Aliran Empirisme,
Sensasionalisme dan Positivisme
Halo
teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan
sehat yaa…
Oke
kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke lima
mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Amatul Firdausa N,
M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Ocha ya teman-teman.
Empirisme
Empirisme
(British Empirism) berkembang di Inggris. Empirisme
berasal dari pengalaman. Manusia itu lahir dalam keadaan kosong.
Pengetahuan, keterampilan yang kita dapatkan itu berasal dari pengalaman yang
kita dapatkan dari kehidupan kita, otomatis kita menggunakan indra didalamnya. John
Locke (teori tabularasa) bahwa manusia itu lahir seperti kertas kosong, tidak tahu
apapun. Terbentuk seperti sekarang karena pengalaman-pengalaman yang didapatkan
selama hidup. Ada hukum asosiasi yang membahas bagaimana cara pengalaman bisa
berubah menjadi pengetahuan. Pengalaman lebih ke proses mental, asosiasi dan
persepsi didalamnya. Empirisme berkaitan dengan imajinasi, mimpi.
Sensasionalisme
Sensasionalisme
berkembang di Prancis (France Sensationalism). Sama dengan empirisme yang
berkembang dari pemikiran-pemikiran para filsuf tapi mereka memiliki perspektif
yang berbeda. Ada ketidaksetujuan dari teori sebelumnya sehingga mereka
mengembangkannya. Ada para filsuf yang mempengaruhi cara berpikir para tokoh
disana dan berkembanglah sensasionalisme. Sensasionalisme/sensasi yang akan
berkaitan dengan indra. Mengatakan bahwa pengetahuan memang didapatkan dari
pengalaman, tetapi pengalaman yang berdasarkan kepada yang bisa kita rasakan oleh
indra kita dalam bentuk sensasi seperti penglihatan, penciuman, sentuhan, dan lain
sebagainya. Jadi, sensasionalisme itu berasal dari
pegalaman yang dirasakan indra kita. Contohnya orang memiliki pemikiran
yang berbeda. Dunia diciptakan oleh Tuhan. Tapi bagaimana kita melihatnya dengan
indra kita berbeda dengan bagaimana orang lain melihatnya, sehingga setiap
orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda tergantung sensasi masing-masing. Pengetahuan
itu sebenarnya sama, tapi tergantung bagaimana kita memaknainya dengan indra
kita.
Positivisme
Positivisme
berkembang di Prancis. Tapi tokohnya berbeda. Artinya dia setuju dengan
empirisme tapi ada beberapa hal yang dikritisinya seperti di empirisme berawal
dari metafisika (abstrak, tidak bisa dilihat), sedangkan di positivisme berawal dari sains atau pengetahuan yang bisa
dibuktikan kebenarannya, sesuai fakta. Ada 3 hukum yang disampaikan nya
: teologi, metafisik dan ilmiah. Positivisme hanya menerima yang ilmiah.
Sedangkan teologi (bersifat mistis) dan metafisik (bersifat abstrak) tidak
diterimanya. Karena positivisme itu yang menjadi dasar adalah pengetahuan itu
bisa di observasi, bisa dilihat. Sedangkan sesuatu yang tidak bisa dilihat bukan
sains, bukan pengetahuan.
Kesamaan
ketiganya yaitu sama-sama berasal dari pengalaman.
Manusia lahir tidak membawa apa apa. Perbedaannya
yaitu darimana pengetahuan itu berasal. Empirisme mengatakan pengetahuan
berasal dari pengalaman yang bersifat abstrak, imajinasi, mimpi. Sensasionalisme
mengatakan pengetahuan berasal dari pengalaman yang berdasar kepada apa yang
dirasakan indra kita. Sedangkan positivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu
bukan abstrak seperti yang dikatakan empirisme tetapi pengetahuan itu bersifat
sains, bisa diobservasi, bisa dibuktikan kebenarannya dan sesuai fakta.
Tokoh-tokoh Empirisme
Thomas Hobbes
Menurutnya
semua aktivitas manusia bersifat fisikal (fisik) dan mekanikal (punya mekanisme).
Jadi, pengalaman itu bersifat fisik (berdasarkan indrawi) lalu diproses dan
diterjemahkan. Proses yang kita asosiasikan dari pengalaman sebelumnya.
John Locke
Menurutnya
manusia seperti kertas kosong, coretan adalah pengalaman hidup. Jadi, pengetahuan
itu berasal dari pengalaman. Dia melihat ada pengalaman yang berasal dari
indrawi (sensori). Kemudian dari pengalaman tersebut akan di rearrange menjadi sebuah pengetahuan
sedemikian rupa (proses mind/pikiran). Pikiran dengan tubuh itu tidak terpisah. Sensasi yang
diterima ditubuh akan mempengaruhi pikiran kita.
Kemampuan
mental (mental ability) yaitu kemampuan
yang ada di pikiran kita, yaitu Believing
(mempercayai sesuatu), Imaginate (membayangkan
atau imajinasi), Reasoning (menalar),
Willing (keinginan,dorongan) yang
akan mempengaruhi bagaimana kita bertingkah. Menurut John Locke 2 emosi yang
mendorong manusia ingin melakukan sesuatu, yaitu rasa senang dan rasa sedih.
Manusia suka mencari kesenangan dan menghindari kesedihan.
George Berkeley
Menurutnya,
segala sesuatu itu berdasarkan persepsi dari pengalaman dan kebiasaan di lingkungan.
David Hume
Ia
menolak ilmu metafisika dan lebih percaya keilmiahan. Ia menentang pemikiran
Berkeley yang menyatakan bahwa kita bisa memaknai dunia dari panca indra yang
kita punya. Menurutnya persepsi itu bisa saja berbeda-beda. Persepsi itu
dibentuk oleh kebiasaan di lingkungan.
James Mill
Menurutnya,
sensasi dan akal saling berkaitan satu sama lain. Otak kita seperti mesin,
tetapi lebih kompleks, tidak sesederhana hewan.
John Stuart Mill
Menurutnya,
setiap ide baru yang sederhana dan sensasi sama sekali tidak dapat diturunkan,
karena setiap ide baru akan muncul seiring terjadinya pengalaman, beremansipasi
dari mekanika batas-batas kaku associationistic psikologi. Ia melihat ilmu
alamiah manusia sama dengan tidologi atau astronomi. Pemikiran, perasaan, dan
aksi individu tak dapat diprediksi dengan akurasi tinggi karena kita tak dapat
meramalkan keadaan pada masing-masing individu.
Alexander Bain
Bain
memformulasikan istilah proses trial dan error, untuk pembelajaran yang
berlangsung secara acak oleh individu yang mencoba berbagai perilaku dalam
menanggapi rangsangan tertentu, dan cenderung untuk mengulangi perilaku yang
mengarah ke hasil positif bagi individu.
Hartley
Dia
menghubungkan bagaimana perilaku berkaitan dengan stimulasi dari lingkungan. Contohnya
seorang anak memegang sebuah mainan. Itu berarti mainan tersebut adalah mainan
yang dia sukai. Karena selama bermain dia selalu mengambil mainan tersebut. Hal
ini berarti adanya asosiasi perilaku dengan proses pembelajaran, dimana perilaku
yang ditafsirkan merupakan hasil dari proses pembelajaran. Sesuatu yang kita lihat
secara fisik itu sama tapi pemaknaan terhadap bentuk fisikal itu beda-beda.
Contohnya saat melihat lampu, kita sama-sama setuju kalau itu sebuah lampu.
Tapi pemaknaan dalam hal keterangan nya berbeda-beda. Ada orang yang menganggap
lampu itu terlalu terang dan ada juga yang menganggap lampu itu agak redup. Hal
ini dikarenakan pengalaman setiap orang itu berbeda-beda. Yang menganggap lampu
tersebut terlalu terang mungkin karena biasanya lampu dirumahnya agak redup,
begitu juga dengan orang yang menganggap lampu tadi agak redup mungkin karena
dirumahnya terbiasa memakai lampu yang lebih terang daripada lampu tersebut.
Jadi,
segala informasi itu tidak hanya dilihat dari fisiknya saja tetapi juga ada
informasi-informasi yang melekat pengalaman disitu dalam pemaknaannya.
Tokoh-tokoh Sensasionalisme
Pierre
Gassendi
Gassendi
menentang teori perilaku binatang oleh aristoteles serta kartesi. Dimana pada
pandangannya, ia berpedapat bahwa tiap jiwa hewani diberkati Tuhan dengan
perilaku untuk melestarikan individu dan keturunannya. Gassendi juga
berpendapat bahwa hewan harus diberikan gambaran atau suatu standar sehingga
hewan akan segera menilai apakah hal tersebut harus dihindari atau tidak.
Julien de La Mettrie
Ia merupakan orang pertama
yang menyatakan bahwa “Anda adalah apa yang Anda makan”. Ia memandang segala sesuatu
yang ada di alam semesta bersifat fisik dan nyata. Menurut La Mettrie,
kecerdasan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu ukuran otak, kerumitan otak, dan
pendidikan. La Mettrie merupakan tokoh yang memandang manusia dan segala yang
ada di alam semesta sebagai mesin.
Pernyataan Julien
de La Mettrie :
Man a Machine : La Mettrie beranggapan bahwa manusia adalah mesin.
Human and Non-human Animal Differ Only in Degree : La Mettrie berpendapat bahwa hewan dapat diajarkan bahasa dan bisa menyamai manusia dalam berbagai aspek.
Penerimaan
Materialisme Dapat Membuat Dunia yang Lebih Baik.
Etienne Bonnot de
Condillac
Ia yakin bahwa semua
kekuatan yang dikaitkan dengan pikiran dapat diturunkan secara sederhana dari
kemampuan untuk merasakan, mengingat, dan mengalami kesenangan dan rasa sakit.
Condillac membahas bagaimana kemampuan mental manusia dapat diturunkan dari
sensasi, ingatan, dan beberapa perasaan dasar. Menurutnya, kekuatan pikiran
berkembang sebagai konsekuensi alami dari sensasi.
Calude Adrien Helvetius
Menurutnya,
segala macam keterampilan sosial, kejeniusan, dan juga perilaku moral dapat
diajarkan kepada manusia melalui sebuah kendali dari pengalaman. Untuk
Helvetius orang yang benar-benar saleh adalah mereka yang menemukan kesenangan
– bukan hanya kewajibannya – dalam bekerja untuk kebaikan bersama. Sebagian
besar agama, ia memegang, yang efektif dan menawarkan dasar munafik moralitas.
Dalam ilmu ekonomi ia menelusuri ketidakbahagiaan manusia dan bangsa untuk
distribusi kekayaan.
Tokoh Positivisme
August Comte
Menurutnya,
masyarakat melewati tahap-tahap yang ditentukan dalam hal cara anggotanya
menjelaskan peristiwa alam. Teologis (takhayul, mistisme), metafisik (esensi,
prinsip, penyebab, atau hukum yang tidak terlihat), dan ilmiah (dapat
dibuktikan, aliran Positivisme mulai diterima). Comte menggunakan istilah
sosiologi untuk menggambarkan studi tentang bagaimana masyarakat yang berbeda
dibandingkan dalam hal tiga tahap perkembangan.
Nahh bagaimana teman-teman semua?
Semoga semua ilmu yang aku share ini bermanfaat bagi teman-teman semua
yaa...
Sampai jumpa di blog berikutnya yaa
teman-teman ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar