Kamis, 22 September 2022

https://starryetheral.blogspot.com/2021/09/pertemuan-ke-5-psikologi-umum-i.html
 

Aliran Empirisme, Sensasionalisme dan Positivisme

Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa…

Oke kali ini aku bakalan share apa saja yang udah dibahas pada pertemuan ke lima mata kuliah Psikologi Umum I. Kali ini bersama dosen bu Amatul Firdausa N, M.Psi., Psikolog yang biasa dipanggil bu Ocha ya teman-teman.

Empirisme

Empirisme (British Empirism) berkembang di Inggris. Empirisme berasal dari pengalaman. Manusia itu lahir dalam keadaan kosong. Pengetahuan, keterampilan yang kita dapatkan itu berasal dari pengalaman yang kita dapatkan dari kehidupan kita, otomatis kita menggunakan indra didalamnya. John Locke (teori tabularasa) bahwa manusia itu lahir seperti kertas kosong, tidak tahu apapun. Terbentuk seperti sekarang karena pengalaman-pengalaman yang didapatkan selama hidup. Ada hukum asosiasi yang membahas bagaimana cara pengalaman bisa berubah menjadi pengetahuan. Pengalaman lebih ke proses mental, asosiasi dan persepsi didalamnya. Empirisme berkaitan dengan imajinasi, mimpi.

Sensasionalisme

Sensasionalisme berkembang di Prancis (France Sensationalism). Sama dengan empirisme yang berkembang dari pemikiran-pemikiran para filsuf tapi mereka memiliki perspektif yang berbeda. Ada ketidaksetujuan dari teori sebelumnya sehingga mereka mengembangkannya. Ada para filsuf yang mempengaruhi cara berpikir para tokoh disana dan berkembanglah sensasionalisme. Sensasionalisme/sensasi yang akan berkaitan dengan indra. Mengatakan bahwa pengetahuan memang didapatkan dari pengalaman, tetapi pengalaman yang berdasarkan kepada yang bisa kita rasakan oleh indra kita dalam bentuk sensasi seperti penglihatan, penciuman, sentuhan, dan lain sebagainya. Jadi, sensasionalisme itu berasal dari pegalaman yang dirasakan indra kita. Contohnya orang memiliki pemikiran yang berbeda. Dunia diciptakan oleh Tuhan. Tapi bagaimana kita melihatnya dengan indra kita berbeda dengan bagaimana orang lain melihatnya, sehingga setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda  tergantung sensasi masing-masing. Pengetahuan itu sebenarnya sama, tapi tergantung bagaimana kita memaknainya dengan indra kita.

Positivisme

Positivisme berkembang di Prancis. Tapi tokohnya berbeda. Artinya dia setuju dengan empirisme tapi ada beberapa hal yang dikritisinya seperti di empirisme berawal dari metafisika (abstrak, tidak bisa dilihat), sedangkan di positivisme berawal dari sains atau pengetahuan yang bisa dibuktikan kebenarannya, sesuai fakta. Ada 3 hukum yang disampaikan nya : teologi, metafisik dan ilmiah. Positivisme hanya menerima yang ilmiah. Sedangkan teologi (bersifat mistis) dan metafisik (bersifat abstrak) tidak diterimanya. Karena positivisme itu yang menjadi dasar adalah pengetahuan itu bisa di observasi, bisa dilihat. Sedangkan sesuatu yang tidak bisa dilihat bukan sains, bukan pengetahuan.

Kesamaan ketiganya yaitu sama-sama berasal dari pengalaman. Manusia lahir tidak membawa apa apa. Perbedaannya yaitu darimana pengetahuan itu berasal. Empirisme mengatakan pengetahuan berasal dari pengalaman yang bersifat abstrak, imajinasi, mimpi. Sensasionalisme mengatakan pengetahuan berasal dari pengalaman yang berdasar kepada apa yang dirasakan indra kita. Sedangkan positivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu bukan abstrak seperti yang dikatakan empirisme tetapi pengetahuan itu bersifat sains, bisa diobservasi, bisa dibuktikan kebenarannya dan sesuai fakta.

Tokoh-tokoh Empirisme

Thomas Hobbes

Menurutnya semua aktivitas manusia bersifat fisikal (fisik) dan mekanikal (punya mekanisme). Jadi, pengalaman itu bersifat fisik (berdasarkan indrawi) lalu diproses dan diterjemahkan. Proses yang kita asosiasikan dari pengalaman sebelumnya.

John Locke

Menurutnya manusia seperti kertas kosong, coretan adalah pengalaman hidup. Jadi, pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Dia melihat ada pengalaman yang berasal dari indrawi (sensori). Kemudian dari pengalaman tersebut akan di rearrange menjadi sebuah pengetahuan sedemikian rupa (proses mind/pikiran). Pikiran  dengan tubuh itu tidak terpisah. Sensasi yang diterima ditubuh akan mempengaruhi pikiran kita.

Kemampuan mental (mental ability) yaitu kemampuan yang ada di pikiran kita, yaitu Believing (mempercayai sesuatu), Imaginate (membayangkan atau imajinasi), Reasoning (menalar), Willing (keinginan,dorongan) yang akan mempengaruhi bagaimana kita bertingkah. Menurut John Locke 2 emosi yang mendorong manusia ingin melakukan sesuatu, yaitu rasa senang dan rasa sedih. Manusia suka mencari kesenangan dan menghindari kesedihan.

George Berkeley

Menurutnya, segala sesuatu itu berdasarkan persepsi dari pengalaman dan kebiasaan di lingkungan.

David Hume

Ia menolak ilmu metafisika dan lebih percaya keilmiahan. Ia menentang pemikiran Berkeley yang menyatakan bahwa kita bisa memaknai dunia dari panca indra yang kita punya. Menurutnya persepsi itu bisa saja berbeda-beda. Persepsi itu dibentuk oleh kebiasaan di lingkungan.

James Mill

Menurutnya, sensasi dan akal saling berkaitan satu sama lain. Otak kita seperti mesin, tetapi lebih kompleks, tidak sesederhana hewan.

John Stuart Mill

Menurutnya, setiap ide baru yang sederhana dan sensasi sama sekali tidak dapat diturunkan, karena setiap ide baru akan muncul seiring terjadinya pengalaman, beremansipasi dari mekanika batas-batas kaku associationistic psikologi. Ia melihat ilmu alamiah manusia sama dengan tidologi atau astronomi. Pemikiran, perasaan, dan aksi individu tak dapat diprediksi dengan akurasi tinggi karena kita tak dapat meramalkan keadaan pada masing-masing individu.

Alexander Bain

Bain memformulasikan istilah proses trial dan error, untuk pembelajaran yang berlangsung secara acak oleh individu yang mencoba berbagai perilaku dalam menanggapi rangsangan tertentu, dan cenderung untuk mengulangi perilaku yang mengarah ke hasil positif bagi individu.

Hartley

Dia menghubungkan bagaimana perilaku berkaitan dengan stimulasi dari lingkungan. Contohnya seorang anak memegang sebuah mainan. Itu berarti mainan tersebut adalah mainan yang dia sukai. Karena selama bermain dia selalu mengambil mainan tersebut. Hal ini berarti adanya asosiasi perilaku dengan proses pembelajaran, dimana perilaku yang ditafsirkan merupakan hasil dari proses pembelajaran. Sesuatu yang kita lihat secara fisik itu sama tapi pemaknaan terhadap bentuk fisikal itu beda-beda. Contohnya saat melihat lampu, kita sama-sama setuju kalau itu sebuah lampu. Tapi pemaknaan dalam hal keterangan nya berbeda-beda. Ada orang yang menganggap lampu itu terlalu terang dan ada juga yang menganggap lampu itu agak redup. Hal ini dikarenakan pengalaman setiap orang itu berbeda-beda. Yang menganggap lampu tersebut terlalu terang mungkin karena biasanya lampu dirumahnya agak redup, begitu juga dengan orang yang menganggap lampu tadi agak redup mungkin karena dirumahnya terbiasa memakai lampu yang lebih terang daripada lampu tersebut.

Jadi, segala informasi itu tidak hanya dilihat dari fisiknya saja tetapi juga ada informasi-informasi yang melekat pengalaman disitu dalam pemaknaannya.

 

Tokoh-tokoh Sensasionalisme

Pierre Gassendi

Gassendi menentang teori perilaku binatang oleh aristoteles serta kartesi. Dimana pada pandangannya, ia berpedapat bahwa tiap jiwa hewani diberkati Tuhan dengan perilaku untuk melestarikan individu dan keturunannya. Gassendi juga berpendapat bahwa hewan harus diberikan gambaran atau suatu standar sehingga hewan akan segera menilai apakah hal tersebut harus dihindari atau tidak.

Julien de La Mettrie

Ia merupakan orang pertama yang menyatakan bahwa “Anda adalah apa yang Anda makan”. Ia memandang segala sesuatu yang ada di alam semesta bersifat fisik dan nyata. Menurut La Mettrie, kecerdasan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu ukuran otak, kerumitan otak, dan pendidikan. La Mettrie merupakan tokoh yang memandang manusia dan segala yang ada di alam semesta sebagai mesin.

Pernyataan Julien de La Mettrie :

Man a Machine : La Mettrie beranggapan bahwa manusia adalah mesin.

Human and Non-human Animal Differ Only in Degree : La Mettrie berpendapat bahwa hewan dapat diajarkan bahasa dan bisa menyamai manusia dalam berbagai aspek.

Penerimaan Materialisme Dapat Membuat Dunia yang Lebih Baik.

Etienne Bonnot de Condillac

Ia yakin bahwa semua kekuatan yang dikaitkan dengan pikiran dapat diturunkan secara sederhana dari kemampuan untuk merasakan, mengingat, dan mengalami kesenangan dan rasa sakit. Condillac membahas bagaimana kemampuan mental manusia dapat diturunkan dari sensasi, ingatan, dan beberapa perasaan dasar. Menurutnya, kekuatan pikiran berkembang sebagai konsekuensi alami dari sensasi.

Calude Adrien Helvetius

Menurutnya, segala macam keterampilan sosial, kejeniusan, dan juga perilaku moral dapat diajarkan kepada manusia melalui sebuah kendali dari pengalaman. Untuk Helvetius orang yang benar-benar saleh adalah mereka yang menemukan kesenangan – bukan hanya kewajibannya – dalam bekerja untuk kebaikan bersama. Sebagian besar agama, ia memegang, yang efektif dan menawarkan dasar munafik moralitas. Dalam ilmu ekonomi ia menelusuri ketidakbahagiaan manusia dan bangsa untuk distribusi kekayaan.

Tokoh Positivisme

August Comte

Menurutnya, masyarakat melewati tahap-tahap yang ditentukan dalam hal cara anggotanya menjelaskan peristiwa alam. Teologis (takhayul, mistisme), metafisik (esensi, prinsip, penyebab, atau hukum yang tidak terlihat), dan ilmiah (dapat dibuktikan, aliran Positivisme mulai diterima). Comte menggunakan istilah sosiologi untuk menggambarkan studi tentang bagaimana masyarakat yang berbeda dibandingkan dalam hal tiga tahap perkembangan.

Nahh bagaimana teman-teman semua? Semoga semua ilmu yang aku share ini bermanfaat bagi teman-teman semua yaa... 

Sampai jumpa di blog berikutnya yaa teman-teman ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Psikologi Gestalt dan Kognitif Halo teman-teman semua! Gimana nih kabarnya? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat yaa… Oke kali ini a...