Pengaruh Darwin dan Tumbuhnya Tes Mental
Halo
teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan
sehat yaa…
Oke
kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke sepuluh mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Amatul Firdausa N,
M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Ocha ya teman-teman.
Teori Evolusi Sebelum Darwin
Menurut
Plato, jumlah spesies akan tetap selamanya dan bentuk bumi tidak akan berubah.
Sedangkan menurut Aristoteles, jumlah spesies telah ditetapkan dan tidak
mungkin terjadi perubahan atau evolusi dari satu spesie ke spesies lainnya. Pendapat
Plato dan Aristoteles ini juga diperkuat oleh orang-orang Kristen awal, bahwa
Tuhan telah menciptakan sejumlah spesies tertentu, termasuk manusia, dan jumlah
nya itu hanya bisa diubah oleh Tuhan, bukan kekuatan alam. Karena Plato dan
Aristoteles yang tidak percaya pada teori evolusi inilah teori evolusi tidak
berkembang lebih jauh.
Pada
abad ke-18, beberapa tokoh terkemuka mulai mengangkatkan kembali teori evolusi,
termasuk kakek dari Charles Darwin yaitu Erasmus Darwin yang percaya bahwa satu
spesies secara bertahap dapat berubah menjadi spesies lain. Beberapa tokoh
evolusi sebelum Darwin yaitu :
Jean Lamarck
Jean
Lamarck adalah seorang naturalis dari Prancis dan merupakan orang pertama yang
menyuarakan tentang mekanisme transformasi. Ia mencatat bahwa bentuk awal fosil
berbagai spesies berbeda dengan bentuk fosil spesies itu sekarang sehingga ia
menyimpulkan bahwa bentuk spesies berubah dari waktu ke waktu.
Berdasarkan
teori Lamarck yaitu inheritance of
acquired characteristics (pewarisan karakteristik yang diperoleh), ia
mengatakan bahwa penyebab perubahan struktural pada tumbuhan dan hewan adalah
perubahan lingkungan.
Herbert Spencer (1820-1903)
Ketertarikan
Spencer terhadap ilmu Psikologi dan teori evolusi berasal dari buku- buku yang
ia baca. Hal ini dikarenakan Spencer tidak pernah mengenyam pendidikan formal,
ia hanya dibimbing ayahnya yang merupakan seorang kepala sekolah dan pamannya. Spencer
juga berteman dengan orang-orang yang mampu meningkatkan intelektualnya.
Spencer
merupakan pengikut Lamarck dan nantinya juga pengikut Darwin. Menurut Spencer,
pada mulanya seluruh alam semesta dan isinya itu tidak beragam. Dengan evolusi
lah terjadi keberagaman sehingga system menjadi lebih kompleks. Gagasan Spencer
ini berlaku untuk system saraf manusia yang dulunya sederhana dan homogen tetapi
menjadi lebih kompleks karena adanya evolusi. Karena system saraf manusia yang
jauh lebih kompleks, memungkinkan manusia untuk lebih berasosiasi. Semakin
banyak asosiasi suatu organisme, maka ia akan semakin cerdas. Spencer
menerapkan teori evolusi tidak hanya pada hewan tetapi juga manusia dan segala
hal yang ada di alam semesta. Spencer juga disebut sebagai orang yang
mengenalkan istilah intelegensi ke dalam psikologi.
Prinsip
Spencer-Bain atau prinsip kedekatan yaitu “seseorang bertahan dalam perilaku
yang kondusif untuk bertahan hidup (suatu hal yang menyebabkan perasaan
menyenangkan) dan menjauhi perasaan yang menyakitkan”. Spencer mengaitkan
teorinya dengan teori Lamarck. Spencer mengklaim bahwa keturunan mewarisi asosiasi
kumulatif yang telah dipelajari oleh para nenek moyang yang nantinya akan
diwariskan kepada generasi selanjutnya. Ketika karya Darwin muncul, Spencer
mengalihkan penekanannya dari karakteristik ke seleksi alam. Konsep survival of the fittest diperkenalkan
Spencer pada 1852 lalu kemudian diadopsi oleh Darwin.
Social
Darwinism
Menurut
Spencer, evolusi merupakan kemajuan dan memiliki tujuan di mana itu adalah
mekanisme di mana kesempurnaan diperkirakan. Sedangkan menurut Darwin, evolusi
tidak memanifestasikan rancangan atau tatanan apa pun yang telah terstruktur, ditetapkan
sebelumnya, atau ditentukan sebelumnya sepanjang sejarah alam; tidak ada arah
keseluruhan dalam evolusi, yaitu, tidak ada tujuan akhir atau tujuan akhir untuk
evolusi organik pada umumnya, atau evolusi manusia pada khususnya.
Spencer
mengatakan bahwa prinsip evolusi berlaku untuk masyarakat serta individu.
Penerapan gagasan Spencer tentang kelangsungan hidup orang yang paling cocok
dalam masyarakat disebut social darwinism
(Darwinisme sosial). Spencer juga menentang kebijakan pemerintah yang membantu
orang miskin dan lemah karena menurutnya pemerintah harus mengikuti kebijakan laissez-faire (masyarakat seperti
individu, akan mendekati kesempurnaan jika kekuatan alam·dibiarkan beroperasi
secara bebas).
Teori Evolusi Darwin
The
Journey of The Beagle
Atas
saran Haslow, Darwin mendaftar sebagai naturalis yang tidak dibayar di kapal Beagle,
yang dikirim oleh pemerintah Inggris. Kapten kapal Beagle, Robert Fitz-Roy,
sangat percaya percaya pada kisah penciptaan di Genesis dan menyangkal evolusi.
Perjalanan Beagle dimulai pada 27 Desember 1831, dari Plymouth, Inggris. Beagle
pertama kali pergi ke Amerika Selatan, tempat Darwin belajar organisme laut,
fosil, dan suku Indian. Pada musim gugur tahun 1835, Beagle berhenti di
kepulauan Galapagos, tempat Darwin mempelajari kura-kura besar, kadal, singa
laut, dan 13 spesies burung kutilang. Beagle melanjutkan ke Tahiti, Selandia
Baru, dan Australia. Pada Oktober 1836, Beagle kembali berlabuh di Inggris.
Back
in England
Darwin
menemukan essai mengenai prinsip kependudukan karya Thomas Malthus untuk
menyatukan pengamatannya yang terputus-putus. Dia menyimpulkan bahwa persediaan
makanan dan ukuran populasi tetap seimbang oleh peristiwa-peristiwa seperti perang,
kelaparan, dan penyakit. Ia memperindah konsep Malthus dan menerapkannya pada
hewan dan tumbuhan.
Pada
Juni 1858, Darwin menerima surat dari Alfred Russell Wallace yang berisi teori
evolusi yang hampir mirip dengan teori Darwin. Karena banyaknya data yang
dikumpulkan Darwin dan ketelitian karyanya, mengatribusikan teori itu kepadanya
dan bukan kepada Wallace.
Darwin’s
Theory of Evolution
Kapasitas
reproduksi semua organisme hidup memungkinkan lebih banyak
keturunan daripada yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan tertentu.
Oleh karena itu ada perjuangan untuk bertahan hidup. Darwin mendefinisikan fitness sebagai kemampuan suatu
organisme untuk dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Organisme tersebut
memiliki fungsi adaptif untuk bertahan hidup di lingkungan seperti apa pun itu.
Seleksi
alam terjadi diantara keturunan suatu spesies. Contohnya adalah jika terdapat kekurangan
makanan pada lingkungan jerapah, jerapah berleher panjang akan bertahan dengan
memakan daun dari pohon-pohon yang tinggi, namun jerapah dengan leher pendek
akan sulit untuk bertahan dan bereproduksi (melanjutkan keturunan), sehingga
jerapah berleher pendek bisa saja punah. Darwin mendefinisikan kebugaran, fitur
organisme sebagai kemampuan organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Fitur
yang memungkinkan penyesuaian yang memadai terhadap lingkungan organisme disebut
adaptif.
Buku
Darwin yang berjudul “The Expression of Emotions in Man and Animals” menyatakan
bahwa emosi manusia adalah sisa-sisa emosi hewan yang diperlukan untuk bertahan
hidup. Darwin juga mengeluarkan laporan yang nantinya disebut sebagai psikologi
anak. Ia mengamati saat putra pertamanya lahir, ia mencatat ketika berbagai
refleks dan kemampuan motoric pertama kali muncul serta berbagai kemampuan
belajar.
Darwin’s
Influence
Topik populer dalam psikologi kontemporer dengan jelas mengungkapkan pengaruh Darwinian yang kuat: psikologi perkembangan, psikologi hewan, psikologi komparatif, psikobiologi, pembelajaran, tes dan pengukuran, emosi, genetika perilaku, psikologi abnormal, dan berbagai topik lain dibawah judul psikologi terapan. Pengaruh Darwin tidak sepenuhnya positif, terdapat beberapa pendapatnya yang di tentang yakni: (1) Orang primitif kontemporer adalah penghubung antara primata dan manusia modern (yaitu, orang Eropa), oleh karena itu dianggap lebih rendah. (2) Wanita secara intelektual lebih rendah daripada pria. (3) Kebiasaan lama yang dipraktikkan menjadi insting yang diwariskan.
Sir Francis Galton
Korelasi
dan Pengukurannya
Menurut
Galton, semakin kuat indra seseorang maka ia semakin cerdas.
Sidik
Jari
Galton
menemukan bahwa sidik jari bias digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Ia
merancang metode untuk mengklasifikasikan perbedaan sidik jari pada setiap
manusia. Kemungkinan ada dua orang memiliki sidik jari yang sama dilihat dari
heritabilitas dan perbedaan ras nya.
Eksperimen
Galton
melakukan eksperimen tes pusat kecerdasan pertama di dunia dengan mengumpulkan
9000 data selama 6 tahun. Ia mengukur tangan, pertumbuhan, berat, kekuatan
tangan, volume paru-paru, perkiraan kecepatan reaksi, dan kemampuan membedakan
warna seseorang. Menurutnya orang yang cerdas adalah orang yang memiliki otak
dan tangkorak yang besar. Upaya ini merupakan awal dari pengujian mental dalam
psikologi.
Metode
Pengukuran Kecerdasan Intelegensi Galton
Pengukuran
Kecerdasan
Menurutnya,
kecerdasan adalah masalah ketajaman sensorik karena manusia hanya dapat
mengetahui dunia melalui indera. Jadi, semakin tajam inderanya, semakin cerdas
seseorang.
Tes
Asosiasi Kata
Galton
merancang tes asosiasi kata psikologi yang pertama. Ia
menulis 75 kata masing-masing di selembar kertas terpisah. Kemudian dia melihat
ke setiap kata dan mencatat jawabannya di selembar kertas lain. Dia membaca 75
kata pada empat kesempatan berbeda, lalu mengacak kata setiap kali. Ada
tiga hal yang mengejutkan Galton tentang penelitian ini. Pertama, tanggapan
terhadap kata-kata stimulus cenderung konstan; dia sangat sering memberikan
respon yang sama untuk sebuah kata. Kedua, tanggapannya sering kali diambil
dari pengalaman masa kecilnya. Ketiga, dia merasa bahwa prosedur seperti itu
mengungkapkan aspek-aspek pikiran yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya. Karya
Galton dengan asosiasi kata mengantisipasi dua aspek psikoanalisis, yaitu
penggunaan asosiasi bebas dan pengakuan motivasi bawah sadar.
Citra
Mental
Galton
meminta
orang untuk membayangkan pemandangan itu saat mereka duduk untuk sarapan. Ia
menemukan bahwa kemampuan untuk berimajinasi pada dasarnya didistribusikan
secara normal, dengan beberapa individu hampir sama sekali tidak mampu
berimajinasi dan yang lainnya memiliki kemampuan untuk membayangkan adegan
sarapan pagi tanpa masalah. Ia takjub saat mengetahui banyak teman ilmuwannya
yang hampir tidak memiliki kemampuan untuk membentuk gambar.
Menurutnya, semua orang memiliki kemampuan berimajinasi yang sama apa pun kemampuan
imajinasinya.
Antropometri
Galton
mendirikan ‘Laboratorium Antropometri’ di Pameran Kesehatan Internasional
London pada tahun 1884 dikarenakan ia ingin mengukur perbedaan individu di
antara manusia. Dia mengukur ukuran kepala, rentang lengan, tinggi berdiri,
tinggi duduk, panjang jari tengah, berat, kekuatan remasan tangan (diukur
dengan dinamometer), kapasitas pernapasan, ketajaman visual, ketajaman
pendengaran, waktu reaksi terhadap rangsangan visual dan pendengaran, nada pendengaran
tertinggi yang dapat dideteksi, dan kecepatan pukulan (waktu yang dibutuhkan
seseorang untuk memukul bantalan).
Konsep
Korelasi
Menurut
Galton, korelasi adalah dua
organ variabel yang saling terkait ketika variasi pada
salah satunya disertai rata-rata oleh variasi yang lebih banyak atau lebih
sedikit dari yang lain dan dalam arah yang sama. Jadi panjang lengan dikatakan
berhubungan erat dengan kaki, karena orang dengan lengan yang panjang biasanya
memiliki kaki yang panjang, dan sebaliknya.
Galton
juga mengamati kacang polong yang ditanamnya dengan ukuran yang berbeda-beda
dan mengukur ukran keturunannya. Ia menyimpulkan bahwa kacang polong yang
sangat besar cenderung memiliki keturunan yang tidak sebesar mereka dan bahwa
kacang yang sangat kecil cenderung memiliki keturunan yang tidak sekecil
dirinya. Dia menyebut fenomena ini regresi menuju mean.
Kontribusi
Galton untuk Psikologi
Galton
meliputi studi tentang pertanyaan pengasuhan alam, penggunaan kuesioner,
penggunaan tes asosiasi kata, studi kembar, studi perumpamaan, pengujian
kecerdasan, dan pengembangan teknik korelasional. Di mana dalam karyanya
terdapat perhatian pada perbedaan individu dan ukurannya, perhatian yang
merupakan cerminan langsung dari pengaruh teori evolusi Darwin.
Pengujian Intelegensi/Kecerdasan
Setelah Galton
James McKeen Cattell (1860–1944)
Cattell
dan seorang muridnya melakukan banyak studi waktu-reaksi. Ia memperhatikan
bahwa waktu reaksinya sendiri berbeda secara sistematis dari rekan penelitinya
dan mengusulkan kepada Wundt agar perbedaan individu dalam waktu reaksi
dieksplorasi. Proposal itu ditolak karena Wundt lebih tertarik pada sifat
pikiran secara umum daripada perbedaan individu.
Cattell
memulai korespondensi dengan Galton, terutama mengenai pengukuran waktu reaksi.
Di bawah pengaruh Galton, Cattell menjadi percaya bahwa kecerdasan terkait
dengan ketajaman sensorik dan sebagian besar diwarisi.
Cattel
juga menjelaskan teknik yang ia pakai dalam pengukuran kecerdasan, dan
menerbitkannya dalam sebuah artikel dengan istilah “tes mental”. Dalam artikel
ini, Cattell menjelaskan sepuluh tes mental yang dia yakini dapat diberikan
kepada masyarakat umum dan 50 tes yang dia yakini harus diberikan kepada
mahasiswa. Di antara sepuluh tes tersebut adalah kekuatan tangan, ambang batas
dua poin, jumlah tekanan yang diperlukan untuk menyebabkan rasa sakit,
kemampuan untuk membedakan antara beban, waktu reaksi, akurasi membagi dua
garis 50 sentimeter, akurasi dalam menilai interval sepuluh detik, dan
kemampuan. untuk mengingat serangkaian huruf.
Dalam
program pengujian Cattell tersirat asumsi bahwa jika sejumlah pengujiannya mengukur
hal yang sama (kecerdasan), kinerja pada pengujian tersebut harus sangat berkorelasi.
Alfred Binet (1857-1911)
Ia memperjuangkan
pendekatan berbeda untuk mengukur kecerdasan yang tampaknya lebih berhasil
daripada pendekatan Galton. Ini melibatkan pengukuran langsung operasi mental
kompleks yang dianggap terlibat dalam kecerdasan. Metode pengujian ini lebih
banyak digunakan dalam tradisi rasionalis daripada dalam tradisi empiris.
Psikologi individu. Binet lebih tertarik pada apa yang membuat individu
berbeda. Ia dan asistennya Victor Henri menulis artikel berjudul "Psikologi Individu
" yang mengusulkan daftar variabel
yang membedakan individu, terutama secara intelektual. Mereka mencari daftar
variabel penting dan cara menentukan sejauh mana setiap variabel ada pada
individu tertentu. Dengan variabel yang diisolasi dan cara mengukurnya
tersedia, mereka berharap dapat " mengevaluasi" setiap individu dalam
waktu yang relatif singkat.
Menilai kekurangan intelektual.
Pada tahun 1899 Theodore Simon meminta Binet untuk mengawasi penelitian
doktoralnya. Pada tahun 1904 Binet dan Simon mulai membuat tes yang akan
membedakan antara anak normal secara intelektual dan di bawah batas normal.
Setelah banyak trial and error, Binet dan Simon sampai pada tes pertama yang
mengukur kecerdasan secara langsung daripada secara tidak langsung melalui
pengukuran ketajaman sensorik.
Skala kecerdasan Binet-Simon 1905 dan
revisinya. Binet dan Simon menawarkan Skala kecerdasan
Binet-Simon sebagai cara yang valid untuk membedakan antara anak-anak normal
dan anak-anak dengan kekurangan mental. Skala yang dibuat pada tahun 1905 terdiri
dari 30 tes mulai dari kesulitan dari gerakan mata sederhana hingga definisi abstrak.
Dari 30 tes tersebut, 3 tes untuk mengukur perkembangan motorik, dan 27 lainnya
dirancang untuk mengukur kemampuan kognitif.
Tes-tes
tersebut disusun berdasarkan tingkat kesulitannya, sehingga semakin banyak tes
yang dilalui seorang anak, maka semakin berkembang kecerdasannya. Pada tahun
1908 Binet dan Simon merevisi skala mereka. Tujuan mereka saat itu tidak hanya sekadar
membedakan anak-anak normal dengan anak yang mempunyai keterbelakangan mental,
tapi juga untuk mengelompokkan tingkat kecerdasan pada anak normal menurut
usianya.
Kadar kecerdasan.
Pada tahun 1911, William Stern (1871–1938), seorang psikolog Jerman, memperkenalkan
istilah usia mental. Bagi Stern, usia mental seorang anak ditentukan dari hasil
pada tes Binet-Simon. Stern juga menyarankan bahwa usia mental dibagi dengan
usia kronologis, menghasilkan kadar kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ).
Ortopedi mental.
Binet percaya bahwa ortopedi mental dapat mempersiapkan anak-anak kurang mampu
untuk bersekolah. Ortopedi mental terdiri dari latihan yang akan meningkatkan
kemauan, perhatian, dan disiplin anak serta semua kemampuan yang menurut Binet
diperlukan untuk pendidikan kelas yang efektif.
Charles Spearman
Menurut
Spearman, kecerdasan dapat dijelaskan oleh dua faktor. Faktor spesifik (s),
faktor yang mencakup perbedaan kemampuan individu dalam matematika, bahasa dan
musik. Kecerdasan umum (g), faktor yang ditentukan berdasarkan pewarisan orang
tua.
Selama
Perang Boer (1900–1902), Spearman mulai membaca karya Galton. Spearman mulai
melakukan sejumlah eksperimen pada anak-anak sekolah di desa, dan hasilnya
cenderung menegaskan keyakinan Galton tentang hubungan antara ketajaman
sensorik dan kecerdasan.
Kesimpulan
Spearman tentang sifat kecerdasan menjadi penting karena tiga alasan: (1)
Spearman menekankan sifat kesatuan dari kecerdasan, sedangkan Binet menekankan
keanekaragamannya. (2) Spearman memandang kecerdasan sebagian besar dapat
diwariskan, sedangkan Binet memandangnya sebagai hal yang dapat dikembangkan
oleh pengalaman. (3) Sebagian besar dari tes yang digunakan di Amerika Serikat,
menggunakan konsep kecerdasan yang digunakan oleh Spearman bukan Binet. Artinya
IQ dilihat sebagai pengukuran “g” Spearman dibandikan “tingkat intelektual”
Binet yang beragam.
Cyril Burt (1883-1971)
Burt
menerima konsep Spearman tentang " g " dan menurutnya siswa dengan
kemampuan intelektual asli yang tinggi harus diberikan kesempatan pendidikan
yang lebih menantang daripada siswa dengan kemampuan intelektual asli yang
rendah. Lebih lanjut, Burt menilai upaya meningkatkan kecerdasan mahasiswa
melalui program remedial education tidak membuahkan hasil.
Henry Herbert Goddard (1866– 1957)
Goddard merasa sangat
efektif dalam mengklasifikasikan anak-anak berdasarkan tingkat keterbelakangan
mereka. Ia menerjemahkan skala Binet – Simon ke dalam bahasa Inggris. Meskipun
menerima prosedur pengujian Binet, Goddard menerima pandangan Galton-Cattell-Spearman
tentang sifat kecerdasan daripada pandangan Binet.
Intelligence Testing in The Army
Robert M. Yerkes
Yerkes
merupakan pendiri psikologi komparatif di Amerika Serikat bersama temannya, John
B. Watson yang saat itu berada di Universitas Johns Hopkins. Sebagai pengakuan
atas kesuksesan utamanya, Yerkes terpilih sebagai presiden APA pada tahun 1917.
Yerkes merupakan seorang pakar psikologi, primatologi, dan etologi Amerika
Serikat yang terkenal karena sumbangan teorinya tentang Uji Kecerdasan
(intellegence testing) dalam bidang psikologi komparatif.
Untuk
tes kecerdasan, ia menyarankan agar semua individu diberikan semua item pada
tes Binet-Simon dan diberikan poin untuk item yang lulus. Dengan demikian, skor
seseorang adalah total poin yang diperoleh, bukan IQ. Ini menghilangkan usia
sebagai faktor dalam penilaian. Prosedur tradisional yang diikuti dalam
mengelola skala Binet-Simon adalah untuk menemukan kisaran tes untuk individu
tertentu.
Memburuknya Inteligen Negara
Penggunaan
tes Alpha dan Beta Angkatan Darat menimbulkan kekhawatiran penurunan tingkat
intelijen negara. Hermstein dan Murray menyusun buku mereka yang berisi enam
kesimpulan atau poin tentang kecerdasan
yang "tidak dapat diperdebatkan ". (1) Ada yang namanya faktor umum
kemampuan kognitif yang membedakan manusia. (2) Semua tes standar bakat
akademik atau prestasi mengukur faktor umum ini sampai tingkat tertentu, tetapi
tes IQ yang dirancang untuk tujuan itu yang paling akurat. (3) Skor IQ cocok,
sampai tingkat pertama, apa pun itu yang orang maksudkan ketika mereka
menggunakan kata di cerdas atau pintar dalam bahasa biasa (4) Skor IQ stabil,
meski tidak begitu sempurna sepanjang hidup seseorang (5) Tes IQ yang dilakukan
dengan benar tidak ditentukan sangat bias terhadap sosial, ekonomi kelompok
etnis, atau ras. (6) Kemampuan kognitif secara substansial diwariskan, tidak
kurang dari 40 persen dan tidak lebih dari 80 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar