pelarian berikutnya dilakukan lebih cepat. (2) Pembelajaran terjadi secara otomatis. Artinya, tidak dimediasi oleh pemikiran. (3) Prinsip pembelajaran yang sama berlaku untuk semua mamalia. Artinya, manusia belajar dengan cara yang sama seperti mamalia lainnya.

The Laws of Exercise and Effect. Untuk menjelaskan temuan penelitiannya, Thorndike mengembangkan teori belajar utama psikologi yang pertama. Teori ini pada dasarnya menggabungkan asosiasionisme dan hedonisme, yang telah lazim selama berabad-abad, tetapi Thorndike menyatakan prinsip-prinsipnya dengan tepat dan mendukungnya dengan eksperimen yang cerdik. Temuan penelitiannya sendiri sebenarnya memaksanya untuk membuat revisi besar dalam teorinya sendiri. Versi awal teorinya terutama terdiri dari hukum latihan dan efek. Hukum latihan memiliki dua bagian: hukum penggunaan dan hukum tidak digunakan. Menurut hukum penggunaan, semakin sering asosiasi (sambungan saraf) dipraktikkan, semakin kuat jadinya. Ini pada dasarnya adalah pernyataan ulang dari hukum frekuensi Aristoteles. Menurut hukum tidak digunakan, semakin lama suatu asosiasi tidak digunakan, semakin lemah asosiasi tersebut. Secara bersama-sama, hukum penggunaan dan tidak digunakan menyatakan bahwa kita belajar dengan melakukan dan melupakan dengan tidak melakukan. Hukum awal efek Thorndike adalah bahwa jika sebuah asosiasi diikuti oleh "keadaan yang memuaskan" itu akan diperkuat, dan jika diikuti oleh "keadaan yang mengganggu" , itu akan melemah. Dalam terminologi modern, hukum efek Thorndike sebelumnya adalah bahwa penguatan memperkuat perilaku sedangkan hukuman melemahkannya.

The Renouncement of the Law of Exercise and the Revised Law of Effect. Pada bulan September 1929, Thorndike memulai pidatonya di Kongres Internasional Psikologi dengan pernyataan dramatis "Saya salah." Dia mengacu pada teori awal belajarnya. Penelitian telah memaksanya untuk meninggalkan hukum latihannya sepenuhnya, karena ia telah menemukan bahwa latihan saja tidak memperkuat asosiasi dan bahwa berlalunya waktu saja (tidak digunakan) tidak melemahkannya. Selain membuang hukum latihan, Thorndike membuang setengah dari hukum akibat, menyimpulkan bahwa keadaan yang memuaskan memperkuat asosiasi tetapi keadaan yang mengganggu tidak melemahkannya. Dalam terminologi modern, Thorndike menemukan bahwa penguatan efektif dalam memodifikasi perilaku, tetapi hukuman tidak.

The Transfer of Training. Pada tahun 1901 Thorndike dan Woodworth menggabungkan keterampilan mereka untuk menguji pendapat beberapa psikolog fakultas awal bahwa fakultas pikiran dapat diperkuat dengan mempraktikkan atribut yang terkait dengannya. Misalnya, diyakini bahwa mempelajari topik yang sulit, seperti bahasa Latin, dapat meningkatkan kecerdasan umum. Keyakinan seperti itu kadang-kadang disebut pendekatan "otot mental" untuk pendidikan dan kadang-kadang disiplin formal. Studi Thorndike dan Woodworth, yang melibatkan 8.564 siswa sekolah menengah, tidak menemukan dukungan untuk pendapat ini.

 

Digantikannya Fungsionalisme oleh Behaviorisme

Fungsionalisme kehilangan kekhasannya sebagai sebuah aliran karena sebagian besar temuan dan metodologinya ditolak, fungsionalisme kehilangan kekhasannya sebagai sebuah aliran karena sebagian besar prinsip utama aliran ini diasimilasikan ke dalam semua bentuk psikologi. Behaviorisme memandang bahwa manusia memiliki tindakan-tindakan behavioral atau kebiasaan yang dapat diamati. Behaviorisme menyangkal semua konsep mentalistik atau konsep kesadaran. Dengan hal ini, banyak eksperimen yang menunjukkan bahwa ilmu psikologi juga mampu diteliti secara nampak menurut tingkah laku dan kebiasan tindakan yang dilakukan. Behaviorisme merupakan lanjutan dari strukturalisme oleh Wundt. Behaviorisme menolak unsur yang dinyatakan dalam fungsional yaitu kesadaran. Behaviorisme menyatakan diri mempelajari tentang perilaku yang nyata. Aliran behaviorisme ini merupakan asumsi kejiwaan dan bukannya materi atau objek, sehingga tidak dapat diteliti langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku adalah wujud dari mental atau kejiwaan manusia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Psikologi Gestalt dan Kognitif Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa… Oke kali ini a...