Jumat, 04 November 2022

 

Pengaruh Darwin dan Tumbuhnya Tes Mental

Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa…

Oke kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke sepuluh mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Amatul Firdausa N, M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Ocha ya teman-teman.

 

Teori Evolusi Sebelum Darwin

Menurut Plato, jumlah spesies akan tetap selamanya dan bentuk bumi tidak akan berubah. Sedangkan menurut Aristoteles, jumlah spesies telah ditetapkan dan tidak mungkin terjadi perubahan atau evolusi dari satu spesie ke spesies lainnya. Pendapat Plato dan Aristoteles ini juga diperkuat oleh orang-orang Kristen awal, bahwa Tuhan telah menciptakan sejumlah spesies tertentu, termasuk manusia, dan jumlah nya itu hanya bisa diubah oleh Tuhan, bukan kekuatan alam. Karena Plato dan Aristoteles yang tidak percaya pada teori evolusi inilah teori evolusi tidak berkembang lebih jauh.

Pada abad ke-18, beberapa tokoh terkemuka mulai mengangkatkan kembali teori evolusi, termasuk kakek dari Charles Darwin yaitu Erasmus Darwin yang percaya bahwa satu spesies secara bertahap dapat berubah menjadi spesies lain. Beberapa tokoh evolusi sebelum Darwin yaitu :

 

Jean Lamarck

Jean Lamarck adalah seorang naturalis dari Prancis dan merupakan orang pertama yang menyuarakan tentang mekanisme transformasi. Ia mencatat bahwa bentuk awal fosil berbagai spesies berbeda dengan bentuk fosil spesies itu sekarang sehingga ia menyimpulkan bahwa bentuk spesies berubah dari waktu ke waktu.

Berdasarkan teori Lamarck yaitu inheritance of acquired characteristics (pewarisan karakteristik yang diperoleh), ia mengatakan bahwa penyebab perubahan struktural pada tumbuhan dan hewan adalah perubahan lingkungan.

 

Herbert Spencer (1820-1903)

Ketertarikan Spencer terhadap ilmu Psikologi dan teori evolusi berasal dari buku- buku yang ia baca. Hal ini dikarenakan Spencer tidak pernah mengenyam pendidikan formal, ia hanya dibimbing ayahnya yang merupakan seorang kepala sekolah dan pamannya. Spencer juga berteman dengan orang-orang yang mampu meningkatkan intelektualnya.

Spencer merupakan pengikut Lamarck dan nantinya juga pengikut Darwin. Menurut Spencer, pada mulanya seluruh alam semesta dan isinya itu tidak beragam. Dengan evolusi lah terjadi keberagaman sehingga system menjadi lebih kompleks. Gagasan Spencer ini berlaku untuk system saraf manusia yang dulunya sederhana dan homogen tetapi menjadi lebih kompleks karena adanya evolusi. Karena system saraf manusia yang jauh lebih kompleks, memungkinkan manusia untuk lebih berasosiasi. Semakin banyak asosiasi suatu organisme, maka ia akan semakin cerdas. Spencer menerapkan teori evolusi tidak hanya pada hewan tetapi juga manusia dan segala hal yang ada di alam semesta. Spencer juga disebut sebagai orang yang mengenalkan istilah intelegensi ke dalam psikologi.

Prinsip Spencer-Bain atau prinsip kedekatan yaitu “seseorang bertahan dalam perilaku yang kondusif untuk bertahan hidup (suatu hal yang menyebabkan perasaan menyenangkan) dan menjauhi perasaan yang menyakitkan”. Spencer mengaitkan teorinya dengan teori Lamarck. Spencer mengklaim bahwa keturunan mewarisi asosiasi kumulatif yang telah dipelajari oleh para nenek moyang yang nantinya akan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Ketika karya Darwin muncul, Spencer mengalihkan penekanannya dari karakteristik ke seleksi alam. Konsep survival of the fittest diperkenalkan Spencer pada 1852 lalu kemudian diadopsi oleh Darwin.

 

Social Darwinism

Menurut Spencer, evolusi merupakan kemajuan dan memiliki tujuan di mana itu adalah mekanisme di mana kesempurnaan diperkirakan. Sedangkan menurut Darwin, evolusi tidak memanifestasikan rancangan atau tatanan apa pun yang telah terstruktur, ditetapkan sebelumnya, atau ditentukan sebelumnya sepanjang sejarah alam; tidak ada arah keseluruhan dalam evolusi, yaitu, tidak ada tujuan akhir atau tujuan akhir untuk evolusi organik pada umumnya, atau evolusi manusia pada khususnya.

Spencer mengatakan bahwa prinsip evolusi berlaku untuk masyarakat serta individu. Penerapan gagasan Spencer tentang kelangsungan hidup orang yang paling cocok dalam masyarakat disebut social darwinism (Darwinisme sosial). Spencer juga menentang kebijakan pemerintah yang membantu orang miskin dan lemah karena menurutnya pemerintah harus mengikuti kebijakan laissez-faire (masyarakat seperti individu, akan mendekati kesempurnaan jika kekuatan alam·dibiarkan beroperasi secara bebas).

 

Teori Evolusi Darwin

The Journey of The Beagle

Atas saran Haslow, Darwin mendaftar sebagai naturalis yang tidak dibayar di kapal Beagle, yang dikirim oleh pemerintah Inggris. Kapten kapal Beagle, Robert Fitz-Roy, sangat percaya percaya pada kisah penciptaan di Genesis dan menyangkal evolusi. Perjalanan Beagle dimulai pada 27 Desember 1831, dari Plymouth, Inggris. Beagle pertama kali pergi ke Amerika Selatan, tempat Darwin belajar organisme laut, fosil, dan suku Indian. Pada musim gugur tahun 1835, Beagle berhenti di kepulauan Galapagos, tempat Darwin mempelajari kura-kura besar, kadal, singa laut, dan 13 spesies burung kutilang. Beagle melanjutkan ke Tahiti, Selandia Baru, dan Australia. Pada Oktober 1836, Beagle kembali berlabuh di Inggris.

 

Back in England

Darwin menemukan essai mengenai prinsip kependudukan karya Thomas Malthus untuk menyatukan pengamatannya yang terputus-putus. Dia menyimpulkan bahwa persediaan makanan dan ukuran populasi tetap seimbang oleh peristiwa-peristiwa seperti perang, kelaparan, dan penyakit. Ia memperindah konsep Malthus dan menerapkannya pada hewan dan tumbuhan.

Pada Juni 1858, Darwin menerima surat dari Alfred Russell Wallace yang berisi teori evolusi yang hampir mirip dengan teori Darwin. Karena banyaknya data yang dikumpulkan Darwin dan ketelitian karyanya, mengatribusikan teori itu kepadanya dan bukan kepada Wallace.

 

Darwin’s Theory of Evolution

Kapasitas reproduksi semua organisme hidup memungkinkan lebih banyak keturunan daripada yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan tertentu. Oleh karena itu ada perjuangan untuk bertahan hidup. Darwin mendefinisikan fitness sebagai kemampuan suatu organisme untuk dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Organisme tersebut memiliki fungsi adaptif untuk bertahan hidup di lingkungan seperti apa pun itu.

Seleksi alam terjadi diantara keturunan suatu spesies. Contohnya adalah jika terdapat kekurangan makanan pada lingkungan jerapah, jerapah berleher panjang akan bertahan dengan memakan daun dari pohon-pohon yang tinggi, namun jerapah dengan leher pendek akan sulit untuk bertahan dan bereproduksi (melanjutkan keturunan), sehingga jerapah berleher pendek bisa saja punah. Darwin mendefinisikan kebugaran, fitur organisme sebagai kemampuan organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Fitur yang memungkinkan penyesuaian yang memadai terhadap lingkungan organisme disebut adaptif.

Buku Darwin yang berjudul “The Expression of Emotions in Man and Animals” menyatakan bahwa emosi manusia adalah sisa-sisa emosi hewan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Darwin juga mengeluarkan laporan yang nantinya disebut sebagai psikologi anak. Ia mengamati saat putra pertamanya lahir, ia mencatat ketika berbagai refleks dan kemampuan motoric pertama kali muncul serta berbagai kemampuan belajar.

 

Darwin’s Influence

Topik populer dalam psikologi kontemporer dengan jelas mengungkapkan pengaruh Darwinian yang kuat: psikologi perkembangan, psikologi hewan, psikologi komparatif, psikobiologi, pembelajaran, tes dan pengukuran, emosi, genetika perilaku, psikologi abnormal, dan berbagai topik lain dibawah judul psikologi terapan. Pengaruh Darwin tidak sepenuhnya positif, terdapat beberapa pendapatnya yang di tentang yakni: (1) Orang primitif kontemporer adalah penghubung antara primata dan manusia modern (yaitu, orang Eropa), oleh karena itu dianggap lebih rendah. (2) Wanita secara intelektual lebih rendah daripada pria. (3) Kebiasaan lama yang dipraktikkan menjadi insting yang diwariskan.

 

Sir Francis Galton

Korelasi dan Pengukurannya

Menurut Galton, semakin kuat indra seseorang maka ia semakin cerdas.

 

Sidik Jari

Galton menemukan bahwa sidik jari bias digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Ia merancang metode untuk mengklasifikasikan perbedaan sidik jari pada setiap manusia. Kemungkinan ada dua orang memiliki sidik jari yang sama dilihat dari heritabilitas dan perbedaan ras nya.

 

Eksperimen

Galton melakukan eksperimen tes pusat kecerdasan pertama di dunia dengan mengumpulkan 9000 data selama 6 tahun. Ia mengukur tangan, pertumbuhan, berat, kekuatan tangan, volume paru-paru, perkiraan kecepatan reaksi, dan kemampuan membedakan warna seseorang. Menurutnya orang yang cerdas adalah orang yang memiliki otak dan tangkorak yang besar. Upaya ini merupakan awal dari pengujian mental dalam psikologi.

 

Metode Pengukuran Kecerdasan Intelegensi Galton

Pengukuran Kecerdasan

Menurutnya, kecerdasan adalah masalah ketajaman sensorik karena manusia hanya dapat mengetahui dunia melalui indera. Jadi, semakin tajam inderanya, semakin cerdas seseorang.

 

Tes Asosiasi Kata

Galton merancang tes asosiasi kata psikologi yang pertama. Ia menulis 75 kata masing-masing di selembar kertas terpisah. Kemudian dia melihat ke setiap kata dan mencatat jawabannya di selembar kertas lain. Dia membaca 75 kata pada empat kesempatan berbeda, lalu mengacak kata setiap kali. Ada tiga hal yang mengejutkan Galton tentang penelitian ini. Pertama, tanggapan terhadap kata-kata stimulus cenderung konstan; dia sangat sering memberikan respon yang sama untuk sebuah kata. Kedua, tanggapannya sering kali diambil dari pengalaman masa kecilnya. Ketiga, dia merasa bahwa prosedur seperti itu mengungkapkan aspek-aspek pikiran yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya. Karya Galton dengan asosiasi kata mengantisipasi dua aspek psikoanalisis, yaitu penggunaan asosiasi bebas dan pengakuan motivasi bawah sadar.

 

Citra Mental

Galton meminta orang untuk membayangkan pemandangan itu saat mereka duduk untuk sarapan. Ia menemukan bahwa kemampuan untuk berimajinasi pada dasarnya didistribusikan secara normal, dengan beberapa individu hampir sama sekali tidak mampu berimajinasi dan yang lainnya memiliki kemampuan untuk membayangkan adegan sarapan pagi tanpa masalah. Ia takjub saat mengetahui banyak teman ilmuwannya yang hampir tidak memiliki kemampuan untuk membentuk gambar. Menurutnya, semua orang memiliki kemampuan berimajinasi yang sama apa pun kemampuan imajinasinya.

 

Antropometri

Galton mendirikan ‘Laboratorium Antropometri’ di Pameran Kesehatan Internasional London pada tahun 1884 dikarenakan ia ingin mengukur perbedaan individu di antara manusia. Dia mengukur ukuran kepala, rentang lengan, tinggi berdiri, tinggi duduk, panjang jari tengah, berat, kekuatan remasan tangan (diukur dengan dinamometer), kapasitas pernapasan, ketajaman visual, ketajaman pendengaran, waktu reaksi terhadap rangsangan visual dan pendengaran, nada pendengaran tertinggi yang dapat dideteksi, dan kecepatan pukulan (waktu yang dibutuhkan seseorang untuk memukul bantalan).

 

Konsep Korelasi

Menurut Galton, korelasi adalah dua organ variabel yang saling terkait ketika variasi pada salah satunya disertai rata-rata oleh variasi yang lebih banyak atau lebih sedikit dari yang lain dan dalam arah yang sama. Jadi panjang lengan dikatakan berhubungan erat dengan kaki, karena orang dengan lengan yang panjang biasanya memiliki kaki yang panjang, dan sebaliknya.

Galton juga mengamati kacang polong yang ditanamnya dengan ukuran yang berbeda-beda dan mengukur ukran keturunannya. Ia menyimpulkan bahwa kacang polong yang sangat besar cenderung memiliki keturunan yang tidak sebesar mereka dan bahwa kacang yang sangat kecil cenderung memiliki keturunan yang tidak sekecil dirinya. Dia menyebut fenomena ini regresi menuju mean.

 

Kontribusi Galton untuk Psikologi

Galton meliputi studi tentang pertanyaan pengasuhan alam, penggunaan kuesioner, penggunaan tes asosiasi kata, studi kembar, studi perumpamaan, pengujian kecerdasan, dan pengembangan teknik korelasional. Di mana dalam karyanya terdapat perhatian pada perbedaan individu dan ukurannya, perhatian yang merupakan cerminan langsung dari pengaruh teori evolusi Darwin.

 

Pengujian Intelegensi/Kecerdasan Setelah Galton

James McKeen Cattell (1860–1944)

Cattell dan seorang muridnya melakukan banyak studi waktu-reaksi. Ia memperhatikan bahwa waktu reaksinya sendiri berbeda secara sistematis dari rekan penelitinya dan mengusulkan kepada Wundt agar perbedaan individu dalam waktu reaksi dieksplorasi. Proposal itu ditolak karena Wundt lebih tertarik pada sifat pikiran secara umum daripada perbedaan individu.

Cattell memulai korespondensi dengan Galton, terutama mengenai pengukuran waktu reaksi. Di bawah pengaruh Galton, Cattell menjadi percaya bahwa kecerdasan terkait dengan ketajaman sensorik dan sebagian besar diwarisi.

Cattel juga menjelaskan teknik yang ia pakai dalam pengukuran kecerdasan, dan menerbitkannya dalam sebuah artikel dengan istilah “tes mental”. Dalam artikel ini, Cattell menjelaskan sepuluh tes mental yang dia yakini dapat diberikan kepada masyarakat umum dan 50 tes yang dia yakini harus diberikan kepada mahasiswa. Di antara sepuluh tes tersebut adalah kekuatan tangan, ambang batas dua poin, jumlah tekanan yang diperlukan untuk menyebabkan rasa sakit, kemampuan untuk membedakan antara beban, waktu reaksi, akurasi membagi dua garis 50 sentimeter, akurasi dalam menilai interval sepuluh detik, dan kemampuan. untuk mengingat serangkaian huruf.

Dalam program pengujian Cattell tersirat asumsi bahwa jika sejumlah pengujiannya mengukur hal yang sama (kecerdasan), kinerja pada pengujian tersebut harus sangat berkorelasi.

 

Alfred Binet (1857-1911)

Ia memperjuangkan pendekatan berbeda untuk mengukur kecerdasan yang tampaknya lebih berhasil daripada pendekatan Galton. Ini melibatkan pengukuran langsung operasi mental kompleks yang dianggap terlibat dalam kecerdasan. Metode pengujian ini lebih banyak digunakan dalam tradisi rasionalis daripada dalam tradisi empiris.

Psikologi individu. Binet lebih tertarik pada apa yang membuat individu berbeda. Ia dan asistennya Victor Henri menulis  artikel berjudul "Psikologi Individu "  yang mengusulkan daftar variabel yang membedakan individu, terutama secara intelektual. Mereka mencari daftar variabel penting dan cara menentukan sejauh mana setiap variabel ada pada individu tertentu. Dengan variabel yang diisolasi dan cara mengukurnya tersedia, mereka berharap dapat " mengevaluasi" setiap individu dalam waktu yang relatif singkat.

Menilai kekurangan intelektual. Pada tahun 1899 Theodore Simon meminta Binet untuk mengawasi penelitian doktoralnya. Pada tahun 1904 Binet dan Simon mulai membuat tes yang akan membedakan antara anak normal secara intelektual dan di bawah batas normal. Setelah banyak trial and error, Binet dan Simon sampai pada tes pertama yang mengukur kecerdasan secara langsung daripada secara tidak langsung melalui pengukuran ketajaman sensorik.

Skala kecerdasan Binet-Simon 1905 dan revisinya. Binet dan Simon menawarkan Skala kecerdasan Binet-Simon sebagai cara yang valid untuk membedakan antara anak-anak normal dan anak-anak dengan kekurangan mental. Skala yang dibuat pada tahun 1905 terdiri dari 30 tes mulai dari kesulitan dari gerakan mata sederhana hingga definisi abstrak. Dari 30 tes tersebut, 3 tes untuk mengukur perkembangan motorik, dan 27 lainnya dirancang untuk mengukur kemampuan kognitif.

Tes-tes tersebut disusun berdasarkan tingkat kesulitannya, sehingga semakin banyak tes yang dilalui seorang anak, maka semakin berkembang kecerdasannya. Pada tahun 1908 Binet dan Simon merevisi skala mereka. Tujuan mereka saat itu tidak hanya sekadar membedakan anak-anak normal dengan anak yang mempunyai keterbelakangan mental, tapi juga untuk mengelompokkan tingkat kecerdasan pada anak normal menurut usianya.

Kadar kecerdasan. Pada tahun 1911, William Stern (1871–1938), seorang psikolog Jerman, memperkenalkan istilah usia mental. Bagi Stern, usia mental seorang anak ditentukan dari hasil pada tes Binet-Simon. Stern juga menyarankan bahwa usia mental dibagi dengan usia kronologis, menghasilkan kadar kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ).

Ortopedi mental. Binet percaya bahwa ortopedi mental dapat mempersiapkan anak-anak kurang mampu untuk bersekolah. Ortopedi mental terdiri dari latihan yang akan meningkatkan kemauan, perhatian, dan disiplin anak serta semua kemampuan yang menurut Binet diperlukan untuk pendidikan kelas yang efektif.

 

Charles Spearman

Menurut Spearman, kecerdasan dapat dijelaskan oleh dua faktor. Faktor spesifik (s), faktor yang mencakup perbedaan kemampuan individu dalam matematika, bahasa dan musik. Kecerdasan umum (g), faktor yang ditentukan berdasarkan pewarisan orang tua.

Selama Perang Boer (1900–1902), Spearman mulai membaca karya Galton. Spearman mulai melakukan sejumlah eksperimen pada anak-anak sekolah di desa, dan hasilnya cenderung menegaskan keyakinan Galton tentang hubungan antara ketajaman sensorik dan kecerdasan.

Kesimpulan Spearman tentang sifat kecerdasan menjadi penting karena tiga alasan: (1) Spearman menekankan sifat kesatuan dari kecerdasan, sedangkan Binet menekankan keanekaragamannya. (2) Spearman memandang kecerdasan sebagian besar dapat diwariskan, sedangkan Binet memandangnya sebagai hal yang dapat dikembangkan oleh pengalaman. (3) Sebagian besar dari tes yang digunakan di Amerika Serikat, menggunakan konsep kecerdasan yang digunakan oleh Spearman bukan Binet. Artinya IQ dilihat sebagai pengukuran “g” Spearman dibandikan “tingkat intelektual” Binet yang beragam.

 

Cyril Burt (1883-1971)

Burt menerima konsep Spearman tentang " g " dan menurutnya siswa dengan kemampuan intelektual asli yang tinggi harus diberikan kesempatan pendidikan yang lebih menantang daripada siswa dengan kemampuan intelektual asli yang rendah. Lebih lanjut, Burt menilai upaya meningkatkan kecerdasan mahasiswa melalui program remedial education tidak membuahkan hasil.

 

Henry Herbert Goddard (1866– 1957)

Goddard merasa sangat efektif dalam mengklasifikasikan anak-anak berdasarkan tingkat keterbelakangan mereka. Ia menerjemahkan skala Binet – Simon ke dalam bahasa Inggris. Meskipun menerima prosedur pengujian Binet, Goddard menerima pandangan Galton-Cattell-Spearman tentang sifat kecerdasan daripada pandangan Binet.

 

Intelligence Testing in The Army

Robert M. Yerkes

Yerkes merupakan pendiri psikologi komparatif di Amerika Serikat bersama temannya, John B. Watson yang saat itu berada di Universitas Johns Hopkins. Sebagai pengakuan atas kesuksesan utamanya, Yerkes terpilih sebagai presiden APA pada tahun 1917. Yerkes merupakan seorang pakar psikologi, primatologi, dan etologi Amerika Serikat yang terkenal karena sumbangan teorinya tentang Uji Kecerdasan (intellegence testing) dalam bidang psikologi komparatif.

Untuk tes kecerdasan, ia menyarankan agar semua individu diberikan semua item pada tes Binet-Simon dan diberikan poin untuk item yang lulus. Dengan demikian, skor seseorang adalah total poin yang diperoleh, bukan IQ. Ini menghilangkan usia sebagai faktor dalam penilaian. Prosedur tradisional yang diikuti dalam mengelola skala Binet-Simon adalah untuk menemukan kisaran tes untuk individu tertentu.

 

Memburuknya Inteligen Negara

Penggunaan tes Alpha dan Beta Angkatan Darat menimbulkan kekhawatiran penurunan tingkat intelijen negara. Hermstein dan Murray menyusun buku mereka yang berisi enam kesimpulan  atau poin tentang kecerdasan yang "tidak dapat diperdebatkan ". (1) Ada yang namanya faktor umum kemampuan kognitif yang membedakan manusia. (2) Semua tes standar bakat akademik atau prestasi mengukur faktor umum ini sampai tingkat tertentu, tetapi tes IQ yang dirancang untuk tujuan itu yang paling akurat. (3) Skor IQ cocok, sampai tingkat pertama, apa pun itu yang orang maksudkan ketika mereka menggunakan kata di cerdas atau pintar dalam bahasa biasa (4) Skor IQ stabil, meski tidak begitu sempurna sepanjang hidup seseorang (5) Tes IQ yang dilakukan dengan benar tidak ditentukan sangat bias terhadap sosial, ekonomi kelompok etnis, atau ras. (6) Kemampuan kognitif secara substansial diwariskan, tidak kurang dari 40 persen dan tidak lebih dari 80 persen.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Psikologi Gestalt dan Kognitif Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa… Oke kali ini a...