Fungsionalisme Amerika
Halo
teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan
sehat yaa…
Oke
kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke sebelas mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Diny Amenike, M.Psi.,
Psikolog yang biasa dipanggil bu Keke ya teman-teman.
Perkembangan Awal Psikologi di Amerika
Serikat
Tahap Pertama : Filsafat Moral dan Mental (1640-1776)
Pada
awal periode 136 tahun filsafat moral dan mental, psikologi dimasukkan ke dalam
topik seputar etika, ketuhanan, dan filsafat. Pengetahuan tentang psikologi
hanya sebatas menyangkut masalah jiwa dan psikologi digabungkan dengan
pelajaran agama.
Periode
"Pencerahan Amerika" dimulai pada tahun 1714, yang ditandai dengan
adanya karya John Locke “Pemahaman Manusia” (1690) yang memiliki pengaruh luas.
Buku ini memuat topik mengenai psikologis seperti psikologi anak, hakikat
kesadaran, hakikat ilmu, introspeksi, dan persepsi. Filosofi Locke memberikan
dasar untuk logika dan psikologi yang dapat digunakan untuk mendukung keyakinan
agama seseorang. Roback mengatakan bahwa, “Psikologi ada demi logika, dan
logika demi Tuhan”.
Sebelum
tahun 1880, orang-orang beranggapan bahwa ilmu psikologi dan psikolog tidak
dibutuhkan karena mereka merasa tidak ada kesehatan jiwa orang yang terganggu.
Tahap Kedua : Filsafat
Intelektual (1776-1886)
Selama
tahap ini, psikologi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri di Amerika Serikat,
namun di bawah pengaruh Filsafat Akal Sehat Skotlandia. Filosofi Akal Sehat
Skotlandia berpendapat bahwa tidak ada yang bisa diketahui dengan pasti dan
moral tidak lebih dari kebiasaan mental. Namun Filsuf Skotlandia seperti Thomas
Reid (1710-1796) tidak setuju. Ia mengatakan bahwa informasi sensorik dapat
diterima secara realistis. Filosofi akal sehat memiliki implikasi yang jelas
bagi teologi: Keberadaan dan sifat Tuhan tidak perlu dibuktikan secara logis
karena ini menyangkut kepercayaan setiap orang.
Buku
Noah Porter mendefinisikan psikologi sebagai ilmu jiwa manusia dan psikologi
sebagai cabang fisika, psikologi sebagai ilmu pengetahuan, kesadaran, persepsi
indera, pengembangan intelek, asosiasi ide, memori, dan alasan. Buku Porter
menunjukkan penekanan dalam pembahasan individu yang kemudian menjadi ciri
psikologi Amerika Serikat modern.
Tahap Ketiga : Renaisans AS (1886-1896)
Pada
masa ini, psikologi berhasil terlepas dari agama dan filosofi sehingga berdiri
sendiri menjadi ilmu empiris. Pada tahun 80-an mulai muncul peristiwa yang
menandai mulainya ilmu psikologi yang menekankan kepada perbedaan antar
individu, adaptasi terhadap lingkungan, dan kepraktisan. Sehingga psikologi
pada saat itu sangat relevan terhadap teori evolusi. Sejak masa perintis,
masyarakat Amerika menekankan kepada individualitas, kepraktisan, dan adaptasi
terhadap lingkungan sebagai masalah utama. Sehingga ini menjelaskan mengapa
Amerika menjadi tempat berkembangnya ilmu- ilmu praktis yang berguna membentuk
kehidupan yang lebih efektif.
Tahap
Keempat : Fungsionalisme AS (1896-Sekarang)
Pada masa ini, sains,
penekanan terhadap individu, dan teori evolusi dijadikan satu dalam aliran
fungsionalisme. Bagi para strukturalis, asumsi mengenai pikiran berasal dari
empirisme Inggris dan Prancis, tujuan psikologi adalah untuk memahami struktur
pikiran, dan alat penelitian utama adalah introspeksi. Bagi para fungsionalis,
asumsi mengenai pikiran diturunkan dari teori evolusi, tujuannya adalah untuk
memahami bagaimana pikiran dan perilaku membantu penyesuaian organisme terhadap
lingkungan, dan alat penelitian mencakup segala hal yang informatif, seperti
penggunaan introspeksi, studi perilaku hewan, dan studi terhadap orang yang
sakit jiwa.
Pergantian Strukturalisme menjadi Fungsionalisme
Aliran
strukturalisme pertama kali dikemukakan oleh wilhelm wundt, dimana aliran ini
menekankan kepada analisis atau proses kesadaran dilihat dari struktur dasar
dan hukum antar elemen kesadaran. Aliran ini mempelajari manusia melalui metode
introspeksi berdasarkan pengalaman sadar yang terdapat pada elemen/struktur
kesadaran yang bersifat subjektif menurut pengalaman tiap subjek. Aliran ini
mengkaji persepsi dan sensasi tentang bagaimana keduannya berasosiasi.
Aliran
fungsionalisme muncul karena adanya kritik terhadap aliran strukturalisme.
Aliran fungsionalisme berfokus pada fungsi kesadaran manusia, bukan struktur
kesadaran manusia. Aliran fungsionalisme mengatakan bahwa proses mental
manusia, proses indrawinya, dan pemikiran dalam melakukan sesuatu merupakan
cara organisme beradaptasi dengan lingkungannya.
Karakteristik Psikologi Fungsionalistik
- Kaum fungsionalis menentang apa yang mereka anggap sebagai pencarian steril untuk elemen-elemen kesadaran yang melibatkan para strukturalis.
- Para fungsionalis ingin memahami fungsi pikiran daripada memberikan deskripsi statis tentang isinya.
- Para fungsionalis menginginkan psikologi menjadi ilmu praktis, bukan ilmu murni, dan mereka berusaha menerapkan temuan mereka pada peningkatan taraf kehidupan.
- Para fungsionalis mendesak perluasan psikologi untuk memasukkan penelitian tentang hewan, anak-anak, dan manusia abnormal.
- Minat para fungsionalis dalam penyebab mental proses dan perilaku mengarah langsung ke perhatian dengan motivasi.
- Para fungsionalis menerima kedua proses mental dan perilaku sebagai materi pelajaran yang sah untuk psikologi, dan kebanyakan memandang introspeksi sebagai salah satu alat penelitian yang valid
- Para fungsionalis lebih tertarik pada apa yang membuat organisme berbeda satu sama lain daripada apa yang membuat mereka serupa.
- Semua fungsionalis secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh William James, yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.
Fungsionalisme
yaitu
psikologi yang memandang psikis (mind) sebagai fungsi atau digunakan oleh
organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Fungsionalisme memandang
bahwa masyarakat adalah sebuah system dari beberapa bagian yang saling
berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah. Dengan
demikian hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk
manifestasi dari fikiran dan perilaku.
Tokoh-tokoh Fungsionalisme
William James (1842-1910)
William
James adalah seorang Bapak Psikologi Modern yang mempelopori aliran
fungsionalisme dengan menentang aliran strukturalisme. James menekankan bahwa
tujuan dari psikologi bukan menemukan elemen-elemen kesadaran, namun lebih
menekankan kepada studi tentang kehidupan individu ketika mereka beradaptasi
dengan lingkungannya, belajar hal-hal baru dari lingkungan, dan memecahkan
masalah secara efisien.
Krisis
James, penyebab ia depresi setelah kembali ke
Amerika Serikat adalah implikasi dari fisiologi dan psikologi materistik Jerman
yang membuatnya begitu terkesan. James mengusulkan empirisme radikal yang
dengannya semua aspek pengalaman manusia yang dilaporkan secara konsiten layak
untuk dipelajari
Arus
Kesadaran, James menentang mereka yang sibuk mencari
elemen pemikiran. Karena elemen pemikiran mencerminkan pengalaman individu, oleh
karena itu sangatlah bodoh untuk mencari elemen yang umum bagi semua pemikiran.
Menurutnya, kesadaran bersifat pribadi, berlanjut/kontinu
dan tidak dapat dipisah-pisah untuk analisis. Kesadaran juga terus berubah dan selektif.
Kebiasaan
dan Naluri, James percaya bahwa banyak perilaku
manusia yang diatur oleh naluri. James tidak percaya bahwa perilaku naluriah
buta dan tidak berubah. Ia percaya perilaku dapat diubah oleh pengalaman. Pola perilaku
mirip naluri berkembang selama manusia hidup. Pola perilaku ini disebut
kebiasaan. Kebiasaan terbentuk karena aktivitas yang berulang yang menyebabkan
jalur saraf yang sama dari, ke, dan di dalam otak menjadi lebih mengakar,
memudahkan energy untuk melewati jalur tersebut.
Diri,
James membahas apa yang disebutnya diri empiris atau “aku” dari kepribadian
yang terdiri dari segala sesuatu yang seseorang sebut miliknya. Ia membagi diri
empiris menjadi tiga komponen : diri material ( tubuh, keluarga, dan
propertinya sendiri), diri social (diri yang diketahui oleh orang lain), dan
diri spiritual (kondisi kesadaran seseorang, emosi, pengalaman realitas
subjektif).
Pragmatisme,
yaitu setiap keyakinan, pemikiran, atau
perilaku harus dinilai dari konsekuensinya. Keyakinan apa pun yang membantu
menciptakan kehidupan yang lebih efektif dan memuaskan patut dipegang, baik
keyakinan itu ilmiah atau religius. Percaya pada kehendak bebas secara
emosional memuaskan bagi James, jadi dia mempercayainya.
Teori
Emosi, persepsi menurut
James menyebabkan reaksi tubuh yang kemudian dialami sebagai emosi. Dengan kata
lain, emosi yang kita rasakan bergantung pada apa yang kita lakukan. Misalnya, jika
kita melihat beruang, kita lari, dan kemudian kita ketakutan. Bukan ketika kita
melihat beruang, kita ketakutan dan kita lari.
Free
Will, ide tindakan mengalir cepat dan otomatis (refleks)
ke dalam perilaku. Proses otomatis ini berlanjut kecuali upaya mental dikeluarkan
secara sengaja untuk memilih dan mempertahankan gagasan yang menarik dalam
kesadaran. Jika kita menggabungkan teori free will dan teori emosi James, apa
yang kita pikirkan menentukan apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan
menentukan bagaimana perasaan kita.
Konstrubusi
James untuk Psikologi, dengan menekankan pada apa yang
berguna, dia menujukkan penyimpangan besar dari psikologi murni baik
voluntarisme maupun strukturalisme.
Hugo Münsterberg (1863 – 1916)
Bagi
Münsterberg, perasaan akan tindakan yang disengaja dihasilkan dari kesadaran
akan perilaku terselubung, atau kesiapan untuk bertindak secara terbuka,
ditimbulkan oleh suatu situasi.
Psikologi
Terapan,
menurutnya psikolog harus berusaha untuk mengungkap
informasi yang dapat digunakan di dunia nyata. Dengan usahanya, Münsterberg
berbuat banyak untuk menciptakan apa yang sekarang disebut sebagai Psikologi Terapan.
Psikologi terapan yang ia dalami adalah :
Psikologi
klinis. Munsterbeg
melihat banyak orang yang mengalami sakit jiwa tetapi dia melihat mereka untuk
alasan ilmiah, dia tidak pernah membebankan biaya kepada mereka. Dia menerapkan
pengobatannya dengan bertujuan agar pasiennya membaik. Yang sebagian besar
kasus-kasus tersebut adalah alkoholisme, kecanduan narkoba, fobia dan disfungsi
seksual namun tidak untuk psikosis.
Psikologi forensic. Ia
menunjukkan bahwa kesaksian saksi mata tidak dapat diandalkan karena kesan
inderawi bisa jadi ilusi, sugesti dan stres bisa mempengaruhi persepsi, dan
ingatan tidak selalu akurat. Münsterberg sering mengadakan peristiwa traumatis
di kelasnya untuk menunjukkan bahwa bahkan ketika saksi berusaha untuk menjadi
akurat, ada perbedaan besar dalam laporan individu tentang apa yang telah
terjadi.
Psikologi industry. Münsterberg
membahas topik-topik seperti metode pemilihan personel, metode peningkatan
efisiensi kerja, dan teknik pemasaran dan periklanan. Münsterberg juga
menemukan bahwa apakah suatu tugas membosankan tidak dapat ditentukan dengan
mengamati pekerjaan orang lain. Seringkali, pekerjaan yang dianggap membosankan
oleh sebagian orang justru menarik bagi mereka yang melakukannya. Oleh karena
itu, perlu untuk mempertimbangkan perbedaan individu ketika memilih personel
dan ketika membuat penugasan kerja.
Nasib
Munsterbeg, dia percaya bahwa orang Jerman dan
Amerika memiliki steorotip yang tidak akurat satu sama lain. Munsterbeg mengatakan
bahwa orang Amerika tidak mampu memusatkan perhatian pada satu hal untuk waktu
yang lama. Dia menjelaskan ketidakmampuan nasional ini berdasarkan fakta bahwa
di Amerika Serikat, wanita berpengaruh dalam membentuk perkembangan intelektual
dan budaya. Kerentanan intelektual perempuan juga menjelaskan popularitas mode
psikologis seperti pemanggilan arwah. Sementara James berusaha menemukan apakah
ada klaim ''media'' yang valid.
Mary Whiton Calkins (1863–1930)
Ketika
Münsterberg mengambil alih laboratorium psikologi James, ia juga menjadi
supervisor mahasiswa pascasarjana psikologi dan ia juga mengarahkan penelitian
disertasi mereka. Salah satu mahasiswa pascasarjana itu adalah Mary Whiton
Calkins. Calkins mengungkapkan teknik asosiasi berpasangan yang masih banyak
digunakan untuk mempelajari pengaruh frekuensi, resensi, dan kejelasan pada memori.
Misalnya, Calkins menunjukkan kepada subjeknya serangkaian warna yang
dipasangkan dengan angka. Kemudian, setelah beberapa presentasi berpasangan,
warna saja yang disajikan dan subjek diminta untuk mengingat nomor yang sesuai.
Antara lain, Calkins menemukan bahwa frekuensi kejadian memfasilitasi memori
lebih dari kebaruan atau kejelasan. Selain pekerjaannya pada pembelajaran
berpasangan, Calkins melakukan penelitian perintis pada memori jangka pendek.
Granville Stanley Hall (1844-1924)
Granville
Stanley Hall merupakan salah seorang yang paling berpengaruh kedua dalam bidang
psikologi di AS setelah William James. Hall adalah seorang ahli teori dalam
tradisi Lamarckian dan Darwinian, tetapi dia juga seorang organisator. Jumlah
pengalaman pertama Hall tidak ada bandingannya dengan psikolog AS lainnya.
Teori
rekapitulasi, evolusi tidak hanya menjelaskan
perkembangan filogenetik spesies manusia. Setiap individu dalam hidupnya memainkan
kembali semua tahap evolusi manusia. Gagasan ini disebut teori rekapitulasi
perkembangan: "Setiap anak, dari saat pembuahan hingga dewasa,
merekapitulasi, pada mulanya sangat cepat, dan kemudian lebih lambat lagi setiap
tahap perkembangan yang dilalui umat manusia dari permulaannya yang paling
rendah" . Pandangan Hall yaitu jika impuls-impuls primitif ini tidak
diekspresikan pada masa kanak-kanak, impuls-impuls tersebut akan terbawa hingga
dewasa.
Sublimasi,
setiap tindakan seksual yang tidak dirancang untuk menghasilkan keturunan
adalah dosa dan godaan untuk melakukan hubungan seks yang penuh dosa sangat
besar. Solusi yang diusulkan Hall untuk masalah ini adalah penghambatan
dorongan seks remaja. Penghambatan semacam itu, katanya, mengubah hasrat
seksual menjadi kemajuan sosial. "Perasaan yang kuat, diperiksa dan
diarahkan, energi erotis diubah menjadi energi mental. Meskipun Hall tidak
menggunakan istilah sublimasi pada tahun 1904, ia pasti menggunakan konsep
tersebut, dan ia melakukannya setahun sebelum muncul karya-karya Freud yang
diterbitkan.
Francis Cecil Sumner, mahasiswa
pascasarjana terakhir Hall adalah Francis Cecil Sumner (1895-1954), seorang
Afrika-Amerika. Salah satu mahasiswa yang paling terkenal dari program
psikologi Howard adalah Kenneth Clark. Kenneth Bancroft Clark (1914-2005) tiba
di Howard pada musim gugur 1931 dengan tujuan belajar kedokteran. Setelah
mengalami kelas psikologi pengantar Summer, Clark menyatakan, "Persetan
dengan sekolah kedokteran [Psikologi] adalah disiplin bagi saya" . Clark
memperoleh gelar BA dan MA dari Howard dan tetap di sana sebagai instruktur
sementara istrinya, Mamie Phipps Clark (1917- 1983), menyelesaikan pekerjaan
sarjananya di Howard.
Fungsionalisme di Universitas Chicago
John Dewey (1859–1952)
Dewey
menentang analisis elementaristik dari respons refleksif,untuk mengantisipasi
interpertasi Gestalt dari aktivitas perilaku. Dewey menekankan totalitas
Gerakan, ia berpendapat bahwa koordinasi lebih dari jumlah refleks. Dewey
menolak pandangan bahwa refleks adalah serangkaian Tindakan stimulus yang
diikuti oleh respons dan dipisahkan oleh sensasi yang mengganggu. Menurutnya,
Refleks adalah urutan gerakan terkoordinasi yang halus dan teratur yang tidak
dapat dibagi. Kontribusi utamanya, pada saat di Chicago, terdiri dari memimpin
sekelompok cendekiawan muda yang yakin akan kegunaan psikologi dan menganjurkan
posisi bahwa psikologi Amerika dan psikologi fungsional adalah sinonim.
Dewey
membagi elemen refleks menjadi proses sensorik, proses otak, dan respon motorik
untuk analisis. Menurut Dewey, membagi perilaku menjadi elemen tidak lebih
dapat dibenarkan daripada membagi kesadaran menjadi elemen. Dewey mengklaim
bahwa ada aliran perilaku yang sama seperti aliran kesadaran. Ketiga unsur
refleks harus dilihat sebagai sistem terkoordinasi yang diarahkan ke suatu tujuan,
dan tujuan ini biasanya berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme. Dewey
mendesak agar semua perilaku dilihat dari segi fungsinya — untuk menyesuaikan
organisme dengan lingkungannya.
Sebagai
seorang evolusionis, Dewey berpikir bahwa perubahan sosial tidak dapat
dihindari, tetapi dia juga percaya bahwa hal itu dapat dipengaruhi secara
positif oleh rencana tindakan yang tepat. Dewey sangat berpengaruh dalam
menciptakan pendidikan "progresif" di Amerika Serikat. Yaitu
pendidikan harus bersifat praktikum dan tidak boleh disajikan secara lengkap
agar dapat merangsang minat pribadi murid. Dewey percaya bahwa pendidikan harus
memfasilitasi kecerdasan kreatif dan mempersiapkan anak-anak untuk hidup secara
efektif dalam masyarakat yang kompleks.
James Rowland Angell ( 1869–1949)
Angell menjabat sebagai Presiden APA pada tahun 1906. Dalam pidato kepresidenannya, Angell menyampaikan tiga poin utama:
- Psikologi fungsional lebih tertarik pada operasi mental daripada elemen sadar, tetapi operasi mental dalam isolasi tidak begitu menarik.
- Proses mental menengahi antara kebutuhan organisme dan lingkungan. Artinya, fungsi mental membantu organisme bertahan hidup.
- Pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan; mereka bertindak sebagai satu kesatuan dalam perjuangan organisme untuk bertahan hidup.
Angell
mendefinisikan inti psikologi fungsional sebagai penerimaan pendekatan biologis
untuk menentukan bagaimana pikiran bekerja dalam penyesuaian orang psikofisik
dengan lingkungan. Berbeda dengan Wundt, Angell menyatakan bahwa kesadaran
secara progresif meningkatkan aktivitas adaptif seseorang, dan proses perhatian
adalah pusat kesadaran. Dengan lebih mendemonstrasikan kekerabatannya dengan
teori evolusi, fungsionalisme mendorong studi tidak hanya tentang kesadaran
tetapi juga perilaku hewan, psikologi anak, pembentukan kebiasaan, dan
perbedaan individu. Selain itu, dengan orientasi pragmatis yang kuat, mendorong
penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam pendidikan, bisnis, dan psikologi
klinis.
Harvey Carr
Inti
psikologi Carr adalah tindakan adaptif yang memiliki tiga komponen yaitu : Motif
yang bertindak sebagai stimulus untuk perilaku (seperti kelaparan dan haus), Pengaturan
lingkungan atau situasi organisme, dan Respon yang memuaskan motif (seperti
makan atau minum). Jadi, peran Carr dalam psikologi fungsional adalah untuk
merangkum prinsip-prinsip dasar yang umum dimiliki dalam : Proses mental
bersifat adaptif dan memiliki tujuan serta Aktivitas mental ditimbulkan oleh
rangsangan lingkungan.
Fungsionalisme di Universitas Colombia
James McKeen Cattell (1860–1944)
Dibawah
kepemimpinan James McKeen Cattell, Fungsionalisme dipengaruhi oleh Galton. Cattell
melakukan penelitian dasar di berbagai bidang seperti waktu reaksi, psikofisika,
dan pengujian mental. Cattell mengikuti
Galton dengan asumsi bahwa kecerdasan dapat diukur dengan mempelajari kemampuan
sensorik dan motorik. Cattell menggunakan banyak tes yang sama dengan yang
digunakan Galton (tekanan dinamometer, perbedaan berat yang paling tidak
terlihat, dan waktu reaksi).
Cattell
dan Psikologi Terapan. Cattel mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan itu tidak dapat diubah, karena sejatinya ilmu pengetahuan itu
berkembang. Cattell percaya bahwa ide dan metode harus selalu dievaluasi dari
segi kegunaannya. Menurut Cattell, hampir setiap orang mencoba menerapkan
prinsip-prinsip psikologis dalam apa yang mereka lakukan (sistem pendidikan,
gereja, pemerintahan, sistem hukum). Cattel menyimpulkan bahwa semuanya adalah
tentang menggunakan prinsip-prinsip psikologis yang valid dalam menjalankan
kontrol. Pada tahun 1894, bersama dengan James Mark Baldwin, Cattell mendirikan
jurnal psikologi AS ketiga, Review Psikologis.
Robert Sessions Woodworth (1869-1962)
Seperti
semua psikolog fungsionalistik, Woodworth tertarik pada apa yang dilakukan
orang dan mengapa mereka melakukannya—terutama mengapa. Dia terutama tertarik
pada motivasi, jadi dia menyebut merek psikologinya sebagai "psikologi
dinamis". Woodworth tidak sependapat dengan mereka yang berbicara tentang
penyesuaian diri terhadap lingkungan sebagai masalah rangsangan, proses otak,
dan respons.
Woodworth
memilih simbol S-O-R (stimulus-organisme-respons) untuk menunjuk teorinya dan
untuk menekankan pentingnya organisme. Dia menggunakan istilah mekanisme
seperti halnya Carr telah menggunakan istilah tindakan adaptif-untuk merujuk
pada cara organisme berinteraksi dengan lingkungan untuk memuaskan kebutuhan.
Mekanisme ini, atau pola perilaku adaptif, tetap tidak aktif (dorman) kecuali
diaktifkan oleh kebutuhan (dorongan) dari beberapa jenis. Jadi, dalam
lingkungan fisik yang sama, suatu organisme bertindak secara berbeda tergantung
pada kebutuhan atau dorongan apa yang ada.
Woodworth
percaya bahwa psikolog harus menerima informasi yang valid tentang manusia
tidak peduli dari mana asalnya, dan dia percaya bahwa, seperti dirinya,
kebanyakan psikolog mempertahankan sikap jalan tengah, atau eklektik.
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Seperti
Galton, Thorndike memiliki kegemaran untuk mengukur segala sesuatu. Juga
seperti Galton, Thorndike percaya bahwa kecerdasan sangat diwariskan. Thorndike
percaya bahwa pengalaman pendidikan harus dikelompokkan menurut dengan
kemampuan intelektual asli siswa. Namun, Thorndike tidak percaya perbedaan
gender dalam kemampuan intelektual yang cukup substansial untuk mendukung
argumen yang menentang koedukasi.
Animal
Research before Thorndike. Psikologi
komparatif modern jelas dimulai dengan karya-karya Darwin, khususnya dengan
bukunya The Expression of Emotions in Man and Animals (1872). Dalam buku
ketiga, Mental Evolution in Man (1888), Romanes berusaha melacak evolusi
pikiran manusia. Namun, semua bukti Romanes bersifat anekdot, dan dia sering
bersalah karena melakukan antropomorfisasi, atau mengaitkan proses pemikiran
manusia dengan hewan bukan manusia. Misalnya, orang Romawi mengaitkan emosi
seperti kemarahan, ketakutan, dan kecemburuan dengan ikan; kasih sayang,
simpati, dan kebanggaan terhadap burung; dan kelicikan dan daya nalar yang
tajam bagi anjing. Berikut ini adalah contoh bagaimana orang Romawi
menghubungkan motif dan kecerdasan manusia dengan hewan bukan manusia.
Connectionism.
Thorndike percaya bahwa kesan dan tanggapan indera dihubungkan oleh ikatan
saraf. Dia juga percaya bahwa kemungkinan respon yang dibuat dengan adanya
peristiwa sensorik tertentu (stimulus) ditentukan oleh kekuatan hubungan saraf
antara stimulus dan respon. Perhatian Thorndike bukan pada bagaimana ide-ide
menjadi terkait tetapi dengan bagaimana koneksi saraf atau ikatan antara kesan
dan tanggapan sensorik mengubah kekuatan mereka sebagai fungsi dari pengalaman.
Karena keprihatinan ini, teori Thorndike sering disebut sebagai koneksionisme.
Thorndike’s
Puzzle Box. Untuk menyelidiki secara sistematis
pembelajaran coba[1]coba
yang telah dijelaskan Morgan, Thorndike menggunakan kotak teka-teki. Meskipun
selama karirnya Thorndike menggunakan anak ayam, tikus, anjing, ikan, monyet,
dan manusia sebagai subjek penelitian, karyanya dengan kotak teka-teki
melibatkan kucing. Kotak itu diatur sedemikian rupa sehingga jika hewan itu
melakukan respons tertentu, pintunya terbuka, dan hewan itu dibiarkan melarikan
diri; selain itu, hewan itu menerima hadiah seperti sepotong ikan. Dari
berbagai eksperimen kotak teka-tekinya, Thorndike mencapai kesimpulan berikut: (1)
Pembelajaran bersifat inkremental. Artinya, hal itu terjadi sedikit demi
sedikit daripada sekaligus. Dengan setiap pelarian yang berhasil, pelarian
berikutnya dilakukan lebih cepat. (2) Pembelajaran terjadi secara otomatis.
Artinya, tidak dimediasi oleh pemikiran. (3) Prinsip pembelajaran yang sama
berlaku untuk semua mamalia. Artinya, manusia belajar dengan cara yang sama
seperti mamalia lainnya.
The
Laws of Exercise and Effect. Untuk menjelaskan
temuan penelitiannya, Thorndike mengembangkan teori belajar utama psikologi
yang pertama. Teori ini pada dasarnya menggabungkan asosiasionisme dan
hedonisme, yang telah lazim selama berabad-abad, tetapi Thorndike menyatakan
prinsip-prinsipnya dengan tepat dan mendukungnya dengan eksperimen yang cerdik.
Temuan penelitiannya sendiri sebenarnya memaksanya untuk membuat revisi besar
dalam teorinya sendiri. Versi awal teorinya terutama terdiri dari hukum latihan
dan efek. Hukum latihan memiliki dua bagian: hukum penggunaan dan hukum tidak
digunakan. Menurut hukum penggunaan, semakin sering asosiasi (sambungan saraf)
dipraktikkan, semakin kuat jadinya. Ini pada dasarnya adalah pernyataan ulang
dari hukum frekuensi Aristoteles. Menurut hukum tidak digunakan, semakin lama
suatu asosiasi tidak digunakan, semakin lemah asosiasi tersebut. Secara
bersama-sama, hukum penggunaan dan tidak digunakan menyatakan bahwa kita
belajar dengan melakukan dan melupakan dengan tidak melakukan. Hukum awal efek
Thorndike adalah bahwa jika sebuah asosiasi diikuti oleh "keadaan yang
memuaskan" itu akan diperkuat, dan jika diikuti oleh "keadaan yang
mengganggu" , itu akan melemah. Dalam terminologi modern, hukum efek
Thorndike sebelumnya adalah bahwa penguatan memperkuat perilaku sedangkan hukuman
melemahkannya.
The
Renouncement of the Law of Exercise and the Revised Law of Effect.
Pada bulan September 1929, Thorndike memulai pidatonya di Kongres Internasional
Psikologi dengan pernyataan dramatis "Saya salah." Dia mengacu pada
teori awal belajarnya. Penelitian telah memaksanya untuk meninggalkan hukum
latihannya sepenuhnya, karena ia telah menemukan bahwa latihan saja tidak
memperkuat asosiasi dan bahwa berlalunya waktu saja (tidak digunakan) tidak
melemahkannya. Selain membuang hukum latihan, Thorndike membuang setengah dari
hukum akibat, menyimpulkan bahwa keadaan yang memuaskan memperkuat asosiasi
tetapi keadaan yang mengganggu tidak melemahkannya. Dalam terminologi modern,
Thorndike menemukan bahwa penguatan efektif dalam memodifikasi perilaku, tetapi
hukuman tidak.
The
Transfer of Training. Pada tahun 1901 Thorndike dan
Woodworth menggabungkan keterampilan mereka untuk menguji pendapat beberapa
psikolog fakultas awal bahwa fakultas pikiran dapat diperkuat dengan
mempraktikkan atribut yang terkait dengannya. Misalnya, diyakini bahwa
mempelajari topik yang sulit, seperti bahasa Latin, dapat meningkatkan
kecerdasan umum. Keyakinan seperti itu kadang-kadang disebut pendekatan
"otot mental" untuk pendidikan dan kadang-kadang disiplin formal.
Studi Thorndike dan Woodworth, yang melibatkan 8.564 siswa sekolah menengah,
tidak menemukan dukungan untuk pendapat ini.
Digantikannya Fungsionalisme oleh
Behaviorisme
Fungsionalisme kehilangan kekhasannya sebagai sebuah aliran karena sebagian besar temuan dan metodologinya ditolak, fungsionalisme kehilangan kekhasannya sebagai sebuah aliran karena sebagian besar prinsip utama aliran ini diasimilasikan ke dalam semua bentuk psikologi. Behaviorisme memandang bahwa manusia memiliki tindakan-tindakan behavioral atau kebiasaan yang dapat diamati. Behaviorisme menyangkal semua konsep mentalistik atau konsep kesadaran. Dengan hal ini, banyak eksperimen yang menunjukkan bahwa ilmu psikologi juga mampu diteliti secara nampak menurut tingkah laku dan kebiasan tindakan yang dilakukan. Behaviorisme merupakan lanjutan dari strukturalisme oleh Wundt. Behaviorisme menolak unsur yang dinyatakan dalam fungsional yaitu kesadaran. Behaviorisme menyatakan diri mempelajari tentang perilaku yang nyata. Aliran behaviorisme ini merupakan asumsi kejiwaan dan bukannya materi atau objek, sehingga tidak dapat diteliti langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku adalah wujud dari mental atau kejiwaan manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar